Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Nabilah
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian terhadap perilaku sosial dan reproduksi bekantan Nasalis larvatus Wurmb, 1781 di Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi interaksi sosial bekantan jantan dengan bekantan betina dalam kelompok, mengevaluasi interaksi sosial apa saja yang terjadi antarbekantan betina, serta mengevaluasi perilaku reproduksi pada bekantan jantan dan betina. Metode yang digunakan yaitu scan sampling dan ad libitum dengan interval waktu 5 lima menit tanpa jeda. Waktu pengamatan dalam satu hari yaitu selama 6 jam 30 menit dan dilaksanakan pada bulan Februari-April 2017. Subjek pengamatan yaitu satu kelompok bekantan yang terdiri dari satu jantan J dan dua betina B1 dan B2 . Interaksi sosial yang terjadi menunjukkan rendahnya perilaku agresi dan tingginya perilaku afiliatif. Perilaku reproduksi antara J dengan B2 ditemukan lebih tinggi dibanding antara J dengan B1. Berdasarkan uji t yang dilakukan pada ? =0,05, frekuensi perilaku reproduksi antara kedua pasangan berbeda secara signifikan dengan nilai P = 0,18. Frekuensi vokalisasi tertinggi dilakukan oleh J yang didominasi oleh vokalisasi bernada rendah, sedangkan vokalisasi yang dilakukan betina cenderung bernada tinggi. Perilaku branch shake dan threat yang ditujukan untuk objek selain bekantan lebih sering dilakukan oleh jantan daripada betina. Selama pengamatan subjek jarang terlihat memanfaatkan kolam dan ditemukan pula beberapa perilaku yang diduga stereotipe. ...... The research about social and reproductive behaviour of proboscis monkey Nasalis larvatus Wurmb, 1781 in Taman Margasatwa Ragunan has been done. The purposes of the research are to evaluate the social interactions between male and females in the group, to evaluate kind of interactions that happened between the females, and to evaluate the reproduction behaviours between male and females. The methods that are used are scan sampling and ad libitum with 5 five minutes interval without pause. The time of observation in one day is 6 hours and 30 minutes long and was done on February April 2017. The subject of the research is one group of proboscis monkey consists of one male J and two females B1 and B2. The social interactions that happened shows aggression behaviours are lower than affiliative behaviours. The reproduction behaviours between J and B2 are found higher than in J and B1. Based on the t test that has been done in 0,05, the frequencies of the reproduction behaviours in these two couples is significantly different with P value 0,18. The highest frequency of vocalization is done by J with low tone vocalization domination, while the vocalization by females tend to be in high tone. The branch shake and threat behaviours that are shown to other objects besides proboscis monkey are more frequently done by male rather than female. During observation, subjects are rarely seen to use the pond and some behaviours that expected as stereotype are found.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Mudjiwati
Abstrak :
ABSTRAK
Konflik sosial terjadi hampir diseluruh Indonesia dan mengakibatkan kerugian baik kerusakan rumah, korban luka- luka bahkan kematian. Remaja sering terlibat koflik sosial dengan menunjukkan perilaku agresif. Koping merupakan kemampuan yang dimiliki remaja agar dapat menurunkan perilaku agresif dalam konflik sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan koping dengan perilaku agresif remaja pada kejadian konflik sosial. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif cross-sectional dengan metode total sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 62 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan koping mengatasi masalah dengan perencanaan dengan agresif fisik, mencari dukungan sosial dengan agresif fisik, dan menghindar dengan agresif verbal. Sedangkan tidak ditemukan hubungan koping konfrontasi, mencari tahu masalah lebih dalam, mengontrol diri, menerima tanggung jawab dan penilaian positif dengan semua jenis perilaku agresif. Rekomendasi penelitian adalah remaja dapat meningkatkan koping dalam menghadapi masalah dengan cara bertanya kepada sahabat, membaca buku yang dapat meningkatkan kemampuan dalam mengatur emosi, serta mengikuti ceramah keagaman. Keluarga juga diharapkan dapat memberikan perhatian dan kasih sayang kepada remaja untuk meningkatkan perilaku adaptif.
