Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 251 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vanderbilt, Arthur T.
Princeton, New Jersey: Pricenton University Press, 1955
347.9 VAN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hustiati
Bandung: Mandar Maju, 1990
346.04 HUS a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1960
346.04 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Indrayana, 1972-
Jakarta: Kompas, 2008
342.02 DEN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hu, Jinguang
Beijing: Foreign languages Press, 2009
SIN 340.051 HUJ r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Leon, Hector S. De
Manila : Rex Book Store, 1979
346.04 LEO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Endriatmo Soetarto
Bogor: IPB Pres, 2010
R 346.043 END r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Civil service quality correlated with bureaucracy quality at one state that civil service reform is absolute prerequisite required just for secure for professional governance management. Indonesian government, utilizing reform momentum on 1999 by publishes Law No. 43 years 1999 on the changes in Law No. 8 years 1974 on the Ordinance of the Civil Service . Reform is done in each civil service aspect, but fact points out is still a lot of problems in principle consisting of two highlights : (1) internal problems of the civil service itself; (2) external problems that regard civil service function and professionalism . Started from merit system's principle that can be implemented in recruitment process yet. Government failure for civil service reform have borne have borne moral hazard bureaucrat and also ability gap between task and responsibility (lack of competencies). Need to repair comprehensively not just in system domain and regulation, but also touch norm and value structure that shallbe embedded to civil servant as public service. Fixed up comprehensively that expected will form quality and bureaucracy performance that orient to society need (service delivery culture ).
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Sardjito
Abstrak :
Dalam tesis ini saya ingin menunjukkan bahwa hukum tertulis tentang sewa tanah beserta pelaksanaannya adalah sebagai perwujudan nilai-nilai budaya kolonialisme Belanda yang menekankan pada kapitalisme dan penguasaan pasar dunia, yang dijalankan sesuai dengan keadaan setempat di residentie Banyumas. Hukum tertulis tentang sewa tanah tersebut mengatur mengenai penyewaan tanah milik pribumi oleh non-pribumi. Kajian tentang hal tersebut di atas dibatasi pada tiga hal yaitu: (1) pengaturan penyewaan tanah, (2) wilayah berlakunya pengaturan tersebut, dan (3) masa berlakunya. Adanya penyewaan tanah milik pribumi oleh non-pribumi sebagaimana diatur oleh ordonansi-ordonansi yang berdasarkan pada Agrarische Wet (Undang-undang Agraria tahun 1570) yang keberlakuannya dipaksakan sesuai dengan kepentingan kolonial Belanda, maka yang menjadi pusat perhatian dalam tesis ini adalah : 1.1. pengaturan sewa tanah serta latar belakangnya; 1.2. hubungan antara penguasa Belanda dan pribumi, pengusaha non-pribumi yang menyewa tanah dan penduduk pribumi yang menyewakan tanah; 1.3. akibat yang timbul di bidang pertanian penduduk pribumi dan reaksi yang dilakukan penduduk pribumi terhadap praktek penyewaan tanah. Masalah pertama menyangkut analisa tentang peraturan sewa tanah yang diatur dalam Agrarische Wet dan perubahan-perubahan yang terdapat dalam ordonansi tentang sewa tanah. Mengingat Agrarische Wet merupakan satu kesatuan yang berisikan pengaturan tentang sewa tanah dan hak-hak lainnya atas tanah, maka kajian mengenai masalah ini dilakukan sejalan dengan pembahasan yang dilakukan oleh para anggota parlemen Belanda pada saat pembentukan undang-undang tersebut. Mengenai perubahan-perubahan yang terdapat dalam ordonansi sewa tanah, dalam kajian ini dipusatkan pada penelusuran faktor-faktor yang mengakibatkan perubahan-perubahan yang terdapat dalam ordonansi tersebut. Dalam hal ini kajian dilakukan secara umum yang menyangkut pelaksanaan sewa tanah di Jawa dan Madura. Mengenai masalah kedua dan ketiga, perhatian sepenuhnya dicurahkan kepada wilayah penelitian residentie Banyumas, Jawa Tengah. Residentie Banyumas merupakan salah satu wilayah berlakunya pengaturan sewa tanah yang saya pilih, berdasarkan alasan bahwa hampir dalam setiap laporan pemerintah Belanda mengenai pelaksanaan sewa tanah, wilayah tersebut kurang mendapat perhatian, dalam arti tidak begitu banyak masalah di mata pemerintah Belanda. Pada hal pada tahun 1882, dalam regerings almanak tercatat 11 perusahaan di bidang tembakau (nicotiana tabacum) yang menyewa tanah dari kaum pribumi. Pada tahun 1883, jumlah perusahaan yang menyewa tanah dari kaum pribumi menyusut menjadi tujuh perusahaan. Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah perusahaan, baik di bidang tembakau, gula dan tarum (indigofera tinctoria), tidak melebihi 11 perusahaan. Hal tersebut menarik perhatian saya, dalam arti apakah memang benar-benar tidak terdapat masalah ataukah terdapat masalah tetapi tidak dipandang penting oleh pemerintah Belanda. Pada hal apabila dikaji lebih teliti, pengaturan sewa tanah sebagaimana diatur dalam hukum tertulis ciptaan pemerintah Belanda, merupakan suatu unsur kebudayaan asing yang diterapkan pada masyarakat pribumi residentie Banyumas. Hal ini berarti bahwa hal tersebut sedikit banyak akan menimbulkan masalah dalam arti pertama, penyesuaian unsur kebudayaan yang asing tersebut dengan nilai-nilai budaya setempat. Kedua, timbulnya dampak dari penerapan unsur-unsur asing tersebut.
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marzuki
Abstrak :
Abstrak
Indonesia security setor reform (SSR) Effort has produced some fruitful outcomest, nameli the anolishment of the indonesia millitary direct participation in politicts, separation of the police force from the armed forces and the revocarion of the dual function doctrin, to name a few. yet since the ratification of law on indonesia military in 2004. additional efforts of ssr have ben thrown into the backburner. since 2004, attempts to profesionalise the military have been focusing on arms modernisation and improvement of military personnel welfare such as increased training and educational opportunities, as well as housing allocation for military personnel instead of addresing several unfiished reform agendas, namely the subordination of the tni under the ministry of defence , territorial command reform and military secondment to non military affairs/posts, among others. this article attempts to analyse how western developed ssr policy intiatives were introduced in indonesia and how the ssr agendas were eventually neglected.finally, this article will reflect on the lessons learned from the introduction of ssr concept in indonesia to understand its trajectory
Kyoto: Institute of International Relations and Area Studies, 2019
327 RITSUMEI 16 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>