Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Tjahjono
Abstrak :
Akhir-akhir ini efek analgatik daun jambu meta mulai diteliti orang, bahkan penelitian ini sudah sampai pada sukarelawan sehat dan uji klinik, dan perusahaan jamu telah ada yang memasukkan daun jambu mete ke dalam komposisi jamu pegel Iinu. Selama ini sediaan yang dipakai untuk penelitian masih berupa infusum, sehingga dosis pemberian cukup besar (25 9/50 kgBB) serta ada rasa kurang enak yang menyebabkan mual dan muntah. Bertitik tolak dari hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menyiapkan sediaan bentuk ekstrak sehingga dosis pemberian menjadi lebih kecil. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap. Pada tahap I, diuji efek analgetik 3 macam ekstrak yaitu ekstrak nonpolar, ekstrak semipolar dan ekstrak polar, pada tikus sebagai hewan coba. Tikus dibagi secara acak menjadi 6 kelompok perlakuan. Kelompok I tidak diberi apa-apa, kelompok II diberi suspensi povidon 5%, kelompok III diberi ekstrak alkohol 190 mg/kgBB, kelompok IV diberi ekstrak petroleum eter 190 mg/kgBB, kelompok V diberi ekstrak kloroform 190 mg/kgBB dan kelompok VI diberi dipiron 300 mg/kgBB. Hasil uji tersebut membuktikan bahwa ekstrak semi polar (kloroform) menunjukkan efek analgetik paling kuat. Disamping itu masing-masing ekstrak dilihat profil kandungan senyawa didalamnya dan ternyata ekstrak kloroform mengandung golongan polifenol dan triterpenoid. Pada tahap II, diuji efek analgetik ekstrak kloroform pada tikus. Metode pengujian sama dengan metode pada tahap I, perbedaannya adaIah kelompok III diberi ekstrak kloroform 45,5 mg/KQBB, kelompok IV diberi ekstrak kloroform 91 mg/kgBB, dan kelompok V diberi ekstrak kloroform 182 mg/kgBB. Pada tahap III yaitu tahap prediksi zat aktif, dilakukan isolasi noda terbesar golongan senyawa polifenol (Rf 0,5) dan golongan triterpenoid (Rf O,4), kemudian meIarutkannya ke dalam metanol. Larutan yang diperoleh diidentifikasi dengan gabungan kromatografi gas-spektrometri infra merah-spektrometri massa, juga dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Dari hasil analisis statistik, terbukti bahwa ekstrak kloroform menunjukkan efek analgetik paling kuat dibandingkan dengan ekstrak yang lain tetapi masih lebih lemah dibandingkan dengan dipiron 0,300 9/kgBB dan kemungkinan ada hubungan antara dosis pemberian dengan efek analgetik yang terjadi. Sedangkan prediksi zat kandungan aktif belum dapat dilakukan karena senyawa yang diisolasi belum senyawa tunggal (belum murni).
