Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abd. Latief Bustami
"Angka Kematian Bayi dan Balita di Indonesia relatif tinggi. Faktor utama penyebab kematian balita adalah penyakit ISPA. Tingginya prevalensi penyakit ISPA itu diperkirakan disebabkan oleh pandangan masyarakat terhadap etiologi penyakit itu. Pandangan itu diperkirakan mempengaruhi pilihan penyembuhan penyakit. Masalah penelitian ini adalah pilihan-pilihan penyembuhan penyakit ISPA pada balita di Pulau Kangean.
Temuan penelitian ini adalah: (1), pandangan orang Kangean tentang etiologi penyakit ISPA diklasifikasikan menjadi empat, yaitu biasa (biesa), perbuatan sihir seseorang (gebeien), pengaruh makhluk halus (sapa-sapaan) dan pembalasan Tuhan di dunia terhadap perbuatan orang tuanya (belesan). Pandangan Foster dan Anderson dan Rivers tentang etiologi penyakit anak di pulau Kangean tidak bisa diterima, (2). pandangan tentang etioiogi penyakit mempengaruhi pilihan penyembuhan penyakit. Penentuan pilihan penyembuhan penyakit tidak mengacu pada keempat etiologi penyakit secara linier melainkan berpindah-pindah, coba-coba, ganda, dan bersamaan. Etiologi peoyakit yang disebabkan biesa, gebeian, sapa-sapaan, dan belesan selalu disembuhkan dengan kehadiran dukon sarad, dukon rana\ guru mengaji (Kyae Morok) dan Kyae, sedangkan yang biesa dilakukan oieh orang tua, dokter dan penyembuh lainnya secara siklus. Walaupun setelah dari dokter tetap melakukan a sarad, Pendapat Rivers tentang setiap pandangan hidup itu mempunyai kepercayaan tentang etiologi penyakit yang berhubungan dengan penentuan pilihan penyembuhan secara monolitik tidak bisa diterima, (3). prinsip dalam proses penyembuhan adalah mencari kecocokan antara pandangan mereka tentang etiologi penyakit dan kesembuhan (sadeging). Pilihan penyembuhan penyakit ditentukan oleh pandangan mereka tentang etiologi penyakit ISPA. Sumber perawatan ditentukan oleh tingkat keparahan penyakit, uasaha penyembuhan yang tidak berhasil.kondisi lokasi penderita, fasilitas medis, ketersediaan paramedis, dan pembiayaan. Temuan ini sesuai dengan pendapat Young (1980). Penyembuhan penyakit ditentukan oleh peran penyembuh. Temuan penelitian ini memperkuat pendapat Malinowski (1922) dan Geertz di Jawa (1989), Jordan di Madura (1985), (4) pandangan terhadap penyembuhan yang gagal dilakukan dengan cara pindah ke penyembuh yang lain bahkan berulang-ulang bersifat siklis. Penyembuhan penyakit yang gagal setelah berikhtiar dianggap takdir (paste) dan pasrah pada nasib (pasra), dan (5) pandangan terhadap penyembuhan yang berakhir dengan kematian bayi dipengaruhi oleh pandangannya tentang keberadaan anak dan ajaran Islam. Pandangan itu berhubungan dengan faktor kegunaan si pasien bag! kelompok yang membuat keputusan tersebut. Temuan ini sesuai dengan pendapat Foster dan Anderson, (1986).
"
Lengkap +
2001
T1084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virna Agustriani
"Kekuatan otot pernapasan bertanggung jawab terhadap perbedaan tekanan dalam proses ventilasi yang diukur dengan Maximum Inspiratory Pressure (MIP) yang menggambarkan kekuatan otot diafragma dan otot inspirasi lain, dan Maximum Expiratory Pressure (MEP) untuk otot abdomen dan otot ekspirasi lain. Pemeriksaan ini sensitif menggambarkan kelemahan otot pernapasan, mudah dilakukan dan tidak invasif, namun belum menjadi prosedur rutin. Beberapa negara telah melakukan penelitian sebelumnya dan mendapatkan nilai standar yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri belum ada penelitian yang mengukur kekuatan otot pernapasan pada anak sehat,sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai standar Maximum Inspiratory Pressure dan Maximum Expiratory Pressure pada anak usia delapan sampai dua belas tahun di Jakarta. Studi ini merupakan studi potong lintang yang melibatkan 267 subjek. Subjek adalah anak sekolah dasar usia 8-12 tahun di Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperiksa spirometri untuk memastikan sehat respirasi, diberikan kuesioner aktivitas fisik, dan setelahnya dilakukan pemeriksaan MIP dan MEP dengan alat digital manometer. Data MIP dan MEP yang didapat dinilai korelasinya dengan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan aktivitas fisik. Nilai MIP dan MEP pada anak usia 8- 12tahun mendapatkan nilai tengah 58 dan 59mmHg. Subjek laki-laki mendapatkan nilai tengah yang lebih tinggi daripada perempuan dengan nilai MIP 60 mmHg dan 55mmHg, nilai MEP 63 mmHg dan 56mmHg. Dengan uji korelasi spearman terdapat korelasi signifikan antara MIP dengan berat badan dan tinggi badan, dengan nilai korelasi lemah, namun tidak dengan nilai MEP. Tidak terdapat hubungan antara nilai MIP dan MEP dengan aktivitas fisik.

Respiratory muscle strength is responsible for the pressure difference in the ventilation process measured by Maximum Inspiratory Pressure (MIP) which represents the strength of the diaphragm muscles and other inspiratory muscles, and Maximum Expiratory Pressure (MEP) for abdominal muscles and other expiratory muscles. This measurement is sensitive in representing respiratory muscle weakness, easy to use and non-invasive. However, it is not a routine procedure. Several countries have conducted previous studies and obtained different standard results. In Indonesia, no study measures respiratory muscle strength in healthy children. Therefore, this study aims to obtain standard values for Maximum Inspiratory Pressure and Maximum Expiratory Pressure in eight to twelve years old children in Jakarta. This is a cross-sectional study that involved 267 subjects. The subjects were 8-12 years old elementary school students in Jakarta who fulfilled the inclusion and exclusion criteria. They were examined for respiratory health using spirometry, given a physical activity questionnaire, and examined for MIP and MEP using a digital manometer. Correlations were obtained between MIP and MEP data and gender, weight, height, and physical activity. The MIP and MEP values in 8-12 years old children showed a median of 58 and 59 mmHg, respectively. Male students showed higher median value compared to female students with MIP value of 60 mmHg and 55 mmHg, and MEP value of 63 mmHg and 56 mmHg. Spearmans correlation test showed a significant correlation between MIP and weight and height with weak correlation strength. However, the MEP value showed otherwise. There was no correlation between MIP and MEP values and physical activity."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library