Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darmaerius
"ABSTRAK
Sejumlah spesies kapang merupakan mikroorganisme
penghasil enzim glukoamilase dan telah digunakan secara
komersial untuk menghasilkan glukosa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 4
auftiber karbohidrat (tepung beras, tepung tapioka, tepung
maizena, dan pati terlarut), terhadap aktivitas
glukoamilase Mucor hiemalis UICC 278, pada fermentasi 24
jam; serta untuk mengetahui sumber karbohidrat terbaik,
agar diperoleh aktivitas glukoamilase yang maksimal.
Spora kapang diinokulasikan ke dalam medium
fermentasi Sakai & Caldo yang telah dimodifikasi, dan
diinkubasi dalam shaking incubator selama 24 jam (30°C dan
110 rpm). Aktivitas glukoamilase diuji dengaan metode
Nishise dkk. (1988) modifikasi dan gula pereduksi dengan
metode Somogyi-Nelson.
Pengujian statistik menunjukkan adanya pengaruh
keempat sumber karbohidrat terhadap aktivitas glukoamilase
M. hiemalis UICC 278. Rata-rata aktivitas glukoamilase
tertinggi diperoleh pada medium dengan substrat tepung
beras, dan secara statistik berbeda nyata dengan substrat
lainnya, kemudian diikuti tepung tapioka, pati terlarut,
dan terendah pada tepung maizena. Secara statistik antara
pati terlarut dengan tepung maizena tidak berbeda nyata.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelly Nathassha
"Starch is an additive substance which is use in industry, food, and pharmacy. Despite of it, the use of starch is limited so usually modified into ester starch, one of them is acetate starch which is made of acetate anhydride as substituent compound. Microwave heating is one of method to make acetate starch. To obtain the optimal degree of substitution can be made experimentation with varied temperatures and durations. This method also conducted at amylose from of cassava starch isolation, to know how many acetate group which substitution. The lowest degree of substitution (DS), reached in heating during 1,5 minutes at 85°C, is 0,055 for acetate starch and 0,037 for acetate amylose. The highest degree of substitute for acetate starch obtained in heating during 7 minutes at 140°C is 0,093. The highest degree of substitute for acetate amylosa is 0,059 in heating during 3,5 minutes at 105°C which produce brownish powder.

Pati adalah suatu bahan tambahan yang dapat digunakan dalam industri, pangan dan farmasetika. Namun, penggunaannya terbatas, sehingga biasanya dilakukan modifikasi yang salah satunya adalah pembentukan pati ester, yaitu pati asetat yang dibuat dengan menggunakan asetat anhidrida sebagai senyawa pensubstitusi. Salah satu cara untuk membuat pati asetat adalah dengan pemanasan menggunakan microwave. Untuk memperoleh derajat substitusi (DS) yang optimal dilakukan percobaan dengan variasi waktu dan suhu. Metode ini juga dilakukan pada amilosa hasil isolasi pati singkong, untuk mengetahui seberapa banyak gugus asetat yang tersubstitusi. DS pati asetat terendah diperoleh pada pemanasan selama 1,5 menit pada suhu 85°C yaitu sebesar 0,055 dan untuk amilosa asetat sebesar 0,037. DS tertinggi pati asetat diperoleh pada pemanasan selama 7 menit, pada suhu 140°C yaitu sebesar 0,093, sedangkan amilosa asetat sebesar 0.059 pada pemanasan selama 3,5 menit, pada suhu 105°C dan menghasilkan serbuk yang berwarna coklat muda."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ufairah Hanifah Indriatin
"ABSTRAK
Rute penghantaran obat transdermal membutuhkan eksipien khusus untuk menghantarkan obat melalui kulit menuju sistemik. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan menganalisis kemampuan penetrasi hidrogel transdermal yang dibuat dari eksipien koproses amilosa tersambungsilang6 – xanthan gum (Ko-CLA6-XG) pada perbandingan 1:2 sebagai pembentuk matriks dan natrium diklofenak sebagai model obat. Uji penetrasi in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz dan dianalisis dengan spektrofotometer UV. Uji penetrasi in vivo dilakukan dengan mengaplikasikan hidrogel transdermal berukuran 1 x 1 cm pada bagian abdomen tikus jantan galur Sprague-Dawley. Analisis hasil uji penetrasi in vivo dilakukan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor photodiode array (PDA). Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif obat yang terpenetrasi selama 12 jam sebesar 7629 ± 2711 µg.cm-2 dengan fluks sebesar 655,23 ± 216,43 µg.cm-2.jam-1. Profil pelepasan natrium diklofenak dari hasil uji penetrasi in vivo memberikan konsentrasi puncak plasma (Cmax) sebesar 4,35 ± 0,94 µg.ml-1 pada 1 jam dengan nilai area di bawah kurva (AUC 0-∞) 54,35 ± 7,55 µg.ml-1.jam. Berdasarkan hasil tersebut, hidrogel transdermal dengan eksipien Ko-CLA6-XG (1:2) mampu mempenetrasikan dan mengendalikan pelepasan natrium diklofenak selama 12 jam.

