Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Endri
"Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing terutama Dollar Amerika Serikat merupakan salah satu indikator panting dalam menganalisis perekonomian Indonesia, karena dampaknya yang luas terhadap makroekonomi aggregat, seperti pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga dan tingkat inflasi. Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar selalu menjadi perhatian serius oleh otoritas moneter untuk seialu memantau dan mengendalikannya, terutama berkaitan dengan faktor -faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Kebijakan yang dilakukan oleo otoritas moneter untuk mengendalikan fluktuasi nilai tukar Iebih panting lagi dilakukan semenjak Indonesia menggunakan sistem nilai tukar mengambang, terutama berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar.
Semenjak jatuhnya sistem "Bretton Woods" pada bulan Maret 1973, terjadi perubahan dalam sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) menjadi sistem nilai tukar mengambang (flexible exchange rate) yang mengandalkan pada mekanisme pasar. Di Indonesia sendiri, perubahan sistem nilai tukar ini dialami pada bulan November 1978 dan sejak saat itu Indonesia mulai memberlakukan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating). Artinya, penetapan nilai tukar tidal( murni berdasarkan mekanisme pasar, tetapi masih ada intervensi pemerintah melalui Bank Indonesia. Periode sistem mengambang terkendali yang dianut Indonesia sejak tahun 1978 mendasarkan perhitungan depresiasinya hanya pada dollar. Baru pada tahun 1986 -setelah devaluasi 1986,- Indonesia mendasarkan perhitungan depresiasinya pada basket of currency, yang terdiri dan mata uang negara-negara mitra dagang utama Indonesia, yaitu antara lain Amerika, Jepang, Inggris, Singapura, dan Belanda.
Perubahan sistem nilai tukar yang dipergunakan di Indonesia pada dasarnya talc lepas dari perkembangan perekonomian dunia. Hal ini dikarenakan sejak awal Indonesia mengananut sistem perekonomian terbuka, yang membawa implikasi mudahnya gejolak dan luar (ekslernal shock) mempengaruhi perekonomian Indonesia. Dengan sistem nilai tukar mengambang, pergerakan nilai tukar semakin sulit untuk diprediksi, karena pergerakan nilai tukar yang berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing di pasar, tanpa camper tanggan otoritas moneter.
Ketertarikan ahli-ahli ekonomi terhadap pendekatan moneter telah dimulai sejak tahun 1970-an, Mereka telah meletakkan dasar pemikiran bahwa terdapat kestabilan dalam keseimbangan permintaan uang, dan keseimbangan permintaan uang yang merupakan fungsi linear-homogen dari pendapatan Dalam pendekatan ini, ketidakseimbangan neraca pembayaran diidentifikasi dengan penyesuaian dalam pasar uang.
Tesis dari studi ini adalah untuk menganalisis fluktuasi nilai tukar selama periode 1987-1997, dimana model yang lebih tepat untuk ini adalah menggunakan pendekatan moneter. Perubahan dalam variabel moneter menyebabkan efek panting terhadap nilai tukar. Kebijakan pengendaliaan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah yang dilakukan oleh pemerintah melalui otoritas moneter lebih banyak menggunakan instrumen kebijakan moneter. Sejak pemerintah menetapkan penggunaan sistem nilai tukar mengambang (1978-1997), instrumen kebijakan moneter sangat berperan dalam menjaga kestabilan pergerakan nilai tukar rupiah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Multi-protocol label switching (MPLS) has become an attractive technology of choice for internet backbone service provider. MPLS features the ability to perform traffic engineering and provides support for quality of service traffic provisioning....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Wardatul Jannah
"Kristal TiO2 anatase dipreparasi dengan proses hidrotermal pada suhu 240°C dari prekursor titanium tetraisopropoksida (TTIP) dalam larutan alkohol/air pada suasana asam. TiO2 hasil sintesis dikarakterisasi dengan X-Ray Diffractometer (XRD), Diffuse Reflectance Spectrophotometry (DRS), Particle Size Analyzer (PSA) dan Fourier Transform Infra Red Spectrophotometry (FTIR). Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa TiO2 yang dipreparasi secara hidrotermal mempunyai bentuk kristal anatase dengan ukuran kristal 10 nm, celah energy sebesar 3,33 eV dan distribusi ukuran partikel (0,726m - 1,47 6m dan 15,30 6m - 111,09 6m). Proses kalsinasi terhadap TiO2 hidrotermal mengakibatkan pertumbuhan inti dan menginduksi transformasi dari fasa kristal anatase menjadi rutile. Akibatnya proses kalsinasi menghasilkan campuran kristal anatase dan rutile, masing-masing dengan ukuran kristal 11 nm dan kristal rutile 12 nm, celah energy sebesar 3,29 eV dan distribusi ukuran partikel (0,576m - 1,51 6m dan 31,32 6m - 170,28 6m). Serbuk TiO2 hasil sintesis dihaluskan dan didispersikan dalam air. Evaluasi dispersi TiO2 dilakukan dengan variasi pH, variasi konsentrasi PEG 1000, dan variasi pH pada konsentrasi PEG 1000 tertentu. Absorbansi hasil dispersi TiO2 setelah 24 jam diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Kestabilan dispersi TiO2 optimum dengan mekanisme sterik dicapai pada konsentrasi PEG 1000 0,05%, sedangkan berdasarkan mekanisme elektrostatik didapatkan kestabilan optimum pada pH 9. Dispersi TiO2 digunakan untuk menyiapkan immobilisasi film TiO2 pada pelat kaca dengan cara spraying dan digunakan untuk evaluasi aktivitas fotokatalitik. Evaluasi aktivitas fotokatalitik TiO2 hasil sintesis dilakukan dengan cara melihat kemampuan degradasinya terhadap larutan Methylene blue. Pengukuran dilakukan dengan tiga kondisi yang berbeda yaitu fotokatalisis, fotolisis, dan katalisis. Hasil dari ketiga kondisi ini membuktikan bahwa degradasi terbesar terjadi pada kondisi fotokatalisis dengan pseudo orde pertama dimana laju reaksinya, k, sebesar 9,68.10-3 menit-1.

Titanium tetraisopropoxide (TTIP) precursor in acidic ethanol/water solution was used to prepare TiO2 anatase crystal by hydrothermal reaction at 240°C. Prepared TiO2 was characterized by X-Ray Diffractometer (XRD), Diffuse Reflectance Spectrophotometry (DRS), Particle Size Analyzer (PSA) and Fourier Transform Infra Red Spectrophotometry (FTIR). Characterization results indicate that prepared TiO2 has an anatase form (crystallite size 10 nm), band gap of 3.33 eV, and an aggregate nature (0.726m - 1.47 6m dan 15.30 6m - 111.09 6m). A calcinations process to the TiO2 powder leads to grain growth and induce phase transformation from anatase to rutile. As consequence, calcinations process produced anatase phase (crystallite size 11 nm) and rutile phase (crystallite size 12 nm), band gap 3.29 eV, and an aggregate nature (0.576m - 1.51 6m dan 31.32 6m - 170.28 6m). The TiO2 hydrothermal powder was subjected to a ball milling and dispersed in water. The TiO2 dispersion stability was evaluated under variations of pH, PEG 1000 concentration, and pH at a certain PEG 1000 concentration. The turbidity of dispersions were observed by UV-Vis spectrophotometer after 24 hours. Optimum stability of TiO2 dispersion by steric mechanism was obtained at PEG 1000 0.05%, while by electrostatic mechanism at pH 9. This water base TiO2 dispersion was used to prepared TiO2 film on glass plate by spraying method and was used for photocatalytic activity evaluation toward methylene blue degradation The observations were conducted at three experimental conditions, namely photocatalytic, photolytic, and catalytic. The results revealed that the highest degradation was obtained at photocatalytic condition, with rate constant, k, is 9.68 x 10-3 min-1, and apparently follows pseudo-first-order reaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30714
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Syaiful Anwar
"Pada dasawarsa ini telah banyak dikembangkan self-compacting lightweight aggregate concrete (SCLWAC) yang diproduksi dengan menggunakan semen Tipe I (Ordinary Portland Cement Type I), namun relatif sedikit pengembangan SCLWAC yang diproduksi dengan menggunakan semen campuran seperti Portland Cement Composite (PCC). Tesis ini membahas peran pumice sebagai agregat ringan kasar dalam pembuatan SCLWAC dimana PCC sebagai matriksnya untuk mengurangi densitas beton tapi kekuatannya tinggi. Memperoleh mix design, sifat beton segar (fresh concrete) seperti slump flow, T500, V-funnel test, Visual Stability Index-VSI, dan sifat beton keras (hardened concrete) seperti kuat tekan (compressive strength), kuat belah (splitting tensile strength), modulus elastisitas umur 3, 7, 28 hari dan densitas umur 28 hari dari SCLWAC-pumice dan SCLWAC-pumice+mikrofiber Poly Vinyl Alcohol (PVA). Telah dilakukan mix trial dalam pembuatan SCLWAC-pumice sebanyak ±39 (tiga puluh sembilan). Dari tiga puluh sembilan mix-trial diambil 4 (empat) mix-trial yang memiliki sifat self-compacting, kemudian dari empat mix-trial (mix A, B, C, D) dipilih satu mix-trial yang memiliki sifat self-compacting dan kuat tekan pada umur 28 hari terbaik dibandingkan lainnya. Mix-trial yang terpilih dijadikan mix design pada tesis ini dan dilakukan uji sifat self-compacting kembali sebanyak 4 (empat) kali sebelum dibuat sampel beton kubus dan silinder. Selanjutnya, dilakukan uji kuat tekan (compressive strength), kuat belah (splitting tensile strength), modulus elastisitas yang mengacu ACI 318 dan pengamatan struktur mikro menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). Hasilnya menunjukkan ligthweight aggregate pumice telah berhasil dimanfaatkan dalam pembuatan SCLWAC yang memiliki propertis beton segar dan beton keras yang baik.

