Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Glinka S.
Abstrak :
Pada masa kini, banyak jumlah murid internasional yang beipergian ke luar negri dan mengalami proses akulturasi. Pada saat prosesnya, terjadi perubahan-perubahan perilaku serta kebudayaan yang terjadi pada individu tersebut. Individu masing-masing dapat beradaptasi dengan budaya baru dengan memiliki strategi akulturasi tertentu. Identitas budaya yang kuat dan positive serta tingkat percaya diri dan sen.se of mastery yang tinggi dapat meningkatkan penguasaan stragei yang positive dan integrasi. Penelitian ini mencoba melihat dampak adaptasi psikologis pada strategi-strategi akulturasi pada mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang pernah atau sedang belajar di Australia. Fenomena akulturasi khususnya dikaitkan dengan budaya, prosess akulturasi serta dewasa muda. Alat ukur meliputi Sitinn-LewAsicm Self-Iclentity Scale, Berry 's Acciilluration Strategies Scale, Rosenberg Self-esteem Scale dan Pearlin c£ Schoolcr 's Sense of Mastery Scale. Data karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin serta berapa lama mereka tinggal juga diolah. Responden terdiri dari 131 mahasiswa-mahasiswi Indonesia. Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa adaptaasi psikologis tidak ada dampak yang signifikan terhadap strategi akulturasi berciri Inlegration, Marginaliiation dan Separation. Akan tetapi, identitas budaya lah yang menjadi prediktor yang kuat pada strategi Assimihition.
Nowadays, tliere are numerous amounts of intemational students who experience acculturation when going abroad. During this process, cultural and behavioural cbanges occur within the individual. In order for an individual to adapt to the nevv culture, they need to adopt a certain acculturation strategy. A strong and positive sense of cultural identity, high levels of self-esteem and sense of mastery increases the chance of a positive and imegrated strategy. This current research explored the cffect of psychological adaptation on acculturation strategies among Indonesian sojoumers who have studied or were currently studying in Australia. The phenomenon of acculturation was considered with special reference of culture, acculturation and early adulthood. Measures include Suinn-Lew Asian Self-ldentity Scale, Berry's Acculturation Strategies Scale, Rosenberg Self-esteem Scale and Pearlin & Schooler's Sense of Mastery Scale. Demographic variables such as age, gender and length of stay were included. The sample consisted of 131 Indonesian University Students. Results of the research revealed there was no significant influence of psychological adaptation on Integration, Marginalization and Separation strategy. However, cultural identity alone was found to be a significant predictor for Assimilation Strategy.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S3602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P. Hariyono
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1994
303.482 HAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasya Yolanda
Abstrak :
Tulisan ini diawali dari rasa ketertarikan terhadap budaya Melayu karena pada masa lalu pernah menjadi kekuatan penting di nusantara. Ketertarikan tersebut lantas berkembang menjadi keingintahuan tentang segala hal yang berhubungan dengan kebudayaannya. Salah satu hasil yang diperoleh adalah pengetahuan awal bahwa pernah ada suatu masa yang dinamakan fase klasik dimana budaya Melayu Islam bersinggungan dengan budaya Cina di pesisir Timur Sumatera. Hal ini kemungkinan berdampak pada percampuran budaya sebagai upaya penyesuaian diri diantara keduanya.

Salah satu bagian budaya adalah karya arsitektur hunian. Hunian atau rumah bukan hanya sebuah struktur fisik melainkan sesuatu yang berhubungan erat dengan lingkungan, golongan sosial, dan identitas budaya tertentu. Berbekal pengamatan area pemukiman di Bagan Siapi-api dan Pulau Halang, diperoleh bahwa persinggungan budaya Melayu dan Cina menghasilkan percampuran pada elemen arsitektur hunian di tempat itu seperti yang terlihat pada tata ruang dan dekorasidekorasi rumah.

Hasil kajian yang berdasarkan pada pengamatan lapangan, wawancara, dan studi literatur ini semoga dapat memberikan gambaran mengenai fakta-fakta adanya percampuran budaya yang dimaksud. Namun demikian, telaah ini dirasa belum menggali secara lengkap fakta lainnya sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.
This writing is started from the interesting to the Malay culture because on the past had ever become the important power at archipelago. The interest has become curiosity about many things which is connected to its culture. One of the results which has been gotten from the early knowledge that there is a moment which is named classic period where the Islamic Malay culture has connected with Chinese culture at the Eastern Sumatera Island. This condition probably influence to the culture mixing as the result of adjusting between the two cultures.

