Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Arief Happy Rachmadhi
"Mayoritas masyarakat Indonesia adalah umat Islam. Kegiatan wudhu dapat menghasilkan sumber daya air untuk peruntukan tertentu. Rata-rata pengunjung yang datang ke Masjid Istiqlal sebanyak 328.000 orang per bulan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kualitas serta potensi limbah air bekas wudhu yang tergolong greywater untuk didaur ulang. Kajian teknologi daur ulang meliputi 3 pengolahan greywater yang terdiri atas constructed wetland, biofilter anaerob aerob, dan biosand filter. Kajian teknologi pengolahan greywater dilakukan berdasarkan aspek investasi, biaya operasional dan luas lahan. Kajian teknologi diperkuat dengan metode Analytical Hierarchy Process terhadap persepsi ahli.
Hasil pengamatan diketahui kegiatan operasional non-konsumsi (mencuci lantai, menyiram taman, dan mencuci mukena) di Masjid Istiqlal membutuhkan air sebanyak 477 m3/bulan. Hasil uji kualitas greywater masih memenuhi rentang baku mutu greywater Australia. Hasil kajian potensi air dari bekas wudhu (greywater) sebanyak 875 m3/bulan, dapat menghemat penggunaan air bersih hingga 35%. Pengunjung Masjid Istiqlal sebanyak 81% setuju bahwa air bekas wudhu layak untuk didaur ulang. Proses pengolahan limbah greywater menurut para ahli yaitu biosand filter. Biaya yang diperlukan untuk membangun teknologi biosand filter sebesar Rp. 31.826.653 dengan harga per kubik air daur ulang Rp. 2.604/m3. Pemanfaatan daur ulang greywater dapat mengurangi air bersih sebanyak 85.860 m3 selama 15 tahun.
The majority of Indonesian people are Muslims. Ablution activities can produce water resources for a particular allocation. The average visitor who comes to the Istiqlal Mosque as many as 328.000 people per month. The purpose of this study is to assess the quality and the potential of waste water used for ablution belonging greywater recycling. Study of recycling technologies covering 3 greywater treatment comprising constructed wetland, anaerobic aerobic biofilter, and biosand filter. Greywater treatment technology assessment is based on aspects of investment, operating costs and land area. Technology assessment is reinforced by the Analytical Hierarchy Process to the perception of experts. Results of observation water needs operations of non-consumption (washing floors, watering the garden and washing mukena) in Masjid Istiqlal as much as 477 m3/month. Greywater quality test results still meet the quality standard range greywater Australia. The results of the study potential of waste ablution water (greywater) is 875 m3/month, it can save clean water use save up to 35%. Visitors Istiqlal Mosque as much as 81% agree that decent ablution water used for recycling. Greywater waste treatment process according to the experts, namely biosand filter. Cost required to build biosand filter is Rp. 31.826.653 at a price of recycled water per cubic is Rp. 2.604 /m3. Utilization of greywater recycling can reduce as much as 85.860 m3 of clean water for 15 years."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Balqis Dzakiyah Amany
"Peningkatan kebutuhan air bersih berbanding lurus dengan peningkatan jumlah air limbah yang dihasilkan. Pada umumnya, di Indonesia greywater hanya akan dibuang menuju drainase. Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi konvensional yang dapat mengolah greywater. Pengolahan dengan sistem lahan basah buatan dapat menjadi alternatif untuk mengolah greywater menjadi air baku. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan serta pengaruh organic loading rate terhadap efektivitas lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka dalam mendegradasi TSS, BOD5, COD, NH4-N, dan Fecal coliform dalam greywater. Penelitian ini menggunakan jenis lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan dengan sistem batch dengan kombinasi media kerikil, pasir silika, arang, dan tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lahan basah buatan dengan kombinasi tanaman Canna indica dan Phragmites karka mampu mencapai efisiensi penyisihan polutan sebesar 88% untuk BOD, 71% untuk COD, 86% untuk TSS, 95% untuk amonia, dan 96% untuk Fecal coliform. Organic loading rate yang diterima oleh lahan basah tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja lahan basah. Berdasarkan hasil tersebut, lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka memiliki kinerja yang efektif dalam menurunkan polutan TSS, BOD5, COD, amonia, dan Fecal coliform.