ABSTRACT
Social conflicts occur almost all over Indonesia and result in harm to both house damage, injuries and even death. Teenagers often engage in social conflict by showing aggressive behavior. Koping is a capability teenagers have in order to decrease aggressive behavior in social conflicts. The purpose of this research is to know the koping relationship with aggressive behavior of adolescent on the occurrence of social conflict. The research design used was cross sectional quantitative research with total sampling method. Respondents in this study amounted to 62 people. The instrument used in this study is a questionnaire. Data analysis using Chi Square statistical test. The results showed that there is a relationship Planful problem solving with physical aggression, Seeking social support with physical aggression, and Escape Avoidance with verbal aggression. Whilethere is no relationship Confrontive coping, Distancing, Self controlling, Accepting responsibility, and Positive reappraisal with all kinds of aggressive behavior. The research recommendation is that adolescents can improve coping in the face of problems by asking friends, reading books that can improve the ability to manage emotions, and follow the lectures of diversity. Families are also expected to give attention and affection to adolescents to improve adaptive behavior.
2017
T49132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jarot Tri Adiono
Abstrak :
ABSTRAK
Kehidupan berdemokrasi yang semakin berkembang menjadikan rakyat lebih berani dan terbuka dalam menyampaikan aspirasi mereka. Bentuk penyampaian pendapat di muka umum semakin mendapat tempat dan semakin sering terjadi. Ketika berlangsungnya aksi demonstrasi tidak jarang terjadi tindakan pemaksaan, pemukulan, dan bahkan sampai pada pengrusakan fasilitas umum. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbenturan kepentingan antara demonstran yang menyuarakan aspirasinya dengan polisi yang mengamankan aksi itu sendiri. Penelitian ini bertujuan ingin melihat apakah ada perbedaan persepsi antara Polisi dan Mahasiswa terhadap perilaku agresif yang dilakukan oleh polisi dan mahasiswa; yang dilakukan oleh polisi; yang dilakukan oleh mahasiswa dalam aksi demonstrasi. Serta persepsi Polisi dan Mahasiswa mengenai terjadinya perilaku agresif tersebut. Sampel diambil menggunakanmetode purposive sampling dari 60 anggota Satuan Perintis Sabhara Polda Metro Jaya serta 60 mahasiswa Universitas Indonesia, Universitas Gunadharma, Universitas Pancasila dan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Untuk melihat perbedaan tersebut dilakukan perhitungan t-tesi for independent sample pada skor rata-rata persepsi masing-masing kelompok. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi polisi dan mahasiswa terhadap perilaku agresif yang teijadi dalam aksi demonstrasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara persepsi Polisi dan Mahasiswa terhadap perilaku agresif dalam aksi demonstrasi. Baik perilaku agresif yang dilakukan oleh polisi dan mahasiswa; yang dilakukan oleh polisi; dan yang dilakukan oleh mahasiswa. Perbedaan ini disebabkan karena banyak faktor yang berpengaruh dalam proses persepsi, baik itu subyek yang melakukan persepsi, obyek yang dipersepsi maupun situasi saat persepsi dilakukan. Polisi dan Mahasiswa mempersepsi faktor frustasi; faktor provokasi; faktor efek senjata; faktor lingkungan fisik serta faktor kekuasaan dan kepatuhan sebagai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku agresif dalam aksi demonstrasi. Disarankan untuk diadakan penelitian kembali dengan menggunakan sampel yang netral (bukan dari polisi dan mahasiswa). Dan karakteristik sampel yang lebih merata dengan memperhatikan variasi penyebaran pangkat, masa dinas pada sampel polisi dan penyebaran pengalaman mahasiswa berdasarkan keikutsertaan mereka dalam aksi demonstrasi.
