Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lovie Sertiana
"Penelitian yang dilakukan dengan metode studi pustaka disertai dengan pengambilan data dari lapangan ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi penggunaaan wakare no aisatsu dalam masyarakat Jepang. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat persamaan wakare no aisatsu dalam drama televisi Jepang dengan kehidupan sehari-hari yang dilihat dari data yang diperoleh melalui angket. Dalam menganalisis data yang diperoleh penulis menggunakan teori mengenai aisatsu yang diungkapkan oleh Mc Clure dalam bukunya yang berjudul Using Japanese : A Guide to Contemporary Usage. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah penggunaan
wakare no aisatsu berdasarkan konsep Mc Clure dilihat dari sudut pandang tingkat keformalitasan, jouge kankei dan gender. Pertanyaan yang muncul setelah adanya permasalahan adalah apakah teori yang diungkapkan oleh Mc Clure dalam bukunya Using Japanese : a Guide to Contemporary Usage terbukti dalam percakapan antar pemeran dalam drama televisi Jepang dan dalam kehidupan sehari-hari?. Pertanyaan yang kedua adalah apakah tingkat formalitas, jouge kankei dan gender akan mempengaruhi penggunaan wakare no aisatsu?. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan wakare no aisatsu sangat dipengaruhi oleh tingkatan formalitas dan hubungan antara penutur dan mitra tutur. Sedangkan gender tidak memiliki pengaruh sama sekali dalam penggunaan wakare no aisatsu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13661
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Meiwati
"Dalam setiap bahasa yang ada di dunia ini hampir seluruhnya memiliki aisatsu. Disadari atau tidak, aisatsu tersebut sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat penggunanya. Sedikit sekali orang yang menyadari bahwa aisatsu itu sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena merupakan salah satu cara untuk memperlancar hubungan manusia. Bahasa Jepang memiliki banyak perbendaharaan aisatsu, yang sering membingungkan dan menyulitkan, tidak saja bagi anak-anak muda Jepang sekarang ini, tetapi juga terutama bagi orang asing (non-Jepang) yang mempelajari bahasa Jepang. Sekalipun kita dapat berbahasa Jepang dengan amat baik, jika tidak memaharni aisatsu, maka akan sulit untuk memasuki kelompok masyarakat Jepang, karena komunikasi antara kita dengan mereka menjadi tidak lancar. Setelah membaca beberapa buku tentang percakapan bahasa Jepang untuk bisnis dan wisata, penulis menemukan beberapa ekspresi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui apakah orang Indonesia yang belajar bahasa Jepang memahami dan dapat menggunakan aisatsu, paling tidak yang telah penulis ketahui dari beberapa buku seperti Japanese Language and Culture Business and Travel. Di samping itu juga penulis berkeinginan mengetahui lebih luas mengenai aisatsu tersebut. Untuk mengetahui jawaban dari persoalan tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan studi pustaka dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan maka didapatkan data mengenai pemahaman aisatsu oleh orang Indonesia yang belajar bahasa Jepang. Pertama yang memiliki persentase terbesar adalah kategori cenderung paham dari masing-masing kelompok. Kemudian kedua, sangat kecil persentase pada kategori paham, dan yang terakhir tidak ada yang dikategorikan sangat paham. Dari data yang diperoleh melalui studi pustaka dan kuesioner maka penulis memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan masing-masing aisatsu."
1999
S13669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Gita Lestari
"Penulisan skripsi ini berfokus pada variasi penggunaan deai no aisatsu (salam pertemuan) oleh penutur bahasa Jepang dan Penutur bahasa Indonesia, yang dilihat dari hubungan solidaritas antara penutur dan mitra tutur. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan data kuantitatif sederhana sebagai penunjang.
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode pengumpulan data berupa kuisioner yang disebarkan kepada 25 responden Jepang yang merupakan mahasiswa BIPA dan mahasiswa Universitas Asia, dan kepada 25 mahasiswa Universitas Indonesia.
Dari analisis terhadap hasil kuisioner, dapat disimpulkan bahwa : 1) penutur Jepang lebih banyak menggunakan deai no aisatsu penanda waktu, sedangkan penutur Indonesia lebih banyak menggunakan deai no aisatsu berupa kata sapaan dan aisatsu yang berhubungan dengan situasi ketika peristiwa terjadi; 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan deai no aisatsu adalah solidaritas, power, waktu, dan situasi; 3) Ada juga penggunaan aisatsu seperti お疲れ様ですdanお世話になりますoleh penutur Jepang, dan penggunaan seperti ini tidak ditemukan penggunaannya oleh penutur Indonesia. Sebaliknya ditemukan penggunaan ?Assalamualaikum? oleh penutur Indonesia yang penggunaannya tidak ditemukan di dalam hasil angket penutur Jepang.