ABSTRACT
Transdermal drug delivery needs specific excipient to deliver drug through the skin. The goals of this research were produced and analyzed penetration ability of transdermal hydrogel based on co-processed excipient of xanthan gum and 6-cross-linked amylose (Co-CLA6-XG) in 1:2 composition as matrix-forming and diclofenac sodium as a drug model. In vitro penetration study was evaluated using Franz diffusion cell and analyzed by UV-spectrophotometre. In vivo penetration study was performed by applying a transdermal hydrogel in size of 1 x 1 cm on the abdomen of Sprague-Dawley rats. Plasma concentration of diclofenac was analyzed by high-performance liquid chromatography (HPLC) with photodiode array (PDA) detector. In vitro penetration study showed that the cumulative drug permeated across the skin for 12 hours was 7629 ± 2711 µg.cm-2 with flux 655.23 ± 216.43 µg.cm-2.hours-1. The results of in vivo study showed that maximum plasma concentration (Cmax) was 4.35 ± 0.94 µg.ml-1 during 1 hour and area under curve (AUC 0-∞) was 54.35 ± 7.55 µg.ml-1.hour. According to the results, it can be concluded that transdermal hydrogel based on Co-CLA6-XG (1:2) excipient is able to deliver and penetrate diclofenac sodium release during 12 hours."
Lengkap +
2015
S59610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana Ariani
"ABSTRAK
Tablet lepas lambat merupakan tablet yang di desain untuk melepaskan obat
secara perlahan – lahan di dalam saluran cerna, dengan menggunakan matriks
sebagai salah satu komponen utama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
eksipien koproses xanthan gum – amilosa tersambungsilang (Ko-CLA6-XG dan
Ko-CLA12-XG); (CL6-Ko-A-XG dan CL12-Ko-A-XG) sebagai matriks tablet
lepas lambat natrium diklofenak. Eksipien Ko-CLA6-XG dan Ko-CLA12-XG
merupakan hasil koproses xanthan gum dengan CLA6 dan xanthan gum dengan
CLA12. Eksipien CL6-Ko-A-XG dan CL12-Ko-A-XG dihasilkan dengan cara
sambungsilang dari hasil koproses xanthan gum dan amilosa menggunakan
natrium trimetafosfat dengan perbandingan masing – masing eksipien yaitu 1:1,
1:2 dan 2:1. Ko-CLA6-XG, Ko-CLA12-XG, CL6-Ko-A-XG dan CL12-Ko-A-XG
yang dihasilkan dikarakterisasi sifat fisik, kimia dan fungsional. Ko-CLA6-XG
dan Ko-CLA12-XG mempunyai derajat substitusi 0,070 dan 0,110. Eksipien CL6-
Ko-A-XG 1:1, 1:2 dan 2:1 berturut – turut 0,077; 0,081 dan 0,083 serta CL12-Ko-
A-XG 1:1, 1:2 dan 2:1 berturut – turut 0,113; 0,119 dan 0,122. Eksipien tersebut
mempunyai kemampuan mengembang yang baik, viskositas yang cukup besar dan
kekuatan gel yang baik. Tablet dengan matriks Ko-CLA6-XG, Ko-CLA12-XG,
CL6-Ko-A-XG dan CL12-Ko-A-XG diformulasikan dengan metode cetak
langsung dan seluruhnya memenuhi persyaratan evaluasi tablet. Profil pelepasan
natrium diklofenak dari tablet yang mengandung matriks Ko-CLA6-XG (F1 –
F3), Ko-CLA12-XG (F4 – F6), CL6-Ko-A-XG (F7 – F9) dan CL12-Ko-A-XG
(F10 – F12) dalam medium dapar fosfat selama 8 jam, menunjukkan profil
pelepasan obat diperlambat dengan kinetika pelepasan orde nol (F1 – F6, F9, F11)
dan Korsmeyer-Peppas (F7, F8, F10, F12). Oleh karena itu, F1 – F6 dapat
digunakan untuk sediaan lepas lambat selama 16 jam sedangkan F7 – F12 dapat
digunakan untuk sediaan lepas lambat selama 32 jam.

ABSTRACT
Sustained release tablet was solid dosage form which was designed to release