Many studies dealing with the effect of analgetic cashew nut leaves had been done in animals as well as in human being. Meanwhile, some Herbal medicine companies included cashew nut leaves as one of the component of their product to relieve muscle and back pain. So far infusion is the preparation used in previous studies, so the dose given is high enough (25 g/50 kgBW), it had unfavourable taste and may caused nausea and vomiting. Due to the reason mentioned above, the purpose of this study is to prepare an extract form which can be used in smaller dose. This study is carried out in 3 stages. The first stage, was, preparing 3 kinds of extract namely nonpolar extract, semipolar extract and polar extract; then each of them was tested in rats to see it?s analgetic effect. The rats were randomly divided into 6 treatment groups. First group was given nothing, second group was given povidon suspension 5%, third group was given 190 mg/kgBW alcohol extract, fourth group was given 190 mg/kgBW petroleum ether extract, fifth group was given 190 mg/kgBW chloroform extract and sixth group was given 300 mg/kgBW dipyrone. The result show that semipolar extract (chloroform) gives the strongest analgetic effect. Besides that, each extract showed it?s compound profile, infact chloroform extract contains polyphenol and triterpenoid. The second stage, the chloroform extract was tested in rats. The analgesic test method was similar to the first stage. The difference was that the third group was given 45,5 mg/kgBW chloroform extract, the fourth group was given 91 MQ/KQBW chloroform extract,the fifth group was given 182 mg/kgBW chloroform extract. In the third stage, the active compound of chloroform extract was predicted, the biggest spot of polyphenol (Rf 0,5) and triterpenoid (Rf O,4) could be isolated and then dissolved it into methanol. The solution was identified by combined gas chromatography-infra red spectrometry-mass spectrometry and also high pressure liquid chromatography. From statistical analysis, it was proven that chloroform extract had the strongest analgesic effect and there might a dose-effect relationship. Unfortunately, the active compound still could not predicted because the isolated product was not pure yet.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T9355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hanani
Abstrak :
Anacardium Occidentale L atau yang lebih dikenal masyarakat Indonesia dengan nama daerah jambu mede, jambu mente, merupakan salah satu tumbuhan multiguna, karena selain dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, bagian biji dapat dimakan sebagai makanan kecil, bagian buah sebagai buah segar atau sari buah dan bagian daun muda untuk lalap ( sayur mentah ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgetik hasil fraksinasi sari metanol daun jambu mede yang diberikan secara oral pada hewan coba mencit putih yang diberi asam asetat sebagai pembangkit rangsang nyeri. Penelitian dilakukan menurut metode writhing test atau test peritoneal, menggunakan pembanding asam asetil salisilat ( asetosal ). Bahan uji diberikan secara oral dalam bentuk suspensi dalam larutan CMC 0,5 %, diberikan tiga puluh menit sebelum pemberian asam asetat. Pengamatan jumlah geliat dilakukan 10 menit setelah penyuntikan asam asetat, selang waktu 5 menit selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari etil asetat dosis 47 mg/20 g berat badan dan sari butanol dosis 26 mg/20 g berat badan mempunyai efek analgetik yang secara statistik tidak berbeda bermakna dengan efek yang ditimbulkan oleh asam asetil salisilat dosis 1,30 mg/20 g berat badan. Sari air dan residu tidak menunjukkan efek analgetik. Ketiga macam dosis sari etil asetat yaitu 31, 47 dan 71 mg/20 g berat badan memberikan efek analgetik tetapi peningkatan dosis ini tidak diikuti dengan peningkatan efek.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Hakam
Abstrak :
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh dan terapi spiritualitas dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. Selain sistem energi tubuh terdapat pula metode relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang dapat mengurangi nyeri pada kanker. Teknik SEFT ini berfokus pada kata atau kalimat tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah kepada Tuhan sesuai dengan keyakinan pasien. Tujuan, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi SEFT dalam mengurangi nyeri pada pasien kanker. Metode, Metode penelitian ini adalah quasi-eksperimental dengan pre test and post test design with control group. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Jumlah sampel 20 orang, 10 orang kelompok intervensi dan 10 orang kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan kombinasi intervensi SEFT dan terapi analgesik dan kelompok kontrol hanya diberikan terapi analgesik. Intervensi SEFT dilakukan setelah pemberian analgesik dengan durasi 5-10 menit setiap hari selama lima hari. Sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan pengukuran nyeri dengan Numeric Rating Scale. Semua data yang terkumpul akan dianalisis dengan uji sample t test dengan tingkat kemaknaan a < 0,05. Hasil, Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi intervensi SEFT dan terapi analgesik lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada pasien kanker dibandingkan hanya terapi analgesik saja (p=0,047). Implikasi, Implikasi dari penelitian ini adalah dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien kanker serta mendorong kemandirian dalam peran autonomi perawat dan mengurangi ketergantungan pasien terhadap terapi analgetik. ......Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) represents an affiliation technique from body’s energy system and spiritual therapy by tapping at certain points of the body. Beside the body’s energy system there is also a relaxation method with that engage patient belief to relieve pain cancer. SEFT focuses on certain words or sentences pronounced several timcs in a rhythm, follows by resignation to The God as patient belief. Purpose, This research was aimed to explore the effect of SEFT intervention to reduce of cancer pain patients at the Dr Soetomo General Hospital in Surabaya. Method, Quasi experimental used in this study was pre test and post test design with control group. Samples were recruited using consecutive sampling. The sample size was 20 respondents. They were divided into intervention and control group, each group’s consist of 10 respondents. The intervention group received SEFT intervention combined with analgesic therapy and the control group given only analgesic therapy. SEFT intervention implemented after administrating analgesic, for 5-10 minutes every day during five days. Pain scale was measured by using Numeric Rating Scale to both of group. The data were analyzed statistically with sample t test with significance of level a < 0,05. Result, The results demonstrated that the combination SEFT intervention and analgesic therapy was more effective than only analgesic therapy (p=0,047). Implication, The Implication of this research can be employed to the cancer patient to relieve their pain. The nursing intervention with SEFT encourages nurse role autonomy and reduces patient dependency on analgesic therapy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26573
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Naridipta Anindyahapsari
Abstrak :
Latar Belakang. Nyeri pascabedah adalah masalah utama pascalaparotimi yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas pascabedah. Derajat nyeri pascalaparotomi dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya jenis pendekatan laparotomi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menilai perbandingan derajat nyeri pascalaparotomi digestif di atas umbilikus dan ginekologi yang mendapat analgesia kombinasi intravena dan epidural. Metode penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan metode kohort retrospektif terhadap 34 pasien wanita yang menjalani laparotomi digestif atas dan 34 pasien laparotomi ginekologi yang berusia 18 hingga 65 tahun dengan klasifikasi ASA I hingga III di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dari Januari 2022 hingga Juli 2023. Data pasien dipilih secara konsekutif dari rekam medik rumah sakit. Pasien dengan data yang tidak lengkap dan komplikasi pascabedah yang serius dikecualikan dari penelitian. Data kemudian diolah menggunakan SPSS dan dianalisis dengan uji Mann- Whitney. Hasil. Rata-rata derajat nyeri pasca bedah sewaktu beristirahat pada pasien yang menjalani laparatomi digestif di atas umbilikus yaitu sebesar 2.09 ± 0.9 dan 2.53 ± 1.187 pada laparotomi ginekologi. Sedangkan derajat nyeri sewaktu bergerak pada pasien yang menjalani laparatomi digestif di atas umbilikus sebesar 3.82 ± 1.242 dan 3.12 ± 0.046 pada pasien yang menjalani laparatomi ginekologi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perbandingan derajat nyeri pascabedah laparatomi sewaktu bergerak ( p =0.016). Derajat nyeri sewaktu istirahat laparatomi digestif di atas umbilikus dengan pasien laparatomi ginekologi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. (p 0.098). Kesimpulan. Dengan pemberian kombinasi analgesia epidural dengan analgetik intravena, derajat nyeri pascabedah sewaktu bergerak pada laparotomi digestif di atas umbilikus lebih tinggi signifikan dibandingkan laparatomi ginekologi meskipun secara klinis tidak bermakna. Tidak terdapat perbedaan signifikan derajat nyeri pada waktu istirahat pada kedua jenis pembedahan. ......Introduction. Postoperative pain can lead to serious complications. The intensity of postoperative pain is influenced by numerous factors, such as type of laparatomy. Multimodal analgesia is recommended to manage postlaparatomy pain. This study aims to compare the intensity of post digestive and gynecology laparatomy pain in patients with intravenous and epidural analgesia. Method. This study is conducted using retrospective cohort method approach on 34 female patients underwent upper digestive laparatomy and 34 female patients underwent gynecology laparatomy, aged 18 to 65, classified as ASA I -- III in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2022 