Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rezka Yudha Putra
Abstrak :
Seiring dengan kebijakan penetapan konversi minyak tanah ke elpiji maka Pertamina sebagai produsen elpiji berukuran 3 kg melakukan kebijakan untuk membangun Stasiun Pengisian Bahan Elpiji ( SPBE ). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pembangunan SPBE PT Bintang Abadi dengan metode analisis investasi antara lain adalah metode periode pengembalian (payback period), Discounted payback period, metode NPV,IRR dan profitability index yang merupakan bagian dari metode capital budgeting. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif kuota produksi terbaik dan memberikan kerangka studi kelayakan finansial dengan berbagai macam skenario kuota produksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa proyek pembangunan stasiun pengisian bahan bakar elpiji PT Bintang Abadi dalam skenario kuota produksi sebesar 11.520 tabung per hari (Base) dan 15.000 tabung per hari (Optimistic) layak untuk dilakukan kecuali skenario 8000 tabung per hari (pesimistic) tidak layak digunakan dikarenakan nilai NPV proyek dari skenario ini menunjukan hasil yang negative (NPV<0) yaitu sebesar Rp -1.230.925.757 Dan juga IRR sebesar 13.27 % < 17.36 % lebih kecil dari WACC (Discount factor). Setelah menghitung analisis sensitivitas menggunakan 3 skenario produksi base (11.520 tabung per hari), Optimistic ( 15.000 tabung per hari), Pesimistic ( 8000 tabung per hari) Skenario Optimistic memiliki hasil terbaik yang memiliki nilai NPV sebesar Rp5.155.996.853. Kemudian IRR sebesar 35.25%, Payback period selama 3 tahun, discounted payback period selama 6 tahun dan benefit cost ratio sebesar 1.58. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar kuota produksi dengan kapasitas produksi masih memadai akan menaikan nilai NPV,menurunkan payback period, menurunkan discounted payback period,dan menaikkan benefit cost ratio.
Along with setting policy for kerosene to LPG, Pertamina as a producer of 3 kg LPG establish a policy for LPG Filling Station Materials (SPBE). This study aims to analyze the feasibility of establishing SPBE PT Bintang Abadi with investment analysis methods include the method of repayment period (payback period), Discounted payback period, NPV method, IRR and the profitability index, which is part of the capital budgeting method. Furthermore, thisresearch is expected to provide the best alternative production quotas and provides a framework for financial feasibility studies with a variety of scenarios of production quotas. The results showed that the development projects of LPG refueling stations in the scenario of PT Bintang Abadi production quota of 11 520 tubes per day (Base) and 15,000 tubes per day (Optimistic) worth doing unless the scenario of 8000 tube per day (pesimistic) due to inadequate project NPV of this scenario show a negative result (NPV <0) is equal to Rp -1,230,925,757. And also an IRR of 13:27% <17:36% smaller than the WACC (discount factor). After calculating the sensitivity analysis using three scenarios of production base (11 520 tubes per day), Optimistic (15,000 tubes per day), Pesimistic (8000 tubes per day). Optimistic Scenario has the best results that have a NPV of Rp5.155.996.853. Then an IRR of 35.25%, payback period for 3 years, discounted payback period for 6 years and the benefit cost ratio of 1:58. Can be concluded that the greater the production quotas are still inadequate production capacity will increase the value of NPV, lower payback period, discounted payback period is lower, and raise the cost benefit ratio.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32220
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Sumardi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas kelayakan proyek pembangunan infrastruktur telekomunikasi berupa Base Tranceiver Station (BTS) yang dilakukan oleh perusahaan PT X dengan PT Huawei di Papua Barat. Kedudukan PT X adalah sebagai penyedia jasa sambungan telepon bergerak seluler GSM dan layanan jasa internet melalui perangkat bergerak seluler. Sementara kedudukan PT Huawei adalah sebagai pelaksana proyek, pemasok perangkat sekaligus sebagai investor proyek. Proyek yang dilaksanakan mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2021 (delapan tahun) ini bertujuan meningkatkan revenue dan jangkauan layanan (coverage) dari PT X di Papua Barat. Proyek ini dilakukan dengan konsep bagi hasil. Revenue yang dihasilkan oleh PT X dibagi dengan nilai pembagian 20:80 untuk base case. PT X memperoleh 20% dari revenue yang dihasilkan dan PT Huawei mendapatkan 80% bagian dari revenue. Revenue yang dihasilkan akan dikurangi sejumlah minimum revenue yang diharapkan oleh PTX. Setelah revenue yang diperoleh tersebut dikurangkan, maka sisanya akan dibagi untuk PT X dan PT Huawei dengan rasio tersebut diatas. Minimum revenue adalah revenue dari kinerja PT X sebelum adanya kerjasama ini. Dari analisis dan penilaian ini akan dibuatkan analisis sensitifitas terhadap berbagai skenario pembagian, dengan menggunakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan payback period. Kelayakan yang optimum adalah yang menghasilkan NPV positif dan setara baik NPV PT X maupun PT Huawei, kemudian IRR yang lebih tinggi dari interest rate serta payback period yang kurang dari umur proyek.