drugs slowly in gastrointestinal tract. This present research was intended to
produce coprocessed excipient of xanthan gum-crosslinked amylose (Co-CLA6-
XG and Co-CLA12-XG); (CL6-Co-A-XG and CL12-Co-A-XG) as matrix for
sustained release tablet of sodium diclofenac. Co-CLA6-XG and Co-CLA12-XG
were produced by coprocessing xanthan gum with CLA6 and xanthan gum with
CLA12. CL6-Co-A-XG and CL12-Co-A-XG were produced from the
coprocessed xanthan gum and amylose then were crosslinked with sodium
trimethaphosphate. All excipient had a ratio 1:1, 1:2 and 2:1. The obtained Co-
CLA6-XG, Co-CLA12-XG, CL6-Co-A-XG and CL12-Co-A-XG were
characterized physically, chemically and functionally. The degree of substitution
(DS) of Co-CLA6-XG and Co-CLA12-XG were 0,070 and 0,110. Then the DS of
CL6-Co-A-XG 1:1, 1:2 and 2:1 were respectively 0,077; 0,081 and 0,083. The DS
of CL12-Co-A-XG 1:1, 1:2 and 2:1 were respectively 0,113; 0,119 and 0,122. All
excipients had good swelling index, high viscosity and good gel strenght. Tablets
with Co-CLA6-XG, Co-CLA12-XG, CL6-Co-A-XG and CL12-Co-A-XG matrix
were formulated by direct compression method and passed tablet evaluation tests.
The release profile of sodium diclofenac which contained matrix from Co-CLA6-
XG (F1 – F3), Co-CLA12-XG (F4 – F6), CL6-Co-A-XG (F7 – F9) and CL12-Co-
A-XG (F10 – F12) in phospate buffer medium for 8 hours, showed that the
sustained release profile followed zero order kinetics (F1 – F6, F9, F11) and
Korsmeyer-Peppas (F7, F8, F10, F12). Thus, F1 – F6 tablet formulations could be
applied as sustained release tablet formulas and could retard drug release up to 16
hours. Then F7 – F12 could be applied as sustained release tablet formula and
could retard drug release up to 32 hours."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T39231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Lestari
"Transdermal drug delivery system (TDDS) adalah sistem penghantaran obat yang digunakan pada permukaan kulit dengan tujuan sistemik. Untuk itu, diperlukan suatu eksipien pembentuk matriks transdermal yang dapat menghantarkan obat masuk ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan eksipien koproses xanthan gum dan amilosa tersambungsilang-6 (Ko-CLA6-XG) sebagai matriks sediaan transdermal, kemudian dilakukan uji penetrasi secara in vitro dan in vivo. Ko-CLA6-XG diformulasikan dalam bentuk hidrogel dengan model obat natrium diklofenak. Uji penetrasi in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz yang kemudian dianalisis dengan spektrofotometer UV. Uji in vivo dilakukan dengan cara mengaplikasikan satu gram hidrogel dengan luas aplikasi 1,13 cm2 di atas kulit tikus bagian abdomen, kemudian sampel darah dikumpulkan melalui sinus orbitalis mata dan dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif obat yang terpenetrasi ke dalam kulit hingga 12 jam sebanyak 1435 ± 180 µg cm-2 dengan fluks total sebesar 118,55 ± 23,01 µg cm-2 jam-1 (r=0,0994) dan waktu tunda selama 48,6 ± 15,6 menit. Profil pelepasan natrium diklofenak selama 12 jam pada uji in vivo mencapai konsentrasi puncak plasma sebesar 2236 ± 398 ng/ml pada 0,86 ± 0,21 jam dengan AUC sebesar 25273 ± 4133 ng ml-1 jam. Kedua hasil uji memberikan gambaran bahwa hidrogel mengandung natrium diklofenak dengan Ko-CLA6-XG sebagai matriks dapat dikembangkan untuk sediaan transdermal.