to July 2023. Patient data was consecutively selected from hospital’s medical records. Patient with incomplete data and severe postoperative complications were excluded from the study. The data was then analyzed using SPSS and the analysis were tested using the Mann-Whitney. Results. The mean of postoperative pain at rest in patients undergoing upper umbilical digestive laparatomy is 2.09 ± 0.9 , and 2.53 ± 1.187 in gynecologic laparotomy. Meanwhile, the mean of postoperative pain during movement in patients undergoing upper umbilical digestive laparatomy is 3.82 ± 1.242 and 3.12 ± 0.946 for gynecologic laparatomy. There is statistically significant difference in the comparison of postoperative pain levels during movement with a p value of 0.016. There is no significant difference in postoperative pain levels at rest between patients undergoing digestive laparotomy upper umbilicus and gynecologic laparotomy patients with p value of 0.098. Conclusion. The degree of postoperative pain during movement is statisically significant but not clinically important in digestive laparatomy upper umbilicus compared to gynecologic laparotomy when given the combination of intravenous and epidural analgetics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Hakam
Abstrak :
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh dan terapi spiritualitas dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. Selain sistem energi tubuh terdapat pula metode relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang dapat mengurangi nyeri pada kanker. Teknik SEFT ini berfokus pada kata atau kalimat tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah kepada Tuhan sesuai dengan keyakinan pasien. Tujuan, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi SEFT dalam mengurangi nyeri pada pasien kanker. Metode, Metode penelitian ini adalah quasi-eksperimental dengan pre test and post test design with control group. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Jumlah sampel 20 orang, 10 orang kelompok intervensi dan 10 orang kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan kombinasi intervensi SEFT dan terapi analgesik dan kelompok kontrol hanya diberikan terapi analgesik. Intervensi SEFT dilakukan setelah pemberian analgesik dengan durasi 5-10 menit setiap hari selama lima hari. Sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan pengukuran nyeri dengan Numeric Rating Scale. Semua data yang terkumpul akan dianalisis dengan uji sample t test dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Hasil, Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi intervensi SEFT dan terapi analgesik lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada pasien kanker dibandingkan hanya terapi analgesik saja (p=0,047). Implikasi, Implikasi dari penelitian ini adalah dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien kanker serta mendorong kemandirian dalam peran autonomi perawat dan mengurangi ketergantungan pasien terhadap terapi analgetik.
ABSTRACT
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) represents an affiliation technique from body?s energy system and spiritual therapy by tapping at certain points of the body. Beside the body?s energy system there is also a relaxation method with that engage patient belief to relieve pain cancer. SEFT focuses on certain words or sentences pronounced several times in a rhythm, follows by resignation to The God as patient belief. Purpose, This research was aimed to explore the effect of SEFT intervention to reduce of cancer pain patients at the Dr Soetomo General Hospital in Surabaya. Method, Quasi experimental used in this study was pre test and post test design with control group. Samples were recruited using consecutive sampling. The sample size was 20 respondents. They were divided into intervention and control group, each group?s consist of 10 respondents. The intervention group received SEFT intervention combined with analgesic therapy and the control group given only analgesic therapy. SEFT intervention implemented after administrating analgesic, for 5-10 minutes every day during five days. Pain scale was measured by using Numeric oth of group. The data were analyzed statistically with sample t test with significance of level α ≤ 0,05. Result, The results demonstrated that the combination SEFT intervention and analgesic therapy was more effective than only analgesic therapy (p=0,047). Implication, The Implication of this research can be employed to the cancer patient to relieve their pain. The nursing intervention with SEFT encourages nurse role autonomy and reduces patient dependency on analgesic therapy.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaika Rosalin
Abstrak :