In this decade development of self-compacting lightweight aggregate concrete (SCLWAC) are produced by using Type I cement (Ordinary Portland Cement Type I), but relatively less of SCLWAC produced by using a blended cement such as Portland Composite Cement (PCC). This thesis discusses the role of pumice as lightweight coarse aggregate in the manufacture SCLWAC in which PCC as a matrix to reduce concrete?s density but its compressive strength is high. Obtain mix design, properties of fresh concrete such as slump flow, T500, V-funnel test, Visual Stability Index-VSI, and properties of the hardened concrete such as compressive strength, splitting tensile strength, modulus of elasticity in 3, 7, 28 days and density in 28 days on the SCLWAC-pumice and SCLWACpumice+ microfiber PFA. Trial has been performed in the manufacture pumice-SCLWAC as much as ± 39 (thirty nine). From the thirty nine mix-trial taken 4 (four) mix-trial that have self-compacting properties, then from the four-trial mix (mix A, B, C, D) selected only one mix-trial that have the best self-compacting properties and compressive strength at 28 days than others. Selected Mix-trial are used as mix design in this thesis and self-compacting properties are retested as much as four times before the sample casted in cubes and cylinders mold. Furthermore, the sample tested compressive strength, splitting tensile strength, modulus of elasticity which refers to ACI 318 and the observation of the microstructure using SEM (Scanning Electron Microscope). The results show ligthweight pumice aggregate has been successfully utilized in the manufacture of SCLWAC which has properties of fresh concrete and hardened concrete is good."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30461
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper investigates the relationship between the rate of profit and technical change using a two-commodity model of growth in which the economy-wide profit assumed to be constant...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatwa Hakim
"enggunaan batubara secara terus menerus menghasilkan residu berupa limbah B3 ( bottom ash dan fly ash ).Dampak negative terhadap lingkungan yang disebabkannya telah terjadi dan memberikan peringatan bagi para enginer untuk memanfaatkannya seperti untuk pembuatan beton dari bottom ash. Hal ini mulai dipandang sebagai sebuah kebutuhan untuk menghindari penumpukan limbah batubara pada landfill dan kerugian yang ditimbulkannya. Penggunaan abu batubara dalam beton dengan kekuatan normal adalah sebuah wacana yang masih dapat dikatakan baru dalam desain campuran beton dan jika diaplikasikan pada skala besar akan memberikan sebuah revolusi bagi industry konstruksi, dengan meminimalkan biaya konstruksi dan menurunkan jumlah abu batubara. Tulisan ini mempresentasikan penelitian yang membawa study kita pada efek dari penggunaan bottom ash sebagai bahan pengganti pasir pada pembuatan beton. Meskipun fly ash sedang banyak digunakan sebagai bahan pengganti semen, sebagai bahan campuran dalam beton, study tentang penggunaan bottom ash ( material yang relative lebih kasar yang mengendap pada tungku pembakaran batubara pada suhu tinggi yang dihasilkan sekitar dua puluh persen dari batubara yang dibakar ) masih sangat terbatas. Dalam penelitian ini material yang digunakan hampir sama dengan pembuatan beton pada umumnya yaitu air, semen, aggregate halus dan aggregate kasar. Namun fungsi pasir sebagai aggregate halus disubstitusi dengan bottom ash yang merupakan limbah pembakaran batubara. Substitusi ini dilakukan dengan proporsi pasir : bottom ash 50%:50%. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji kuat tekan, uji kuat lentur dan uji leaching test."