Transdermal drug delivery system (TDDS) is the administration of therapeutic agents through the skin for systemic effect. Therefore, it requires an excipient for transdermal matrix-forming that can deliver drug across the skin. This present research was intended to develop the utilization of coprocessed excipient of xanthan gum and 6-cross-linked amylose (Co-CLA6-XG) as a matrix for transdermal and then evaluate the in vitro and in vivo penetration. Co-CLA6-XG was formulated as hydrogel with sodium diclofenac as a drug model. In vitro penetration study was evaluated using Franz diffusion cell analysed with spectrophotometre UV. The in vivo experiment was performed by applied one gram of hydrogel spread over 1,13 cm2 to the rat abdoment skin, then the blood samples were obtained from sinus orbitalis and analysed with high-performance liquid chromatography (HPLC). In vitro study records the cumulative drug permeated across the skin for 12 hours ranged 1435 ± 180 µg cm-2 and shows the transdermal flux 118,55 ± 23,01 µg cm-2 hours-1 (r = 0,994) with the lag time value ranged 48,6 ± 15,6 min. The release profile of sodium diclofenac for 12 hours in vivo reached a maximum peak of 2236 ± 398 ng/ml at 0,86 ± 0,21 hours with the AUC value was 25273 ± 4133 ng ml-1 hour. Thus diclofenaccontaining hydrogel using Co-CLA6-XG as a matrix could be developed as transdermal drug delivery."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprillia Wulandari
"Eksipien koproses xanthan gum-amilosa tersambungsilang (Ko-CLA-XG) beresiko mengalami degradasi enzimatis oleh α-amilase. Hal ini dapat mempengaruhi pelepasan obat dalam matriks eksipien Ko-CLA-XG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui degradasi enzimatis eksipien Ko-CLA-XG dan melihat pengaruh α-amilase pada profil disolusi tablet lepas lambat natrium diklofenak dengan matriks eksipien Ko-CLA-XG. Eksipien Ko-CLA-XG merupakan hasil koproses dari amilosa tersambungsilang dengan xanthan gum. Amilosa disambungsilang dengan menggunakan natrium trimetafosfat dalam konsentrasi 6% dan 12%. Eksipien Ko-CLA6-XG dan Ko-CLA12-XG dibuat dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1 kemudian dilakukan uji degradasi enzimatis dengan metode iodin. Selanjutnya eksipien Ko-CLA-XG diformulasikan menjadi tablet lepas lambat dengan metode kempa langsung. Tablet lepas lambat yang dihasilkan dievaluasi dan dipelajari profil pelepasan obat dengan dan tanpa menggunakan α-amilase.