ABSTRACT
This thesis explores the feasibility of the project of telecommunication infrastructure building in the form of Base Transceiver Station (BTS) conducted by PT X and Huawei in West Papua. Status of PT X is a mobile phone service providers in form of GSM and internet services via mobile cellular devices. While Huawei is a position as project manager, software suppliers as well as the project investor. Projects implemented from 2014 until 2021 (eight years) is dedicated to increasing the revenue and service area (coverage) of PT X in West Papua. This cooperation project is carried flow by the concept of revenue sharing. Revenue generated by PT X will be divided by the value of the distribution of 20:80 for the base case. PT X gets 20% of revenue generated and Huawei get a 80% share of the revenue. Revenue generated will be reduced by the minimum amount of revenue expected by PT X. After the revenue earned is deducted, the remainder will be divided for PT X and Huawei with the above ratio. The minimum revenue is revenue from the performance of PT X before this partnership. Analysis and assessment of the sensitivity analysis will be made of the various scenarios division, using the Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and payback period. Feasibility optimum is the equivalent yield positive NPV and NPV both PT X and Huawei, then the IRR is higher than the interest rate and the payback period is less than the life of the project.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Fandi S.M.
Abstrak :
Saat ini energi listrik merupakan kebutuhan pokok manusia termasuk di Indonesia, karena hampir setiap jenis aktivitas memerlukan energi yang satu ini. Di Indonesai pemasok energi listrik adalah PLN, setiap industri, rumah dan fasilitas umum menggunakan listrik dari PLN. Akan tetapi belum semua wilayah di Indonesia ini mendapatkan energi listrik. PLN tidak mengalirkan listrik ke wilayah tersebut dengan alasan akses yang sulit dijangkau dan jumlah pengguna yang termasuk skala sangat kecil. Untuk itu dibutuhkan sumber energi yang mudah diperoleh yang dapat menghasilkan energi listrik yang cukup untuk satu desa. Pada penelitian ini akan dibahas Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sangat tepat digunakan di Desa Nyomplong, Bogor. PLTMH merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan aliran air dalam skala kecil untuk membangkitkan listrik. Namun sebelum membangun PLTMH adalah sangat baik untuk melakukan analisis terhadap kelayakan baik secara teknis maupun ekonomis. Pada penelitian ini akan dibahas analisis kelayakan pembangunan PLTMH secara ekonomi enjinering. Adapun analisis yang dilakukan adalah Net Present Value (NPV),Internal Rate of return (IRR), Lama Pengembalian (PBP) dan Analisis Sensitifitas. Dari perhitungan diperoleh NPV=421.161.254,70; IRR =40,2%; PBP = 2 tahun 4 bulan. ......Currently electricity is a basic human needs, including in Indonesia, because almost every type of activity requires this energy. PLN is a supplier of electric energy in Indonesia. Every industry, homes and public facilities use electricity. However, not all regions in Indonesia is getting electrical energy. PLN does not supply power to the region for reasons of access hard to reach and the number of users that include a very small scale. That requires an energy source that is readily available that can generate enough electricity to one village. This research will be discussed Micro Hydro Power (PLTMH ) is ideal to use in Nyomplong village, Bogor. PLTMH is a power plant that utilizes small scale water flow to generate electricity. But before create PLTMH is very good to do an analysis of the feasibility, both technically and economically. In this study the feasibility analysis will be discussed in economic engineering. The analysis conducted are Net Present Value ( NPV ), Internal Rate f Return (IRR) , Old Returns (PBP) and Sensitivity Analysis. From the analysis, NPV=421.161.254,70; IRR =40,2%; PBP = 2 years 4 months.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library