2003
S3215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkyana Novita Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi pengunjung yang ditekankan pada aktivitas, kepadatan, dan kebisingan pengunjung terhadap perilaku lutung jawa Trachypithecus auratus di, Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama 15.600 menit selama periode Februari 2017--April 2017 dari pukul 08.00--15.30 WIB. Metode scan sampling digunakan untuk mencatat perilaku 1 ekor lutung jawa jantan dewasa dan 2 ekor lutung jawa betina dewasa dalam interval waktu 5 menit tanpa jeda. Hasil menunjukkan bahwa Taman Margasatwa Ragunan memberikan dampak positif terhadap perilaku lutung jawa dikarenakan tingginya persentase perilaku sosial afiliatif dibandingkan perilaku sosial agresif dan adanya interaksi lutung jawa terhadap kehadiran pengunjung. Hasil penelitian menggunakan uji Chi-square meliputi kepadatan, kebisingan, dan aktivitas pengunjung di antaranya 0,111; 0,077; dan 0,081 P > 0,05 menunjukkan tidak ada pengaruh antara perilaku dan kehadiran pengunjung terhadap aktivitas harian lutung jawa. Persentase rerata perilaku reproduksi tertinggi jantan terhadap betina 1 dan 2 adalah proseptivitas masing-masing 0,07 0,10 dan 0,03 0,05. Persentase rerata perilaku reproduksi terendah jantan terhadap betina 1 dan 2 adalah reseptivitas masing-masing 0,005 0,01 dan 0,008 0,02. ABSTRACT
Name Rizkyana Novita Sari Study Program Biology Title The Influence of Visitor Interactions on Javan Langur Trachypithecus auratus E. Geoffroy, 1812 Behavior in Taman Margasatwa Ragunan Research has been conducted to know the effect of visitor interaction that is emphasized on activity, density, and visitor noise on javan langur Trachypithecus auratus behavior in Taman Margasatwa Ragunan. The study was conducted for 15,600 minutes in February 2017 April 2017 from 08 00 a.m. to 15 30 p.m. The scan sampling method is used to record 1 adult male javan langur and 2 adult female juvenile within 5 minute intervals without interlude. The results show that Taman Margasatwa Ragunan has a positive impact on the behavior of javan langur because of the high percentage of affiliative social behavior rather than aggressive social behavior and the interaction of javan langur to the presence of visitors. The results of the research using Chi square test include density, noise, and visitor activity of 0.111 0.077 And 0,081 P 0,05 showed no influence between behavior and presence of visitor to daily activity of javan langur.The highest mean percentage of male reproductive behavior toward both females is proceptivity and the lowest is receptivity. The highest percentage of reproductive behavior of males to females 1 and 2 is the proceptivity 0.07 0.10 and 0.03 0.05 . The mean percentage of male 39 s lowest reproductive behavior toward females 1 and 2 is the receptivity of each 0,005 0,01 and 0,008 0,02 .
