Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Rahaden Kusuma
"Xilitol adalah poliol yang sering digunakan sebagai pengganti sukrosa karena memiliki kemanisan yang relatif sama dengan sukrosa, dapat digunakan sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes dan penderita gangguan metabolisme lemak serta dapat mencegah timbulnya karies gigi. Produksi xilitol dalam penelitian ini dilakukan melalui proses biokonversi substrat hidrolisat hemiselulosa dari ampas tebu menggunakan khamir Hansenula polymorpha. Optimasi dilakukan terhadap cara penylapan hidrolisat hemiselulosa dan variasi penggunaan sumber nitrogen di dalam media. Analisis terhadap hasil dilakukan secara KCKT dengan kolom Metacarb Ca plus (300 X 7,8) mm pada suhu 50°C, fase gerak aquabidestilata dengan kecepatan alir 0,3 ml/menit dan dideteksi menggunakan detektor indeks bias. Hasil biokonversi menunjukkan bahwa konsentrasi xilosa terbesar diperoleh jika proses hidrolisa dilakukan menggunakan autoklaf dengan suhu 121®C, tekanan 2 atm selama 20 menit yaitu sebesar 91,67 g/L. Sedangkan produksi xilitol terbaik diperoleh jika sumber nitrogen yang digunakan adalah urea dengan konsentrasi terbesar terdapat pada hari pertama kultivasi yaitu 3,72 g/L.

Xylitol is a polyols which is used as a sucrose subtitute because of its similarity of sweetness, it can be used as sugar subtitute for diabetics and lipid metabolism disorders and it can also prevent the incidence of dental caries. The production of xylitol in this research is carried out by bioconversion process of hemicellulosic hydrolysate substrate from sugar cane bagasse using a yeast, Hansenula polymorpha. The optimation was done to the hemicellulosic hydrolysate pretreatment and variation of nitrogen sources in medium. The product was analysed through HPLC method with Metacarb Ca plus coloum (300 X 7,8) mm at 50°C and aquabidestilata as mobile phase, flow rate 0,3 ml/minute and detected by Refractive Index Detector. The bioconversion results showed that highest xylose concentration was achieved when hydrolysis process was done by autoclave at 121°C, 2 atm for 20 minutes. While the best xylitol production was achieved when it's used urea as a nitrogen source with highest concentration at the first cultivation day is 3,72 g/L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2002
S70490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin
"ABSTRACT
Tanah bekas kopi (SCG) adalah salah satu limbah domestik yang paling tidak diolah di Indonesia, nilai ekonomisnya yang rendah menjadi alasan utama mengapa kopi ini tidak diperhatikan. Bertentangan dengan kepercayaan, SCG memiliki banyak senyawa bioaktif seperti asam klorogenat dan flavonoid yang merupakan bagian dari senyawa fenolik yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Deep eutectic solvent (DES) adalah salah satu pelarut terbaru, paling efisien dan ramah lingkungan, dan sangat masuk akal sebagai ekstraktan senyawa bioaktif yang berasal dari alam, yang mencakup senyawa fenolik dari SCG. DES disintesis dari garam amonium kuartener yang bertindak sebagai akseptor ikatan hidrogen (HBA) dan donor ikatan hidrogen (HBD) dari kelompok polialkohol dan asam. Polaritas, viskositas, dan densitas dari DES yang disintesis diuji untuk memperoleh sifat fisikokimia mereka, yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan DES sebagai pelarut. Ekstraksi SCG dilakukan dengan memanfaatkan thermoshaker pada suhu 50oC. Efisiensi ekstraksi DES dinilai dari aktivitas antioksidan dan total senyawa fenolik yang diekstraksi dari SCG, Ultraviolet - Visible Spectrophotometry (UV-Vis) digunakan untuk menentukan kuantitas, pereaksi DPPH dan F - C bertindak sebagai indikator warna. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DES betaine - 1,2-butanediol dengan rasio molar 1: 7 memiliki kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan yang paling banyak. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mendapatkan struktur ekstraksi SCG sebelum dan sesudah, Liquid Chromatography - Mass Spectroscopy (LCMS) juga digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang diekstraksi. Studi kualitatif menunjukkan bahwa senyawa yang diekstraksi dari DES betaine - asam laktat dengan rasio molar 1: 7 adalah yang paling bervariasi dan mereka memiliki senyawa yang lebih berharga dibandingkan yang lain.

