Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Novianti
Abstrak :
Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar, seorang anak memerlukan pemenuhan berbagai macam kebutuhannya, seperti: pangan, sandang, papan, kasih sayang, pemeliharaan dan asuhan, serta pendidikan. Kedua orang tua wajib memenuhi berbagai macam kebutuhan dari anaknya itu. Apabila diantara kedua orang tua meninggal salah satunya, maka yang lainnya berhak untuk memelihara dan mengasuh anaknya. Pada umumnya yang lebih banyak menimbulkan persoalan yaitu apabila yang meninggal adalah seorang bapak sebagai tulang punggung pencari nafkah keluarga. Persoalan akan timbul bila si ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bagi diri dan anaknya, sepeninggal suaminya itu. Dalam hal terjadi keadaan yang demikian, maka hukum Islam menentukan bahwa kalangan karib kerabat si anak harus berupaya semaksimal mungkin membantu dan memelihara anak yatim/terlantar itu. Disamping itu, dalam Hal tertentu sekali kedudukan ibu sebagai wali dapat dialihkan kepada orang lain atau badan yang khusus memelihara dan mengurus anak yatim itu. Adapun hukumnya menunjuk orang atau membentuk badan yang akan menjadi wali anak yatim itu adalah Fardhu kifayah.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charissa Karyadi
Abstrak :
Prevalensi trikuriasis di Indonesia masih tinggi terutama pada anak yang tinggal di lingkungan padat penghuni, seperti di panti asuhan. Pengetahuan tentang trikuriasis penting untuk mencegah infeksi tersebut. Riset ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan mengenai trikuriasis sebelum dan setelah penyuluhan. Penelitian eksperimental dilakukan di sebuah panti asuhan di Desa Lubang Buaya, Jakarta Timur. Data diambil dengan mengisi kuesioner berisi pertanyaan mengenai trikuriasis sebelum dan setelah penyuluhan pada tanggal 10 Juni 2012. Anak panti yang menghadiri penyuluhan diikutsertakan sebagai subjek penelitian. Data diolah menggunakan program SPSS versi 11,5 lalu dites dengan marginal homogeneity. Data yang didapat menunjukkan 59 (41,5%) responden laki-laki dan 83 (58,5%) perempuan, 78 (54,9%) murid SD, 55 (38,7%) SMP dan 9 (6,3%) SMA. Sebelum penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik, sedang dan kurang adalah 4 (2,8%), 31 (20,4%), dan 107 (75,4%). Setelah penyuluhan, responden dengan pengetahuan baik meningkat menjadi 7 (4,9%) dan sedang menjadi 37 (26%), sedangkan responden dengan pengetahuan kurang menurun menjadi 98 (69,4%). Uji marginal homogenity menghasilkan perbedaan signifikan (p<0,01). Disimpulkan tingkat pengetahuan responden mengenai trikuriasis dipengaruhi penyuluhan. ......The prevalence of trichuriasis in Indonesia is still high, especially in children that live in crowded areas, like in an orphanage. Knowledge on trichuriasis is important to prevent the infection itself. This research is purposed to know the knowledge difference on trichuriasis before and after health education. An experimental study is conducted in an orphanage in Lubang Buaya Vilage, East Jakarta. Data was taken by completing questionnaires filled with questions on trichuriasis before and after health education on June 10th, 2012. All orphans that attended the health education are included as the research?s subject. Data was processed by SPSS version 11.5 and tested with marginal homogeneity. Data collections showed 59 (41.5%) are male respondents and 83 (58.5%) are female, 78 (54.9%) primary school students, 55 (38.7%) middle school students and 9 (6.3%) are high school students. Before health education, respondents with good, fair and poor knowledge level are 4 (2.8%), 31 (20.4%), and 107 (75.4%). After health education, respondent with good knowledge increased to 7 (4.9%) and fair became 37 (26%), and respondents with poor knowledge decreased becoming 98 (69.4%). Marginal homogeneity test showed significant difference (p<0.01). As a conclusion, respondent?s knowledge level on trichuriasis is affected by health education.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Mutiara Larassati
Abstrak :
Remaja yang tinggal di panti asuhan di Indonesia berisiko tinggi mengalami berbagai masalah psikologis seperti, rendahnya psychological well-being, masalah perilaku dan emosional, serta beberapa masalah perkembangan. Kesulitan ekonomi membuat single mother menjadi kurang dalam memberikan kehangatan dan perhatian kepada anak, dan terpaksa menitipkan anaknya di panti asuhan. Padahal, kehangatan (penerimaan) ibu berdampak pada perkembangan sosial-emosional yang sehat. Sebaliknya, penolakan ibu merupakan prediktor utama meningkatnya risiko psychological distress pada anak. Penolakan ibu berdampak lebih besar dibandingkan penolakan ayah. Meskipun demikian, penerimaan ayah dapat meringankan dampak negatif dari penolakan ibu. Akan tetapi, anak yatim yang telah kehilangan figur ayah dan merasa ditolak oleh ibu mereka, akan cenderung memiliki risiko psychological distress yang lebih tinggi. Penelitian ini ingin melihat bagaimana persepsi remaja yatim di panti asuhan akan kehangatan (penerimaan-penolakan) ibu berdampak pada psychological distress. Jenis kelamin, usia, dan waktu tinggal akan dikontrol pada penelitian ini karena juga berkontribusi dalam meningkatkan risiko psychological distress. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan partisipan remaja yatim (usia 12-18 tahun di panti asuhan N, Depok), yang berjumlah 70 anak. Instrumen PARQ dan YOQ-SR digunakan untuk mengambil data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin remaja yatim merasa memperoleh penerimaan ibu, maka risiko psychological distress akan semakin rendah. Begitu pun sebaliknya, semakin remaja yatim merasa memperoleh penolakan ibu, maka semakin tinggi pula risiko remaja mengalami psychological distress. Diduga ada kemungkinan faktor-faktor di dalam panti asuhan ikut berkontribusi dalam meningkatkan risiko psychological distress pada remaja yatim di panti asuhan N. ......Adolescents in the orphanages in Indonesia are at higher risk of various psychological problems. Due to economic difficulty, many single mothers were forced to leave their children in the orphanage. However, many of these orphanage children feel abandoned and rejected by their mothers. Single mothers with economic difficulties tend to be less warm and attentive. Many studies indicated that maternal’s warmth and acceptance very important factors that influence healthy social-emotional development in adolescents. On the contrary, maternal’s rejection is one of the main factors that cause psychological distress in adolescents. The risk of experiencing psychological distress is even higher in orphaned adolescents who lost their father. This study will to investigate how perception of maternal acceptance and rejection have an impact on psychological distress among orphaned adolescents in the orphanage. Gender, age, and residence time will be controlled in this study, because these factors contribute to the risk of psychological distress. This study is a quantitative study. There were 70 orphaned adolescents between the aged of 12-18, from N orphanage (Depok), participated in this study. PARQ and YOQ-SR measurements were used to collect the data. The results showed the more orphaned adolescents felt acceptance by their mother, the risk of psychological distress become lower, and vice versa. It indicated there might be other factors in the orphanage that contribute to the increase of risks of developing psychological distress in orphaned adolescents in N orphanage.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library