Hasil penelitian menunjukkan derajat substitusi CLA6 dan CLA12 adalah 0,204 dan 0,319. Waktu untuk mendegradasi CLA sebanyak 20% dari eksipien Ko-CLA6-XG 1:1, 1:2, dan 2:1 berturut-turut adalah 28 menit, 43 menit, dan 24 menit serta eksipien Ko-CLA12-XG 1:1, 1:2, dan 2:1 berturut-turut adalah 44 menit, 45 menit, dan 36 menit. Seluruh tablet lepas lambat yang diformulasikan memenuhi persyaratan evaluasi tablet. Profil pelepasan tablet dengan matriks eksipien Ko-CLA-XG tidak terpengaruh oleh adanya α-amilase. Oleh karena itu, eksipien Ko-CLAXG dapat digunakan sebagai matriks tablet lepas lambat.

Coproccessed xanthan gum-crosslinked amylose (Co-CLA-XG) excipients are at risk of enzymatic degradation by α-amylase. It may affect the drug release of tablets with Co-CLA-XG excipients matrices. This study aims to know the enzymatic degradation of Co-CLA-XG excipients and to view α-amylase effect on dissolution profile of sodium diclofenac sustained release tablet with Co-CLA-XG excipients matrices. Co-CLA-XG excipients is the result of crosslinked amylose and coproccessed with xanthan gum. Amylose was crosslinked using sodium trimetaphosphate, which is 6% and 12%. Co-CLA6-XG and Co-CLA12-XG excipients were made with a ratio of 1:1, 1:2, and 2:1 then evaluated for enzymatic degradation using iodine method. Afterward, Co-CLA-XG excipients were formulated into sustained release tablets by direct compression. Tablets were evaluated and studied drug release profile using and without α-amylase.
The results showed substitution degree of CLA6 and CLA12 were 0.204 and 0.319. Time to degrade 20% CLA for Co-CLA6-XG excipients 1:1, 1:2, and 2:1 were 28, 43, and 24 minutes with Co-CLA12-XG excipients 1:1, 1:2, and 2:1 were 44, 45, and 36 minutes. Tablets fulfilled tablet evaluation requirements. The release profile of tablets with Co-CLA-XG excipients matrices were not affected by α-amylase. Therefore, Co-CLA-XG excipients can be used as a sustained-release tablet matrices.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Aprilia Listiyani
"Sistem penghantaran obat transdermal saat ini banyak digunakan sebagai alternatif terhadap terapi konvensional (oral) untuk menghindari masalah seperti efek samping, metabolisme lintas pertama, dan kurangnya kepatuhan pasien.Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sediaan hidrogel transdermal yang mengandung natrium diklofenak serta mengevaluasi penetrasi perkutan secara in vitro dan in vivo. Matriks sediaan hidrogel dibuat dari eksipien sambungsilang-6 dari koproses amilosa dan xanthan gum (CL6-Ko-A-XG). Hidrogel yang dibuat diuji penetrasinya secara in vitro melewati kulit tikus dengan menggunakan metode sel difusi Franz. Selanjutnya, dilakukan uji penetrasi secara in vivo menggunakan tikus Sprague-Dawley jantan (n=6) selama 12 jam. Analisis kadar natrium diklofenak dalam plasma tikus dilakukan dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Berdasarkan hasil uji penetrasi secara in vitro, diperoleh jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi 5890 ± 0,8 μg/cm2 dan fluks pada kondisi tunak 528 ± 72,5 μg/cm2/jam. Selanjutnya, dari hasil uji penetrasi in vivo diperoleh nilai area di bawah kurva (AUC0-t) natrium diklofenak yakni 47,94 ± 16,5 μg/mL jam. Maka, dapat disimpulkan bahwa hidrogel yang terbuat dari eksipien CL6-Ko-A-XG dapat menghantarkan natrium diklofenak hingga sirkulasi sistemik d.