ABSTRACT
Used coffee land (SCG) is one of the least processed domestic wastes in Indonesia, its low economic value is the main reason why this coffee is not considered. Contrary to belief, SCG has many bioactive compounds such as chlorogenic acid and flavonoids which are part of phenolic compounds that have high economic value. Deep eutectic solvent (DES) is one of the newest, most efficient and environmentally friendly solvents, and it makes perfect sense as an extractant of bioactive compounds derived from nature, which includes phenolic compounds from SCG. DES is synthesized from quaternary ammonium salts which act as hydrogen bond acceptors (HBAs) and hydrogen bond donors (HBD) from the polyalcohol and acid groups. The polarity, viscosity, and density of the synthesized DES were tested to obtain their physicochemical properties, which greatly affected the ability of DES as a solvent. SCG extraction is done by using a thermoshaker at a temperature of 50oC. The efficiency of DES extraction is assessed from antioxidant activity and the total phenolic compounds extracted from SCG, Ultraviolet-Visible Spectrophotometry (UV-Vis) is used to determine the quantity, DPPH reagents and F-C act as color indicators. The results of this study indicate that DES betaine - 1,2-butanediol with a molar ratio of 1: 7 has the most phenolic content and antioxidant activity. Qualitative analysis was performed using a Scanning Electron Microscope (SEM) to obtain the SCG extraction structure before and after, Liquid Chromatography - Mass Spectroscopy (LCMS) was also used to identify the extracted compounds. Qualitative studies show that compounds extracted from DES betaine - lactic acid with a molar ratio of 1: 7 are the most varied and they have more valuable compounds than others."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuriah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap analisis beberapa sterol menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dalam ampas
kecap. Analisis dilakukan pada kolom f ase terbalik dengan
detektor UV pada panjang gelombang 213 nm menggunakan beberapa
fase gerak dan kecepatan aliran yang divariasi serta temperatur kolom 40 °C.
Pemisahan yang baik diperoleh dengan menggunakan fase
gerak metanol absolut dengan kecepatan aliran 0,25 ml/menit,
Stigmasterol dan kampesterol dapat dipisahkan dengan baik dari
sitosterol, namun pemisahan antara stigmasterol dan kampesterol belum cukup baik (B= 0,7).
Penerapan metode di atas terhadap ampas kecap menunjukkan bahwa ampas kecap mengandung stigmasterol (0,1 - 0,2 mg/g bobot kering), kampesterol (0,2 - 0,3 mg/g bobot kering) , dan sitosterol (0,4 - 0,6 mg/g bobot kering). Kandungan sterol total adalah lebih kurang 1 mg/ g bobot kering."
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"industri tahu adalah salah satu industri yang menghasilkan limbah berbentuk padat yaitu ampas tahu dengan kandungan organik yang tinggi dan berpotensi menimbulkan pencemaran cair dan udara. pemanfaatan ampas tahu sebagai bahan bakar biomassa ini bertujuan mengatasi masalah timbunan limbah padat ampas tahu sebagai bahan bakar biomassa."
631 BLI 48:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Emil Simanjuntak
"Tebu (Saccharum Officinarum) merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan untuk menghasilkan gula. Luas area yang ditanami tebu di Indonesia pada 2015 adalah 445.650 ha yang menghasilkan gula kristal putih sebanyak 2.497.997 ton. Selama menghasilkan gula, akan diperoleh ampas tebu sebagai hasil samping sebanyak 35-40% yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar dan pupuk organik. Kadar air ampas tebu sekitar 50%. Kadar air ini dapat diturunkan melalui proses pengeringan sehingga dapat meningkatkan performa pembangkit. Pengeringan yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe rotari skala laboratorium dengan temperatur udara pengering 140, 160, 180, dan 200 C. Ampas tebu segar yang akan dikeringkan terlebih dahulu dicacah dengan ukuran sekitar 3 cm dengan massa yang sampel 100, 125 dan 150 gr. Selama proses pengeringan, massa sampel diukur setiap dua menit dan akan menghasilkan data rasio kelembaban, laju pengeringan dan perkiraan nilai kalor atas. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa laju pengeringan tercepat diperoleh dengan temperatur udara 200 C massa 100 gr. Model persamaan laju pengeringan yang terbaik adalah model polinomial full cubic. Dari sisi konsumsi energi, pengeringan akan efektif bila dilakukan hingga kadar air mencapai 10%"
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Lika Jayanti Budi Ranti
"Jerami padi dan ampas tebu merupakan limbah alam yang berpotensi untuk dijadikan papan serat. Polivinil asetat sebagai perekat dipilih karena termasuk polimer yang tidak terlalu mahal sehingga memungkinkan untuk membuat papan hibrida serat jerami padi - ampas tebu yang murah dan juga ramah lingkungan. Perlakuan kimia diterapkan pada kedua serat untuk memperbaiki mutu serat jerami padi dan ampas tebu sebelum dijadikan penguat pada papan hibrida.