One of the parts of the culture is architectural housing product. Housing is not only a physical structure in spite of something which has connection with environment, social group, and cultural identity. By having observation of the housing area at Bagan Siapi-api and Halang Island is gotten contact between Malay and Chinese culture. Then, it?s producing the acculturation of architectural elements from both Malay and Chinese housing as is it shown at the space organization and decorations.

The result with based on the observation, interview, and literatures study hope can give a brief acculturation facts mentioned above. So far, this analyzing has not given the other complete facts, so it is needed further study.
2008
S48434
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogo Triono
Abstrak :
Sebagai daerah multikultural, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) sarat dengan keragaman budaya, dan nilai-nilai budaya tentu saja berbeda-beda, dan karena itu pentingnya sangat berakulturasi berfungsi untuk mempertahankan kehidupan sosial yang sehat. Penelitian ini berfokus pada peran strategi akulturasi dengan politeness yang ada pada mahasiswa perantau Jawa di wilayah Jabodetabek. Terdapat asumsi bahwa setiap nilai budaya mempunyai patokan-patokan dalam berperilaku sopan, dalam budaya Jawa disebut sebagai unggah ungguh. Nilai-nilai seperti ini yang mungkin diterapkan oleh perantau untuk dapat beradaptasi dengan perilaku politeness pada lingkungan yang berbeda seperti pada lingkungan perkotaan di wilayah Jabodetabek yang tentunya memiliki perbedaan bentuk kesopanan. Penelitian ini ingin membuktikan asumsi bahwa terdapat peran dari akulturasi dengan politeness. Penelitian ini memperoleh partisipan sebanyak 122 orang. Ditemukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan serta peran besar antara strategi akulturasi integration, assimilation, dan separation dengan politeness civility pada masyarakat perantau Jawa di Jabodetabek sementara strategi akulturasi marginalization tidak menunjukkan hubungan meupun peranan yang positif dengan politeness.
As a multicultural area, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) terms of cultural diversity, and cultural values of course vary, and therefore the importance of highly acculturated serves to maintain a healthy social life. This study focuses on the role of acculturation strategies with a politeness of the student Javanese in the Greater Jakarta area. There is the assumption that every culture has value benchmarks in behaving politely, in Javanese culture is referred to as unggah ungguh. Values such as these may be applied by immigrants to adapt to the behavior of politeness in different environments such as in the urban environment in the Greater Jakarta area which certainly has a different form of politeness. This study wants to prove the assumption that there is a role of acculturation with politeness. This study participants gained as much as 122 people. It was found that there is a significant positive relationship and big roles between acculturation strategy integration, assimilation, separation with politeness and civility in society Javanese immigrants in Jabodetabek while acculturation strategies marginalization showed no relationship nor big role with politeness.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almy Birama Jufaransyah
Abstrak :
Masjid merupakan sebuah tinggalan arkeologis yang dapat menjelaskan bagaimana agama Islam berkembang di suatu daerah. Agama Islam yang berkembang di pulau Jawa merupakan wujud akulturasi dari penyesuaian terhadap agama dan kebudayaan sebelumnya. Penyesuaian kebudayaan yang dihasilkan dari sebuah proses akulturasi tersebut terlihat dari adanya beberapa komponen masjid yang menunjukkan corak-corak kebudayaan yang berbeda. Pada bagian atap masjid terdapat gaya Tionghoa yaitu atap Tsuan Tsien, pada bagian ruang inti masjid terdapat banyak unsur kebudayaan Jawa, dan pada bagian mihrab dan ragam hias terdapat unsur Timur Tengah. Berdasarkan hasil analisis mengenai dua aspek yaitu arkeologi dan akulturasi, dapat disimpulkan bahwa Masjid Jami Lasem merupakan wujud dari sebuah masjid yang merangkul semua golongan masyarakat, dan merupakan wujud dari cerminan masyarakat multikultural.
The mosque is an archaeological heritage that can explain how Islam developed in this area. The Islamic religion that flourished on the island of Java was a form of acculturation from adaptation to previous religions and cultures. The result of  an acculturation process is proven from the existence of several components of the mosque that show different cultural elements. On the roof of the mosque there is a Chinese elements called the roof of Tsuan Tsien, in the center space of the mosque there are many elements of Javanese culture, and in the mihrab and ornaments of the mosque there are elements of the Middle East culture. Based on the analysis of two aspects of archeology and acculturation, it can be concluded that Jami Lasem Mosque is a form of a mosque that embraces all community groups, and is a manifestation of the reflection of multicultural society.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmatias Zakaria
Abstrak :
ABSTRAK
Masjid Raya Ganting merupakan salah satu masjid tua yang ada di kota Padang (Sumbar) yang belum pernah diteliti secara khusus. Masjid ini didirikan pada awal abad XIX oleh orang Belanda atas prakarsa pemuka masyarakat Ganting.