Depok: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;;, ], 2008
S35109
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Akbar Dalinovan
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara perubahan laba dan tingkat diskonto terhadap imbal hasil saham kuartal. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan publik baik finansial maupun non-financial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2015. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel dan time series. Minor studi dari penelitian ini juga ingin melihat apakah terjadi anomali post-earnings announcement drift pada level agregat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara laba dan return saham pada bursa baik di tingkat individu perusahaan maupun agregat. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang hampir sama dengan laba, dari tingkat diskonto terhadap imbal hasil saham baik di tingkat individu maupun agregat.

This study aimes to analyze the effect of changes in the agregat earnings and discount rate to stock returns quarterly. The sample in this study are financial and non financial public company that listed on the Indonesia Stock Exchange from 2009 2015. This study uses panel data and time series regression model. Minor studies of this research also wanted to see if there are anomalies in post earnings announcement drift at the agregate level.
The results of this study indicate that there is a significant positive influence between earnings and stock returns on both exchanges at the level of individual companies and the agregate. This study also shows that there are positive effects similar to earnings from the discount rate on stock returns in both the individual and agregate level."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S66533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erditya Fajri
"Untuk mengurangi penggunaan material alam, limbah beton digunakan sebagai pengganti agregat batu alami. Penambahan limbah plastik LDPE dalam campuran aspal juga dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas aspal. Penggunaan material alternatif pada campuran aspal perlu memperhatikan aspek keselamatan yakni kemampuan agregat pada lapisan aspal untuk menahan gaya gelincir permukaan jalan pada segala kondisi cuaca. Dalam penelitian ini mengkaji pengaruh penggunaan agregat limbah beton dan penambahan plastik LDPE pada campuran aspal terhadap nilai skid resistance. Penelitian diawali dengan pembuatan benda uji campuran ACWC dengan agregat RCA pada variasi kadar aspal 7%, 7.5%, 8%, 8.5%, dan 9% yang dihasilkan KAO pada 9%. Untuk menghilangkan kadar mortar pada agregat RCA dilakukan peremajaan dengan pencucian dan penggosokan. Penelitian dilanjutkan dengan mencari kadar plastik optimum yang didapatkan pada kadar plastik sebesar 5%. Pengujian skid resistance dilakukan menggunakan alat British Pendulum Tester (BPT) pada variasi suhu 26˚C, 30˚C, 35˚C, 40˚C, 45˚C, dan 50˚C. Pengujian dilakukan dengan dua jenis uji yakni skid resistance standard dan immersion. Didapatkan hasil penggunaan agregat RCA dan penambahan plastik LDPE menaikan nilai skid resistance. Nilai SN tertinggi didapat 58,5 pada suhu normal (26˚C) dan nilai terendah 51,6 pada suhu tinggi (50˚C).

To reduce the use of natural materials, waste concrete can be used as a substitute for natural aggregates (NA). The addition of LDPE plastic waste in asphalt mixtures is also carried out to improve asphalt quality. The use of alternative materials in asphalt mixtures needs to pay attention to safety aspects, to withstand the sliding force of the road surface in all weather conditions. This study examines the effect of the use of concrete waste aggregates and the addition of LDPE plastic to the asphalt mixture on the value of skid resistance. The study began with the manufacture of a mixture of ACWC specimens with RCA aggregates at variations in asphalt content of 7%, 7.5%, 8%, 8.5%, and 9% produced by KAO at 9%. RCA aggregates have previously been rejuvenated by washing and rubbing to remove the mortar content. The research was continued by finding the optimum plastic content obtained at a plastic content of 5%. Skid resistance testing was carried out using the British Pendulum Tester (BPT) at various temperatures of 26 ˚C, 30 ˚C, 35 ˚C, 40 ˚C, 45 ˚C, and 50 ˚C. The test is carried out with two types of tests, standard skid resistance and immersion skid resistance. It was found that the use of RCA aggregate and the addition of LDPE plastic increased the value of skid resistance. The highest SN value was 58.5 at normal temperature (26˚C) and the lowest value was 51.6 at high temperature (50˚C)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library