Penelitian ini bertujuan mengetahui komposisi terbaik papan jerami berbasis lem putih PVAc dan pengaruh penambahan ampas tebu dalam papan jerami padi, untuk mendapatkan komposisi terbaik juga mendapatkan sifat fisis dan mekanik terbaik. Komposisi optimal papan serat jerami padi sebesar 30 wt% menghasilkan kekuatan tarik sebesar 4.8 MPa sedangkan komposisi optimal papan hibrid jerami padi-ampas tebu adalah komposisi 15 wt% jerami padi, 15 wt% ampas tebu dan 70 wt% PVAc menghasilkan kekuatan tarik sebesar 3.7 MPa. Rata- rata kerapatan yang didapatkan pada papan hibrida adalah 0.75 gr/cm3 dengan kadar air 10% dan daya serap air mendekati 100%. Sifat mekanik dan sifat fisis papan hibrida yang tidak terlalu baik dikarenakan perekat yang digunakan mempunyai kuat tarik lemah, viskositas tinggi dan larut dalam air.

Rice straw and bagasse are natural waste materials that have the potential to be used as fiber boards. Polyvinyl acetate adhesives have been employed because it is relatively economical and this is possible to produce relatively cheap and eco-friendly rice straw-bagasse hybrid boards. Chemical treatment applied to improve the quality of rice straw and bagasse prior the rice straw ? bagasse hybrid board production.
This study aimed to determine the optimum composition of rice straw - PVAC white glue boards and the effects of bagasse addition to rice straw boards in order to achieve the optimum composition that provides the best physical and mechanical properties. Optimal composition of rice straw boards was in 30 wt% rice straw that provide a tensile strength of 4.8 MPa, while the optimal composition of hybrid boards is 15 wt% rice straw, 15 wt% bagasse and 70 wt% PVAc resulted a tensile strength of 3.7 MPa. Average density obtained on the hybrid fiber board was 0.75 gr/cm3 with 10 % moisture content and close to 100 % of water absorption. The mechanical and physical properties of these hybrid boards were not very good due to the adhesive used that had a low tensile strength, high viscosity and high water solubility."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S53179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Alifia Isti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang kualitas lingkungan yang mendukung aktivitas soft mobility dan contoh kasus penerapan kualitas tersebut pada shared space di salah satu ruang kota di New Zealand. Pembahasan mencangkup definisi dari soft mobility, cara bermobilitasnya, dan kualitas yang dibutuhkan dalam mendukung soft mobility. Kesimpulannya adalah terdapat kualitas-kualitas yang dibutuhkan untuk mendukung soft mobility, yaitu kualitas keamanan, permeabilitas, variasi, legibilitas, robustness, kelayakan visual, dan kekayaan indra. Kualitas tersebut dapat diterapkan pada lingkungan terbangun kota.

ABSTRAK
This study is about quality of environment which provide soft mobility and its application on shared space in one of New Zealand?s urban area. The study includes soft mobility definition, its mobility modes, and quality requirement to provide soft mobility. The conclusion of this study is that qualities requirement to provide soft mobility are safety, permeability, variety, legibility, robustness, visual appropriateness, and richness. Those quality are able to be applied on urban built environment."
2016
S63128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faracitra Akuwalifah Kusumadewi
"Hydrogren recovery dari off-gas di hydrocracking unit dengan metode adsorpsi merupakan salah satu proses yang dapat meningkatkan efektivitas pada unit refinery. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat karbon aktif dari limbah ampas kopi yang akan digunakan sebagai adsroben pada proses hydrogen recovery. Limbah ampas kopi dipilih menjadi bahan baku bioadsorben karena memiliki kadar lignoselulosa yang baik serta mudah didapatkan di Indonesia. Metode aktivasi limbah ampas kopi adalah aktivasi kimia dengan ZnCl2 sebagai activating agent pada suhu 600°C.
Luas permukaan karbon aktif diuji dengan metode BET dan bilangan Iod, sementara morfologi dan kompisisinya akan diuji dengan metode SEM-EDX. Uji kapasitas adsorpsi karbon aktif dilakukan dengan campuran gas metana dan hidrogen untuk mengetahui kemampuan karbon aktif dalam proses recovery hidrogen. Uji adsorpsi dilakukan pada gas metana dan hidrogen murni pada suhu 20°C serta campuran CH4/H2 pada keadaan isotermal 10-30°C dengan tekanan 1 6 bar.