2017
S69632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Kamarudy Lay
Abstrak :
Latar Belakang: Karsinoma tiroid merupakan neoplasma organ endokrin yang paling sering terjadi dan sebagian di antaranya memiliki tipe histologik agresif yang masih sulit ditangani hingga kini. Karsinoma pada kelompok ini cenderung menunjukkan resistensi dengan radioablasi I-131 dan terapi dengan pembedahan juga tidak dapat memberikan hasil yang maksimal. Keberadaan imunoterapi dengan menggunakan inhibitor PD-L1 dapat menjadi peluang terapi baru untuk pasien dengan karsinoma tersebut. Namun, penelitian-penelitian tentang PD-L1 pada karsinoma tiroid hingga saat ini masih menunjukkan hasil yang bervariasi dan belum jelas diketahui apakah karsinoma tiroid tipe histologik agresif memiliki imunoekspresi PD-L1 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe histologik kurang agresif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui imunoekspresi PD-L1 pada karsinoma tiroid dan hubungannya dengan tipe histologik agresif dibandingkan dengan tipe histologik kurang agresif. Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan potong lintang. Populasi terjangkau penelitian adalah kasus karsinoma tiroid di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM periode Januari 2015 hingga Desember 2019. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok karsinoma tiroid dengan tipe histopatologik agresif dan kelompok karsinoma tiroid tipe histologik kurang agresif. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan pada blok parafin kedua kelompok sampel dengan menggunakan antibodi primer monoclonal mouse anti-PD-L1, clone 22C3 (Dako) untuk menilai imunoekspresi PD-L1 yang dinyatakan dalam tumor proportion score (TPS). Nilai TPS dihitung berdasarkan persentase jumlah sel tumor yang terwarnai secara total atau parsial pada membran sitoplasma sel tumor dibagi dengan jumlah seluruh sel tumor dalam satu slaid. Data imunoekspresi PD-L1 kemudian dianalisis untuk mengetahui perbedaan nilai TPS di antara kedua tipe histologik karsinoma tiroid tersebut. Hasil: Terdapat total 52 kasus karsinoma tiroid yang terdiri atas 26 kasus tipe histologik agresif dan 26 kasus tipe histologik kurang agresif pada penelitan ini. Imunoekpsresi PD-L1 yang dinilai dalam ukuran TPS (tumor proportion score) ditemukan dengan nilai median 0,60% (0%-95,00%) pada kelompok tipe hitologik agresif, dan 0.07% (0%- 19,53%) pada kelompok tipe histologik kurang agresif (P:0,01; IK:95%). Pada analisis tambahan ditemukan juga perbedaan nilai TPS yang signifikan pada variabel perluasan tumor keluar tiroid (P:0,02; IK:95%). Kesimpulan: Terdapat perbedaan imunoekspresi PD-L1 yang signifikan antara karsinoma tiroid tipe histologik agresif dan kurang agresif. Nilai TPS ditemukan lebih tinggi pada karsinoma tiroid tipe histologik agresif dibandingkan dengan tipe histologik kurang agresif. Temuan ini dapat membuka peluang imunoterapi pada pasien karsinoma tiroid dengan tipe histologik agresif di masa depan. ......Background: Thyroid carcinoma (TC) is the most common endocrine organ neoplasm. Some of TCs may show aggressive histological types that are still difficult to treat nowadays. Carcinomas in this group tend to show resistance to I-131 radioablation and surgical therapy also does not provide optimal results. The existence of immunotherapy using PD-L1 inhibitors can be a new therapeutic opportunity for patients with these carcinomas. However, studies on PD-L1 in TC still show varying results and it is not clear whether the aggressive histological type of TC has a higher immunoexpression of PD-L1 than the less aggressive histological type. Objectives: To investigate the significance of PD-L1 expression in aggressive histological type of TC comprae to the less aggressive type. Material and methods: The population covered by this retrospective cross-sectional study were TC cases at the Department of Anatomic Pathology, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia, period 2015 - 2019. The cases were categorized into two groups, a group of aggressive histological types and a group of the less aggressive histological types of TC. The immunohistochemical examinations were carried out on paraffin blocks of both sample groups using the mouse monoclonal primary antibody anti-PD-L1, clone 22C3 (Dako) to evaluate the tumor proportion score (TPS) value of PD-L1 expression. The TPS value was calculated based on the