Penelitian terhadap masjid Raya bertujuan untuk melihat percampuran antara kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan Eropa sebagaimana yang tercermin dari keberadaan masjid Raya Ganting. Untuk melihat masalah percampuran kebudayaan, maka pada penelitian ini digunakan teori Akulturasi.

Dalam penelitian ini digunakan metode secara bertahap. Pada tahap Observasi dilakukan studi kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan sumber kepustakaan yang diperlukan. Itu juga digunakan studi lapangan (pengamatan langsung) dengan cara melakukan pengamatan dan perekaman yang t.,crinci pada unsur-unsur bangunan masjid Raya Ganting. Se1anjutnya pada tahap pengolahan data dilakukan analisis terha_dap data yang telah terhimpun yakni dengan membuat pemerian yang terinci terhadap unsur-unsur bangunan Masjid Raya Ganting. Tahap akhir penelitian ini (Penafsiran data) dilakukan dengan mengunakan data analogi. Sumber analogi teritang masyarakat Minangkabau sebelum Islam masuk. Selain itu juga sumber-sumber etnografi berupa arsitektur tradisional Minang_kabau sobagai komponen budaya lokal dan arsitektur Indonesia dan Eropa sebelum proses akulturasi berlangsung. Disamping iLu juga dipergunakan data Eropa. Penggunaan data ini dida_aatrkan atas pertimbangan bahwa pada masjid Raya Ganting terdapat pengaruh kebudayaan Eropa dan Indonesia.