Transdermal drug delivery system can be an alternative to conventional (oral) therapy in order to avoid problems such as side effects, first pass metabolism, and poor patient compliance. The purpose of this study was to develop transdermal hydrogels containing diclofenac sodium and evaluate the in vitro and in vivo percutaneous penetration. The hydrogels matrices were prepared from 6-crosslinked of co-processed amylose-xanthan gum (CL6-Ko-A-XG). The hydrogels were subjected to in vitro penetration through rat skin using Franz diffusion cell. Furthermore, in vivo penetration study was carried out in male Sprague-Dawley rats (n=6) during 12 hours. In vivo drug plasma concentrations were determined using high performance liquid chromatography (HPLC). Based on the results of the in vitro study, the cumulative amount of diclofenac sodium penetrated was 5890 ± 0.8 μg/cm2 and flux at steady state condition was 528 ± 72.5 μg/cm2 hour. Moreover, the results of in vivo study showed that the area under curve (AUC0-t) was 47.94 ± 16.5 μg/mL hr. In conclusions, hydrogels which were formulated using CL6-Ko-A-XG could deliver diclofenac sodium into systemic circulation. According to the results, CL6-Ko-A-XG has a potential to be developed as matrices in transdermal system."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Nizma
"Berdasarkan penelitian sebelumnya, eksipien sambung silang koproses xanthan gum-amilosa (CL-Ko-A-XG) berpotensi sebagai matriks dalam formulasi tablet lepas lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah eksipien yang terdegradasi oleh α-amilase dan pengaruh α-amilase terhadap profil disolusi dari tablet lepas lambat yang menggunakan matriks CL-Ko-A-XG. Eksipien disambungsilang dengan dua konsentrasi natrium trimetafosfat, yaitu 6% (CL6-Ko-A-XG) dan 12% (CL12-Ko-A-XG). Tiap eksipien dibuat dengan tiga perbandingan amilosa-xanthan gum, antara lain 1:1, 1:2 dan 2:1. Uji degradasi enzimatik dilakukan dilakukan terhadap serbuk eksipien selama 60 menit. Selain itu, eksipien digunakan sebagai matriks tablet lepas lambat dan diformulasi dengan metode kempa langsung. Kemudian, dilakukan uji disolusi dalam medium dapar fosfat pH 7,4 dengan dan tanpa α-amylase selama 8 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksipien CL6-Ko-A-XG dan CL12-Ko-A-XG terdegradasi sebesar 20% berturut-turut selama 10 dan 30 menit. Selain itu, tablet F1-F6 menunjukkan profil pelepasan obat diperlambat yang mengikuti kinetika pelepasan orde nol dan Korsmeyer-Peppas, dan tidak terpengaruh dengan adanya α-amylase. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa eksipien CL-Ko-A-XG lebih tahan terhadap degradasi enzimatik dibandingkan amilosa. Oleh karena itu, eksipien ini berpotensi sebagai matriks tunggal tablet lepas lambat.

Based on previous studies, cross-linked of coprocessed xanthan gum-amylose excipient (CL-Co-A-XG) has potential as a matrix in a sustained release tablet formulation. This study aims to determine amount of excipient that is degraded by α-amylase and influence of α-amylase to the dissolution profile of sustained release tablet that used matrix CL-Co-A-XG. Excipient is cross-linked with two concentration of sodium trimetaphospate, which is 6% (CL6-Co-A-XG) and 12% (CL12-Co-A-XG). Each excipient was made with ratio 1:1, 1:2 and 2:1 amylose-xanthan gum. Enzymatic degradation testhas been performed on excipient powder for 60 minutes. Beside that, sustained release tablet with CL-Co-A-XG excipient as matrix was formulated by direct compression method. Then, performed drug dissolution test in phosphate buffer pH 7.4 using and without α-amylase as medium for 8 hours. The results of this study showed that CL6-Co-A-XG and CL12-Co-A-XG were degraded 20% for 10 and 30 minutes. In addition, the release profile of F1-F6 tablets showed the sustained release profile which follow zero-order and Korsmeyer-Peppas kinetic, and not affected by presence of α-amylase. From this study, it can be concluded that the CL-Ko-A-XG excipients is more resistant from enzymatic degradation than amylose. Therefore, this excipient potential as a single matrix sustained release tablets.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library