number of tumor cells that were fully or partially stained in the cytoplasmic membrane of tumor cells divided by the total number of tumor cells in one slide. Data analysis was performed to determine the significance of PD-L1 expression in the aggressive histological types of TC. Results: A total of 52 cases of TC consisting of 26 cases of aggressive histological types and 26 cases of less aggressive histological types has been studied. PD-L1 expression was evaluated by calculating the TPS in both groups. We found a significance difference of the median TPS value of 0.60% (0 - 95.00%) in the aggressive histological type group, and 0.07% (0 - 19.53%) in the less aggressive histological type group (P: 0.01; CI: 95%). A significant difference in TPS value was also found for the extrathyroidal extension in an additional analysis (P: 0.02; CI:95%). Conclusions: The present study found a significant association between PD-L1 expression and the aggressive histological type of TC. The TPS values were found to be higher in the group of aggressive histological types of TC compared to the less aggressive histological types. A significant association between PD-L1 expression and the presence of extrathyroidal extension of TC has also been suggested. These findings may open opportunities for future immunotherapy in patients with thyroid carcinoma with aggressive histologic types.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
Abstrak :

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri ditemukan bahwa beberapa orang dewasa muda menderita penyakit periodontitis agresif. Saya memilih judul ini karena ternyata di Indonesia pun ditemukan adanya individu dewasa muda, baik dari kalangan sosial ekonomi rendah maupun sosial ekonomi menengah ke atas, yang menderita penyakit periodontitis agresif ini, yaitu geligi menjadi goyang hingga tanggal pada usia dini, remaja, atau dewasa muda. Prayitno (1990) meneliti pada 592 petani pemetik teh di Puncak dan Bandung serta pada 747 mahasiswa UI dari 10 fakultas yang semuanya berumur 18-30 tahun. Meskipun higiene mulut kelompok petani lebih buruk daripada kelompok mahasiswa, namun ditemukan tidak adanya perbedaan prevalensi kejadian penyakit periodontitis agresif pada kedua kelompok tersebut, yaitu 4,2% pada petani dan 3,9% pada mahasiswa. Untuk kejelasannya, saya akan membahas secara singkat mengenai jaringan periodonsium, macam penyakit, prevalensi, faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan atau memodifikasi penyakit periodontal, kecepatan progresi, serta patogenesis proses pengrusakannya.

Jaringan Periodonsium dan Macam Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan gingiva, ligamen perio. dontal, scmentum, dan tulang alveolar yang menyangga gigi di tempatnya. Penyakit periodontal mencakup gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan keadaan keradangan pada jaringan lunak di sekitar gigi sebagai respons imun langsung terhadap plak bakteri yang terbentuk di dekatnya. Periodontitis akan menyertai gingivitis, tergantung pada respon imun dan keadaan keradangan individu bersangkutan. Keadaan tersebut diawali oleh keberadaan plak bakteri. Namun, pada periodontitis terjadi keradangan kerusakan jaringan penyangga gigi, dan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan gigi terlepas. Gingivitis terjadi tanpa kerusakan epithelial attachment (perlekatan jaringan) yang merupakan bagian dasar dari sulkus gingiva (saku gusi), sedangkan periodontitis diawali oleh kerusakan perlekatan jaringan.

Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0450
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Badrun Susantyo
Jakarta: Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2017
362 SOINF 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Badingah
Abstrak :