The focus of this writing is the variation of greetings usage in Japanese and Indonesian language, which is based on power and distance between speaker and listeners. The purposes of this writing are, to know the variation of greetings usage in Japanese and Indonesian language, the factors which are affect the usage of greetings, and to know are there similarities and differences of the greetings usage in Japanese and Indonesian language. This study is using quantitative and qualitative methods.
The data was collected by questioners which had been answered by 25 Japanese respondents who are BIPA students and Asia University students. And 25 Indonesian respondents who are Indonesia University students.
The following are analyze results: 1) The Japanese respondent are tend to use time marker greetings, and Indonesian respondent mostly use situational greetings and addresses as greetings; 2) The factors which are affected the use of greetings are distance, power, time when the act is occur, and situation; 3) In Japanese language, there are greetings, for example お疲れ様ですand お世話になりますwhich are not found in Indonesian Language. Contrarily, in Indonesian language are found the use of ?Assalamualaikum? as a greeting. And Japan has not have this kind of greeting and the use of this kind of greeting are not found in Japanese respondent‟s answers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13679
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jascha Dewangga
"Kata sapaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam memulai suatu percakapan. Melalui kata sapaan kita dapat melihat hubungan di antara penutur dan mitra tutur. Oleh karena itu, penggunaan kata sapaan perlu dipahami secara menyeluruh untuk menjaga hubungan interpersonal. Ketika mempelajari bahasa Jepang, ditemukannya perbedaan mengenai penggunaan kata sapaan dalam buku pelajaran bahasa Jepang. Dengan demikian, penelitian ini akan membahas bagaimana kata sapaan “otsukare” sebenarnya digunakan di Jepang, khususnya pada kalangan mahasiswa Jepang. Untuk mencapai tujuan penelitian, penulis akan membahas bagaimana aisatsu diajarkan dalam buku “Minna no Nihonggo”. Selanjutnya, penulis menggunakan kuesioner untuk mempertanyakan cara penggunaan “otsukare” kepada responden mahasiswa Jepang. Dalam pembuatan kuesioner, penulis menggunakan konsep sosiolinguistik agar dapat menjawab pertanyaan mengenai penggunaan “otsukare”. Dalam penelitian ini, ada empat penemuan mengenai cara penggunaan “otsukare”. Penutur jati bahasa Jepang menggunakan ucapan “otsukare” kepada kakak kelas, adik kelas, dan teman. Penutur jati bahasa Jepang lebih condong menggunakan “otsukare” sebagai kata perpisahan, walaupun beberapa orang juga menggunakan “otsukare” ketika bertemu dengan seseorang. Selanjutnya, semakin larut waktu (pagi ke malam), “otsukare” semakin sering digunakan. Terakhir, penutur jati bahasa Jepang merasa penggunaan “otsukare” di pagi hari dan ketika pertama keluar dari rumah merupakan hal yang wajar.

Greetings are one of the keys to strike a conversation. Within a conversation, in greetings, we can see the relationship between a person to another person. As a result, in maintaining an interpersonal relationship, an understanding of greetings is necessary. While learning Japanese, there are differences in the use of greetings within Japanese textbooks. Thus, this study will discuss the usage of "otsukare" in Japan, especially amongst Japanese university students. "Minna no Nihonggo" will be used to comprehend how is aisatsu being taught to a foreigner. In this research, Japanese university students will answer a questioner regarding the usage of "otsukare." In making the questionnaire, the author uses sociolinguistics to answer questions concerning the usage of "otsukare." In this research, there are four discoveries regarding the usage of "otsukare." Native Japanese speakers use the greeting "otsukare" to seniors, juniors, and friends. Native Japanese speakers prefer to use "otsukare" as a farewell, although some people also use "otsukare" to greet people. As time goes by (morning until night), "otsukare" is used more frequently. Finally, native Japanese speaker thinks that the usage of "otsukare" in the morning and when they first get out of the house is nothing out of the ordinary."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jascha Dewangga
"Kata sapaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam memulai suatu percakapan. Melalui kata sapaan kita dapat melihat hubungan di antara penutur dan mitra tutur. Oleh karena itu, penggunaan kata sapaan perlu dipahami secara menyeluruh untuk menjaga hubungan interpersonal. Ketika mempelajari bahasa Jepang, ditemukannya perbedaan mengenai penggunaan kata sapaan dalam buku pelajaran bahasa Jepang. Dengan demikian, penelitian ini akan membahas bagaimana kata sapaan “otsukare” sebenarnya digunakan di Jepang, khususnya pada kalangan mahasiswa Jepang. Untuk mencapai tujuan penelitian, penulis akan membahas bagaimana aisatsu diajarkan dalam buku “Minna no Nihonggo”. Selanjutnya, penulis menggunakan kuesioner untuk mempertanyakan cara penggunaan “otsukare” kepada responden mahasiswa Jepang. Dalam pembuatan kuesioner, penulis menggunakan konsep sosiolinguistik agar dapat menjawab pertanyaan mengenai penggunaan “otsukare”. Dalam penelitian ini, ada empat penemuan mengenai cara penggunaan “otsukare”. Penutur jati bahasa Jepang menggunakan ucapan “otsukare” kepada kakak kelas, adik kelas, dan teman. Penutur jati bahasa Jepang lebih condong menggunakan “otsukare” sebagai kata perpisahan, walaupun beberapa orang juga menggunakan “otsukare” ketika bertemu dengan seseorang. Selanjutnya, semakin larut waktu (pagi ke malam), “otsukare” semakin sering digunakan. Terakhir, penutur jati bahasa Jepang merasa penggunaan “otsukare” di pagi hari dan ketika pertama keluar dari rumah merupakan hal yang wajar.

Greetings are one of the keys to strike a conversation. Within a conversation, in greetings, we can see the relationship between a person to another person. As a result, in maintaining an interpersonal relationship, an understanding of greetings is necessary. While learning Japanese, there are differences in the use of greetings within Japanese textbooks. Thus, this study will discuss the usage of "otsukare" in Japan, especially amongst Japanese university students. "Minna no Nihonggo" will be used to comprehend how is aisatsu being taught to a foreigner. In this research, Japanese university students will answer a questioner regarding the usage of "otsukare." In making the questionnaire, the author uses sociolinguistics to answer questions concerning the usage of "otsukare." In this research, there are four discoveries regarding the usage of "otsukare." Native Japanese speakers use the greeting "otsukare" to seniors, juniors, and friends. Native Japanese speakers prefer to use "otsukare" as a farewell, although some people also use "otsukare" to greet people. As time goes by (morning until night), "otsukare" is used more frequently. Finally, native Japanese speaker thinks that the usage of "otsukare" in the morning and when they first get out of the house is nothing out of the ordinary."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library