Pendahuluan: Kanker ginekologi adalah kanker yang dimulai pada organ reproduksi wanita. Lima jenis utama kanker ginekologi adalah kanker serviks, kanker ovarium, kanker rahim, kanker vagina, dan kanker vulva. Nyeri kanker merupakan gejala yang umum terjadi pada pasien kanker, lebih dari 70% individu dengan kanker stadium lanjut menderita nyeri sedang hingga berat (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) sehingga menimbulkan kesulitan dalam merawat diri sendiri dalam melanjutkan aktivitas hidup sehari-hari dan stress. Penggunaan opioid pada pasien yang mengalami nyeri kanker diketahui memberikan efek analgesia yang memadai untuk nyeri yang lebih berat, namun memiliki efek samping dan dapat menimbulkan kecanduan. Elektroakupunktur dapat berfungsi sebagai terapi komplementer untuk menghilangkan rasa sakit terkait kanker dan pengobatan kanker. Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal multisenter dilakukan pada 54 pasien nyeri kanker ginekologi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak sesuai kriteria eksklusi. Subjek penelitian dirandomisasi menjadi 2 kelompok, yaitu 27 subjek kelompok elektroakupunktur dan terapi standar dan 27 subjek kelompok terapi standar. Kelompok elektroakupunktur dan terapi standar akan mendapatkan terapi satu kali sehari selama tiga hari berturut-turut, terapi selama 30 menit dengan gelombang continuous, frekuensi 2 Hz, titik akupunktur yang digunakan adalah LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Intensitas nyeri dengan skor VAS, kualitas hidup pasien dengan EORTC QLQ-C30 dan dosis analgetik merupakan luaran primer yang dinilai. Hasil: Perbandingan rerata penururnan skor VAS hari pertama lebih besar pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dengan nilai p = 0,009, Perbaikan skor kualitas hidup pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar lebih baik daripada kelompok terapi standar saja pada status fungsi fisik, fungsi model diri, fungsi emosi, fungsi kognitif, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafas, nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Sedangkan penilaian pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar pada hari pertama dan hari ketujuh didapatkan hasil bermakna pada status kesehatan menyeluruh, fungsi fisik, fungsi emosi, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, nyeri, insomnia, konstipasi, perbaikan nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Serta penurunan total dosis anlagetik harian lebih besar pada kelompok terapi elektroakupunktur dan terapi standar. Kesimpulan: Terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dapat menurunkan skor VAS serta dosis analgetik harian disertai perbaikan pada kualitas hidup pasien. ......Introduction: Gynecological cancer is cancer that starts in the female reproductive organs. The five main types of gynecological cancer are cervical cancer, ovarian cancer, uterine cancer, vaginal cancer, and vulvar cancer. Cancer pain is a common symptom in cancer patients, more than 70% of individuals with advanced cancer suffer from moderate to severe pain (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) which causes difficulty in caring for themselves in continuing daily life activities and stress. . The use of opioids in patients experiencing cancer pain is known to provide adequate analgesia for more severe pain, but has side effects and can cause addiction. Electroacupuncture may serve as a complementary therapy for cancer-related pain relief and cancer treatment. Methods: A multicenter single-blind randomized clinical trial was conducted on 54 patients with gynecological cancer pain who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. The research subjects were randomized into 2 groups, namely 27 subjects in the electroacupuncture and standard therapy group and 27 subjects in the standard therapy group. The electroacupuncture and standard therapy groups will receive therapy once a day for three consecutive days, therapy for 30 minutes with continuous waves, frequency 2 Hz, the acupuncture points used are LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Pain intensity with VAS score, quality of life of patients with EORTC QLQ-C30 and analgesic dose were the primary outcomes assessed. Results: Comparison of the mean reduction in VAS score on the first day was greater in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy with a p value = 0.009, Improvement in score The quality of life in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy was better than the standard therapy group alone in the status of physical function, self-model function, emotional function, cognitive function, social function, fatigue, nausea and vomiting, shortness of breath, appetite with a p value < 0.05. Meanwhile, the assessment in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy on the first day and the seventh day showed significant results on overall health status, physical function, emotional function, social function, fatigue, nausea and vomiting, pain, insomnia, constipation, improvement in appetite with values p < 0.05. And the reduction in total daily analgesic dose was greater in the electroacupuncture therapy and standard therapy groups. Conclusion: Combination therapy of electroacupuncture and standard therapy can reduce VAS scores and daily analgesic doses accompanied by improvements in the patient's quality of life.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library