Penelitian ini beranjak dari pemikiran dan keprihatinan penulis sehuburngan dengan peningkatan agresivitas yang dilakukan oleh sebagian remaja di beberapa kota di Indonesia. Di sisi lain remaja sebagai individu yang sedang dalam tahap perkembangan dari rentang hidupnya, sangat memerlukan bimbingan serta pengarahan dari lingkungan terutama dari orang tua untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas perkembangan. Oleh karena itu pemahaman mengenai tingkah laku remaja khususnya tingkah laku agresif merupakan hal yang mendasar atau esensial. Dengan dasar pemahaman tersebut diharapkan usaha pembinaan dan pengarahan remaja menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh, tingkah laku agresif orang tua dan kegemaran menonton film keras dengan agresivitas remaja. Dalam penelitian ini agresivitas remaja dinilai oleh orang tua, remaja dan teman sekelas. Berdasarkan kajian teori, diajukan 8 hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Penelitian ini dilakukan pada remaja awal dengan rentang usia antara 12 sampai dengan 14 tahun yaitu murid SMP Negri 1, SMP Negri 3 dan SMP Negri 4 di Kodya Bandar Lampung tahun ajaran 1992/1993. Analisis data dengan korelasi parsial dan korelasi ganda menunjukkan bahwa hanya kriteria aggresivitas remaja menurut penilaian anak (remaja) yang bermakna. Secara rinci hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Pola asuh otoriter dan tingkah laku agresif orang tua tidak berhubungan dengan agresivitas remaja. 2. Pola asuh demokratis dan permisif berhubungan dengan penurunan agresivitas remaja. 3. Kegemaran menonton film keras berhubungan dengan peningkatan agresivitas remaja. 4. Pola asuh, tingkah laku agresif orang tua dan kegemaran menonton film keras secara bersama-sama mempunyai hubungan dengan agresivitas remaja, tetapi hanya kegemaran menonton film keras yang memberi sumbangan bermakna terhadap agresivitas remaja. Selanjutnya dengan hasil temuan ini diajukan saran agar orang tua lebih menerapkan pola asuh permisif dan demokratis dibanding pola asuh otoriter, serta meningkatkan pengawasan dan pembatasan lebih cermat terhadap kegiatan anak dalam menonton film keras. Kepada instansi yang berwenang (Pemerintah Daerah, Departemen Penerangan) agar lebih selektif dan melakukan pembatasan pemutaran film keras pads acara-acara televisi dan gedung bioskop serta menyebar luaskan melalui media massa bahwa menonton film keras berkaitan dengan agresivitas remaja. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperluas jangkauan sampel penelitian, menambah variabel penelitian, menggunakan alat yang lebih standar, metode penelitian yang lebih terpadu, serta dimanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya mengatasi atau mencegah agresivitas remaja.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
T876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Pusparini
Abstrak :
ABSTRAK
Marah merupakan emosi yang paling sering terlibat di dalam suatu konflik (Johnson, 1997). Dengan demikian, kemarahan seringkali dianggap negatif karena berhubungan dengan agresi dan kekerasan, yang dianggap negatif pula oleh masyarakat (Strongman, 2003). Namun, jika ekspresi kemarahan dapat dikendalikan, justru dapat memperkuat hubungan pihak-pihak yang terlibat (Izard dalam Strongman, 2003). Untuk mengendalikan kemarahan, dibutuhkan suatu keterampilan sosial. Keterampilan sosial ini bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir atau muncul tiba-tiba ketika dibutuhkan, namun bisa dipelajari (Johnson, 1997, ’’Anger Management”, 2005). Ekspresi kemarahan, sebagai salah satu bentuk keterampilan sosial, juga dapat dipelajari, misalnya dengan cara modeling. Seseorang dengan tingkat inteligensi borderline memiliki kesulitan untuk melakukan abstraksi, tidak mampu memodifikasi suatu konsep, dan kesulitan untuk mempertimbangkan suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda (Masi, Marcheschi, &Pfanner, 1998), sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial. Dengan demikian, anak borderline perlu diberi semacam program pelatihan khusus untuk mengajarinya keterampilan sosial yang tepat. Dalam program intervensi ini, keterampilan sosial yang dilatihkan akan dikhususkan pada pengendalian kemarahan, agar ekspresinya tepat dan tidak menjadi agresi, terutama bagi orang di sekelilingnya. Menurut Hershom (2003), ada empat langkah dalam menangani kemarahan remaja, yaitu Decide, Recognize, Activate, dmHalt. Pada intinya, pada program intervensi ini, peneliti berusaha mengubah pemikiran yang salah dari subjek mengenai kemarahan dan ekspresinya, memberikan informasi tambahan, serta mengajarkan relaksasi. Hasilnya cukup positif. Subjek mengalami perubahan. Berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian dari orang terdekat (nenek), subjek sudah memiliki perbedaan pemikiran mengenai ekspresi kemarahan, dan dari perilakunya pun sudah terlihat dapat lebih mengendalikan dirinya Subjek tidak lagi membanting atau merusak barang, ataupun menyakiti orang lain ketika sedang marah.
2007
T38042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>