Pada kenyataan meskipun agama Islam dapat diterima oleh masyarakat Minangkabau, tetapi tidak semua unsur kebudayaan berubah kecuali pada bangunan Masjid Raya Ganting yang menun_jukan pengaruh kebudayaan Eropanya yang paling dominan. Dari bangunan masjid Raya Ganting jelas kelihatan pengaruh kebu_dayaan Eropa. Sedangkan pengaruh kebudayaan Minangkabau hampir tidak ditemui pada masjid Raya Ganting.
1995
S11942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Zorsyna
Abstrak :
ABSTRAK
Pada hakekatnya setiap individu, setiap bang_sa memiliki dua segi budaya di dalam kehidupannya, yaitu segi material dan segi spiritual, yang mana keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, dan keduanya Baling menunjang. Menurut seorang ahli filsafat Indonesia, Soerjono Soekanto budaya material mengandung karya dan kemampuan manusia untuk menghasilkan benda, sedangkan budaya spiritual mengandung karsa, yang menghasilkan kaidah-kaidah kepercayaan, moral, hukum dan juga kaidah-_kaidah keindahan. Dalam meneliti karakteristik suatu bangsa atau dalam mempelajari karakteristik budaya dalam anti cara berpikir suatu bangsa, ada dua buah alternatif, yaitu menelitinya melalui segi spiritual ataukah menelitinya me1alui segi material. Demikian pula ketika kita hendak mengetahui bagaimana karakteristik cara berpikir orang _
1986
S13480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Alfianti
Abstrak :
Tari Zapin adalah tari khas Melayu Riau. Tari ini berkembang dan populer di kalangan komunitas masyarakat Melayu. Tari Zapin merupakan hasil dari persentuhan budaya Arab dengan budaya Riau yang berkembang hingga sekarang. Penelitian ini mengangkat sebuah rumusan masalah yaitu, bagaimana dampak terjadinya akulturasi antara Tari Zapin di Arab dan Riau? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan Teknik pengumpulan data berupa studi pustaka, dan dilengkapi wawancara dengan Lembaga Adat Melayu Riau, Sanggar Tari Laksemana Pekanbaru, dan Penari Zapin dari Riau. Teori yang digunakan adalah teori Akulturasi. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya beberapa akulturasi Tari Zapin Riau yang dipengaruhi oleh budaya Arab. Akulturasi ini memiliki beberapa aspek yaitu dari sisi penari, alat musik, busana, gerakan, dan fungsi pertunjukkan. Masing-masing bidang tersebut mengalami perubahan seiring berjalannya waktu sehingga menghasilkan tari Zapin yang dikenal sekarang.  ......Zapin dance is a typical Riau Malay dance. This dance develops and is popular among the Malay community. Zapin dance is the result of the contact of Arab culture with Riau culture which has developed until now. This research raises a problem formulation, namely, how is the impact of acculturation between Zapin Dance in Arabia and Riau? This research uses qualitative methods with data collection techniques in the form of literature studies, and is complemented by interviews with the Riau Malay Customary Institute, Laksemana Dance Studio Pekanbaru, and Zapin Dancers from Riau. The theory used is Acculturation theory. The result of this research is the discovery of some acculturation of Riau Zapin Dance which is influenced by Arabic culture. This acculturation has several aspects, namely in terms of dancers, musical instruments, clothing, movements, and performance functions. Each of these fields has changed over time to produce the Zapin dance known today.  
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Salsabil Kusumaditya
Abstrak :
Restoran Ajwad merupakan salah satu restoran Arab yang berlokasi di daerah Condet, Jakarta Timur. Sebagai upaya menyebarkan budaya kuliner Arab di Indonesia, restoran Ajwad melakukan beberapa penyesuaian budaya kuliner yang dilakukan dengan teknik akulturasi. Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang apa yang dilakukan restoran Ajwad dalam menyesuaikan budaya kuliner Arab dan Indonesia? Bagaimana respon konsumen terhadap penyesuaian budaya yang dilakukan oleh restoran Ajwad? Penelitian ini bertujuan untuk memahami penyesuaian budaya yang dilakukan dan memahami respon konsumen terhadap penyesuaian budaya yang terjadi di restoran Ajwad. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik kajian pustaka, analisis media sosial, obrservasi, dan wawancara dengan koki dan pemilik restoran. Hasil dari penelitian ini adalah akulturasi yang dilakukan restoran Ajwad mencakup berbagai aspek seperti menu makanan, rasa makanan, peralatan makan, dan suasana tempat makan. Selain itu, upaya akulturasi yang dilakukan mendapat banyak respon positif dengan kepuasan dari konsumen restoran Ajwad. ......Ajwad Restaurant is an Arabic restaurant located in the Condet area, East Jakarta. To spread the Arab culinary culture in Indonesia, Ajwad restaurant made several adjustments to the culinary culture made with acculturation techniques. This research raise the problem of what Ajwad restaurant does in adjusting the Arab and Indonesian culinary culture? How do consumers respond to the cultural adjustments made by Ajwad restaurants? This research aims to understand the cultural adjustments made and to understand the response of consumers to cultural adjustments that occur at Ajwad restaurants. This research used qualitative methods with literature review techniques, social media analysis, observation, and interviews with chef and restaurant owner. The result of this research is the acculturation carried out by Ajwad restaurant covering various aspects such as food menu, food taste, tableware, and dining atmosphere. Also, the acculturation efforts carried out received a positive response with satisfaction from Ajwad restaurant consumers.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Martiana Noviopy Rae Rato
Abstrak :
Pencampuran dua budaya menjadi suatu budaya baru merupakan pengertian dari akulturasi budaya. Salah satunya yakni percampuran budaya Indonesia dengan Cina. Banyak hasil akulturasi yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia utamanya dalam makanan. Namun makanan tersebut tidak diketahui oleh banyak orang bahwa makanan yang sering mereka konsumsi adalah hasil dari akulturasi. Adapun hasil dari akulturasi tersebut yang kini lebih dikenal sebagai makanan khas Yogyakarta, yakni Bakpia. Dengan adanya akulturasi budaya, Bakpia diolah dengan resep dan bahan yang disesuaikan untuk masyarakat Yogyakarta sehingga dapat diterima dengan baik dan digemari oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, dengan manajemen yang baik dalam berbisnis dan juga dapat melihat peluang, produsen bakpia semakin menjamur dan konsumen pun semakin meningkat. Dari situlah Bakpia sebagai produk hasil dari akulturasi budaya Cina-Indonesia dapat menjadi makanan khas dari Yogyakarta bahkan mengalahkan makanan asli dari Indonesia. ......Cultural acculturation is the mixing of two cultures into a new cultures. One of them is the mixing of Indonesian and Chinese cultures. Many results of acculturation have been embedded in the daily lives of Indonesian people, especially in food. But food is not known to many people that the food they often consume is the result of acculturation. The result of this acculturation is now better known as Yogyakarta's specialty food, namely Bakpia. With cultural acculturation, Bakpia is processed with recipes and ingredients thare are tailored to the people of Yogyakarta so that it can be well received and favored by the public. Over time, with good management in doing business and also able to see good opportunities, Bakpia producers are mushrooming and consumers are increasing. From there, Bakpia as a product of Chinese-Indonesian cultural acculturation can become a specialty food from Yogyakarta and even beat the original food from Indonesian.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>