Latar Belakang: Melasma merupakan bercak hiperpigmentasi yang sebagian besar terdapat pada wajah. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kadar hormon tiroid secara bermakna lebih tinggi pada pasien melasma. Akan tetapi, belum terdapat penelitian yang menjelaskan perbedaan kadar hormon tiroid pada gradasi derajat keparahan melasma.
Tujuan: Mengetahui perbandingan kadar hormone tiroid pada derajat melasma yang berbeda yaitu pada melasma ringan atau sedang-berat yang dinilai dengan mMASI dan Janus II facial analysis system.
Metode: Empat puluh delapan perempuan disertakan sebagai subjek penelitian potong lintang ini. Sampel dipilih menggunakan metode consecutive sampling. Subjek dinilai derajat keparahan melasma secara subjektif menggunakan skor mMASI di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUPN Cipto Mangunkusumo setelah diagnosis ditegakkan. Pemeriksaan dikonfirmasi menggunakan alat Janus II facial analysis system di RSPAD Gatot Subroto. Subjek penelitian kemudian diperiksa hormon tiroid FT4 dan TSH.
Hasil: Berdasarkan skor mMASI, 24 pasien (50%) didiagnosis sebagai melasma derajat ringan dan 24 pasien (50%) didiagnosis sebagai melasma derajat sedang. Sebanyak 2 pasien (4%) juga didiagnosis dengan hipertiroid subklinis dan 1 pasien (2%) didiagnosis dengan hipotiroid subklinis. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara derajat melasma berdasarkan mMASI dengan kadar TSH dan FT4 serum. Pemeriksaan Janus menggunakan modalitas cahaya polarisasi memiliki korelasi positif dengan kadar FT4 serum (r = 0,3, p = 0,039) dan skor mMASI (r = 0,314, p = 0,03).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kadar TSH serum antar berbagai derajat melasma berdasarkan penilaian mMASI dan Janus II facial analysis system. Kadar FT4 serum memiliki korelasi positif dengan hasil penilaian Janus II facial analysis system menggunakan modalitas cahaya polarisasi.
Background:
Melasma is characterized by hypermelanosis manifested mostly on facial area. Previous studies have shown that thyroid hormone level was significantly higher in melasma patient. However, no studies has defined comparison of thyroid hormone level on varying severity of melasma yet.
Aim
To study comparison of thyroid hormone level across varying severity of melasma, between mild and moderate-severe melasma, evaluated using mMASI and Janus II facial analysis system.
Metode:
Forty eight women included in this cross-sectional study. Samples were included using consecutive sampling method. The severity of melasma was measured subjectively using mMASI score in Dermatology and Venereology Outpatient Clinic of Cipto Mangunkusumo General National Hospital after the diagnosis of melasma has been made. The measurement was confirmed using Janus II facial analysis system in Gatot Subroto General Army Hospital. Lastly, we measured the level of FT4 and TSH of each patients.
Results:
Based on mMASI score, 24 patients (50%) were diagnosed as mild melasma and 24 patients (50%) were diagnosed as moderate-severe melasma. As many as two patients (4%) were also diagnosed with subclinical hyperthyroidism and one patient (2%) with subclinical hypothyroidism. There is no assosciation between severity of melasma and level of TSH and FT4. Janus examination using polarisasi light modalities has weak positive correlation with level of FT4 (r = 0,3, p – 0,039) and darkness score of mMASI (r = 0,3, p = 0,03).
Conclusion:
There is no association between TSH and varying severity of melasma. Using mMASI and Janus. FT4 level has weak positive correlation with Janus facial analysis system examiniton results on polarisasi light modalities.
"
Integrasi aplikasi e-Filing dengan aplikasi perpajakan lainnya menjadi salah satu tahapan dalam mencapai inisiatif strategis yang ditetapkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam Rencana Strategis (Renstra) DJP. Berdasarkan data layanan pengaduan (Lasis) yang telah dilakukan proses pengolahan masih terdapat permasalahan terkait integrasi aplikasi e-Filing dengan aplikasi perpajakan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis dan desain terhadap integrasi aplikasi e-Filing dengan aplikasi perpajakan lainnya yang ada di DJP. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menitikberatkan wawancara dan studi dokumen. Dari penelitian ini dihasilkan daftar usulan peningkatan terkait integrasi aplikasi e-Filing. Berdasarkan hasil validasi daftar usulan peningkatan, diketahui bahwa kebutuhan integrasi dengan e-SPT dan e-Faktur, integrasi dengan data SIDJP sebagai data prepopulated, dan integrasi dengan data pembayaran memiliki skala kebutuhan yang tinggi. Sebagai alat pembuktian konsep (Proof of Concept) terkait usulan peningkatan maka dilakukan pengerjaan prototipe. Prototipe yang dikerjakan memiliki cakupan web service data prepopulated PPh Pasal 23/26, web service data prepopulated harta, dan web service pencarian data untuk validasi NTPN. Tahapan prototipe adalah perancangan, pembuatan, dan validasi. Dari hasil validasi yang dilakukan, validator menerima atas prototipe yang telah dibuat.
The integration of e-Filing applications with other tax applications is one of the stages in achieving strategic initiatives determined by the Directorate General of Tax (DGT) in the DGT's Strategic Plan (Renstra). Based on data complaint service (Lasis) which has been processed, there are problems related to the integration of the e-Filing application with other tax applications. The purpose of this study is to conduct an analysis and design of the integration of e-Filing applications with other taxation applications in the DGT. This type of research is qualitative by focusing interviews and document studies. Output from this research is a list of proposed improvements related to the integration of e-Filing applications. Based on the list proposed improvements validation, integration with e-SPT and e-Faktur, integration with SIDJP as prepopulated data, and integration with payment have high of requirement. Prototye is required as a proof of concept related to the list proposed improvement. The scope of prototypes are web service for prepopulated data PPh Article 23/26, web service for prepopulated of data assets, and web service for NTPN validation. Prototype stages are design, development, and validation. From the results of the validation, validators accept the prototypes.
"