Penelitian ini menunjukkan bahwa karbon aktif berbahan dasar ampas kopi memiliki luas permukaan sebesar 728,07 m2/g dan bilangan iodin sebesar 2248 mg/g. Uji adsorpsi menunjukkan bahwa karbon aktif yang dihasilkan pada penelitian ini dapat mengadsorpsi gas CH4 murni 2,4 kali lebih banyak daripada gas H2 murni. Hasil ini menunjukkan bahwa karbon aktif yang dihasilkan pada penelitian ini dapat digunakan untuk pemisahan CH4/H2.

Hydrogen recovery from off gas of hydrocracking unit by adsorption is one of the process that could increase the efficiency process of refinery unit. The purpose of this research is to make coffee grounds based activated carbon bioadsorbent that will be used in hydrogen recovery proses. Coffee ground is selected as bioadsorbent because it has high lignocellulose content and easily obtained in Indonesia.The carbon was prepared by chemical activation using ZnCl2 at temperature 600°C.
The surface area of produced activated carbon was measured using BET and Iodine number, while its surface morfology and composition were characterized using SEM EDX. The adsorption capacity of activated carbon and its selectivity will be tested using hydrogen methane gas mixture adsorption to determine the ability of activated carbon in separating hydrogen from methane. The test was carried out on pure methane and hydrogen gas at 20oC and a mixture of CH4 H2 mole ratio 4 1 at 10°C, 20°C and 30°C and pressures from 1 to 6 bar.
The results of this study show that the activated carbon can be successfully produced having specific surface area of 728.07 m2 g and iodin number of 2248 mg g. The result shown that the adsorption of pure CH4 gas at the same pressure was 2.4 times greater than pure H2. The adsorption test indicates that the produced activated carbon might be used for hydrogen methane separation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Saputri
2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Farist Pratista Andanitya
"Wilayah yang memiliki sumber air baku yang terbatas dapat memanfaatkan sumber daya lain seperti air hujan. Air hujan dapat dipanen dan ditampung agar dapat digunakan menjadi sumber baku air bersih kegiatan ini biasanya disebut dengan pemanenan air hujan (rain water harvesting). Dalam penelitian ini akan membandingkan 2 jenis media karbon aktif yang berbeda yaitu karbon aktif dari tempurung kelapa dan dari ampas kopi dalam penyisihan 4 parameter air pH, warna, zat organik dan besi. Desain reaktor terbuat dari wadah kaca dan masing-masing reaktor diisi karbon aktif dengan ketebalan media 11.25 cm. Analisis dilakukan secara simplo atau satu kali pengukuran. Kandungan besi pada inlet memiliki rata-rata sebesar 0.0617 mg/L. Setelah pengolahan dengan ampas kopi bertambah menjadi 0.0917 mg/L. Berdasarkan hasil tes anova dan post hoc dapat disimpulkan untuk parameter pH dan zat organik karbon aktif dari ampas kopi dan tempurung kelapa memiliki kemampuan yang sama p-value > 0.05. pH akhir range 7.4-7.9 sedangkan zat organik mengalami kenaikan menjadi 42.29 mg/L dan untuk warna yang ditimbulkan setelah pengolahan karbon aktif ampas kopi adalah 45 PtCo. Terdapat keunggulan secara ekonomi sejumlah Rp.72,000.- dalam penggunaan karbon aktif ampas kopi sebagai bahan baku. Namun tempurung kelapa memiliki keunggulan dari masa penggunaannya yang lebih tahan lama.

Areas that have limited raw water sources can utilize other resources such as rainwater. Rainwater can be harvested and collected so that it can be used as a raw source of clean water, this activity is usually called rain water harvesting. In this study will compare 2 different types of activated carbon media, namely activated carbon from coconut shells and from coffee grounds in the removal of 4 water parameters pH, color, organic matter and iron. The reactor design is made of glass containers and each reactor is filled with activated carbon with a media thickness of 11.25 cm. The analysis was done by simplo or one measurement. Iron content at the inlet has an average of 0.0617 mg/L. After processing with coffee grounds, it increased to 0.0917 mg/L. Based on the results of anova and post hoc tests, it can be concluded that for the parameters of pH and organic matter, activated carbon from coffee grounds and coconut shell has the same ability p-value> 0.05. The final pH range is 7.4-7.9 while organic matter has increased to 42.29 mg/L and for the color caused after processing coffee grounds activated carbon is 45 PtCo. There is an economic advantage of Rp.72,000 in the use of coffee grounds activated carbon as raw material. However, coconut shell has the advantage of a more durable period of use."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>