The increase in the need for clean water is followed by an increase in the amount of wastewater produced. Generally, in Indonesia, greywater will only be discharged into drainage. Constructed wetland is one of the conventional technologies that can treat greywater. Treatment with an constructed wetland system can be an alternative to processing greywater into raw water. The purpose of this study was to analyze the ability and effect of organic loading rate on the effectiveness of constructed wetlands with a combination of Canna indica and Phragmites karka in degrading TSS, BOD5, COD, NH4-N, and Fecal coliform in greywater. This study uses horizontal subsurface flow constructed wetland with a batch system with a combination of gravel, silica sand, charcoal, and soil media. The results of this study indicate that the constructed wetlands with the combination of Canna indica and Phragmites karka were able to achieve pollutant removal efficiency of 88% for BOD, 71% for COD, 86% for TSS, 95% for ammonia, and 96% for Fecal coliform. The organic loading rate received by the wetland does not have a significant effect on the performance of the wetland. Based on these results, an constructed wetland with a combination of Canna indica and Phragmites karka has an effective performance in reducing TSS, BOD5, COD, ammonia, and Fecal coliform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indah Rahmawati
"Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Dimana salah satunya dimanfaatkan sebagai air wudhu (bersuci) bagi umat muslim. Sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, menjadikan Indonesia termasuk yang mengkonsumsi air bersih untuk berwudhu cukup signifikan. Secara mendasar, terjadi banyak pemborosan air dalam kegiatan berwudhu, dimana sesungguhnya hal ini dapat dihindari. Kampus Universitas Indonesia khususnya Departemen Teknik Sipil dijadikan studi kasus untuk mengukur banyaknya air wudhu yang digunakan setiap harinya.
Pengambilan sampel dan analisis dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemanfaatan air wudhu. Dengan menggunakan empat metode pengukuran dan pengamatan serta analisis, dapat diketahui besarnya penggunaan air wudhu sebanyak 11,30 liter/orang/hari. Efisiensi sebesar 22,57% untuk metode yang didapatkan dengan kran sensor otomatis pada setiap pengambilan air wudhu dapat menghemat air sampai 785,4 Liter dalam satu tahun. Namun, karena studi kasus ini dilakukan dengan kapasitas mushola yang kecil sehingga ditemukan bahwa instalasi kran otomatis tidak diperlukan. Penggunaan dengan pengaturan debit kran manual lebih sesuai. Metode ini lebih efisien dari prespektif air yang dikonsumsi dan investasi biaya untuk mushola kecil dengan jumlah populasi yang sedikit dalam melakukan aktivitas berwudhu.
Water is one of the essential requirements in human life. One of which is used for wudhu activity (ritual ablution of Muslims). As a country with largest Muslim population in the world, it makes Indonesia to consume clean water for wudhu activity quite significantly. Basically, there is a lot of waste in water consumption during this activity, which in fact it can be avoided. University of Indonesia especially Civil Engineering Department developed a case study to measure the amount of daily water consumption for wudhu activity. Certain samples and analysis were conducted to capture the efficiency level of water utilization for this activity. By using four methods of measurement, observation and analysis, it noted that the water consumption for this activity reach level of 11.30 liter/person/day. Efficiency of 22.57% can save up to 785.4 Liter of water in one year using obtained method: automated sensor faucets in every drawing waters for wudhu. However, since this case study was conducted in a small musholla, it is discovered that there is no need to install automatic sensor in the faucets of it. The use of manual tap debit arrangement is more suitable. This method is more efficient from the perspective of both water consumed and investment cost for small mushollas with small number of population doing wudhu activity in it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50529
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library