Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dading Setiawan
Abstrak :
Bekasi merupakan salah satu daerah endemis penyakit DBD di propinsi Jawa Barat Dan 8 kecamatan yang ada di kota Bekasi, angka insidens per 100.000 penduduk di kecamatan Bekasi Selatan selalu menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat Disamping itu angka kepadatan penduduk di kecamatan Bekasi Selatan termasuk yang tertinggi di kota Bekasi pada tahun 1998, keadaan ini menyebabkan kebutuhan akan air bersih menjadi meningkat. Dan data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 1998 persentase penduduk yang menggunakan ledeng baru mencapai 12,80 % dibandingkan dengan sumur pompa yang menempati urutan tertinggi, yaitu 60,5 %, sedang pada tahun sebelumnya 5,42 % penduduk menggunakan ledeng dan 62,64 % menggunakan sumur pompa. Masih tingginya penggunaan sumur pompa sebagai stinker air bersih menyebabkan kebiasaan untuk menampung air pada tempat penampungan air (TPA) masih sering dilakukan, sebagai akibatnya adalah meningkatnya tempat tempat perkembang biakan nyamuk A. aegepty. Meskipun belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat kepadatan jentik hubungannya dengan kejadian DBD di kota Bekasi, namun melihat tingginya penggunaan TPA di Bekasi, diperkirakan kepadatan jentik aedes di kota Bekasi khususnya di kecamatan Bekasi Selatan cukup tinggi. Untuk itu perlu diketahui faktor apa saja yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes pada TPA di rumah tangga dan sepengetahuan peneliti, penelitian seperti ini belum pernah dilakukan di kota Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah beberapa faktor seperti letak TPA, jenis bahan TPA, warna TPA, ada tidaknya tutup TPA, fungsi TPA serta frekuensi pembersihan TPA ada hubungannya dengan keberadaan jentik Aedes pada TPA di rumah tangga. Desain yang digunakan adalah Cross sectional dengan besar sampel 240, menggunakan cam cluster dua tahap. Populasi penelitian adalah seluruh TPA yang ada di rumah tangga di kecamatan Bekasi Selatan, sedang sampel peneltian adalah TPA di rumah tangga yang terpilih secara acak dengan kriteria tidak dilakukan pemberian bubuk abate atau bahan kimia pembunuh jentik lainnya sekurang kurangnya dalam tiga bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan dari 6 variabel yang semula diduga berhubungan dengan keberadaan jentik pada TPA, ternyata hanya 3 variabel yang secara bermakna berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes pads TPA, yaitu letak TPA, tutup TPA dan frekuensi pembersihan TPA. TPA yang terletak di dalam rumah mempunyai peluang ditemukannya jentik sebesar 4,74 kali dibandingkan dengan TPA yang terletak diluar atau disekitar rumah (95 % CI.:2,58 -- 8,73), demikian juga peluang ditemukannya jentik pada TPA yang tidak dilengkapi dengan tutup 4,12 kali dibandingkan dengan TPA yang dilengkapi dengan tutup (95 % CI : 2,05 - 8,28), kemudian peluang ditemukannya jentik pada TPA dengan frekuensi pembersihan lebih dari seminggu sekali 2,08 kali dibandingkan dengan TPA yang dibersihkan dengan frekuensi kurang atau sama dengan seminggu sekali (95 % Cl: 1,11 - 3,91). Variabel jenis bahan serta fungsi TPA dari basil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna, namun dari analisis multivariat tidak ditemukan adanya hubungan bermakna, sedang satu variabel lain yaitu warna TPA dari analisis bivariat tidak ditemukan adanya hubungan bermakna. Hasil penelitian menyarankan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB, disamping itu kegiatan penyuluhan di Bekasi Selatan dengan materi penyuluhan yang lebih menekankan pada penggunaan tutup pada TPA serta frekuensi pembersihan TPA secara rutin sekurang kurangnya seminggu sekali perlu terus dilakukan. Daftar bacaan : 36 (1971 - 2001)
Factors Related to Existence of Aedes Larva in Household Water Container in Sub-district of Bekasi Selatan, in 2001Bekasi is one of the most endemic areas for DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) in Sawa Barat province. Among 8 sub-districts in Bekasi, Bekasi Selatan is the only sub-district with a trend of continuous increase of incidence rate (per 100,000 population). Bekasi Selatan had the highest population density in 1998, and therefore requirement for clean water supply became increasing. The reported data showed that in 1998, the proportion of population using clean water supply (ledeng) was just 12.8%, compared to 60.5% for pumped well water. In the previous year (1997) it was reported that 5.4% of population used clean water supply, while 62.6% still used pumped well water. Because of frequent use of well water, people tend to save the water in a container, which in turns may increase breeding places for Aedes aegepty. Although there has not been any study conducted to investigate the relationship between density of mosquito larva and DHF incidence in Bekasi,_ it is presumed that the Aedes larva density in Bekasi, especially in sub-district of Bekasi Selatan, is quite high. Therefore it is interesting to study factors related to existence of Aedes larva in household water container, knowing that this kind of study had not been done in Bekasi. This study was aimed to know if several factors, such as position, material, color, lid availability, function, cleaning frequency of water container were associated with Aedes Iarva existence. In this cross-sectional study, 240 samples were collected using two-stage cluster sampling method. Study population was all water containers in the households in sub-district of Bekasi Selatan, while samples were water containers in the households selected randomly with a criteria of not using abate powder or any chemical substance (for killing the larva) within at least the past 3 months. Study results showed that among 6 variables investigated, only 3 were significantly associated with Aedes larva existence, i.e. position, lid availability and cleaning frequency of water container. The likelihood to find larva in indoor water container was 4.74 times higher than the corresponding likelihood in outdoor container (95% CI: 2.68 - 8.73). Compared with water container with lid, the likelihood to find the larva in water container without lid was 4.12 times higher (95% CI: 2.05 - 8.28). Water containers cleaned less frequently (once in more than a week) were more likely (2.08 times) to have larva thanwater containers cleaned more frequently (95% CI: 1.11 - 3.91). Although in bivariate analysis material or function of water container showed some associations with larva existence, in multivariate analysis no associations were found. Color of water container did not even show any association in bivariate analysis. Our results suggested that awareness of DHF outbreak possibility must be enhanced. Dissemination of information concerning the continuation of using water container with lid and frequent cleaning of it (at least once a week) was also recommended. Reference list: 36 (1971 -- 2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Wildan Asfan
Abstrak :
ABSTRAK Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Incidence rate DBD tertinggi terdapat di DKI Jakarta tahun 1992. Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah administrasi DKI Jakarta. Lebih dari separuh penderita DBD di wilayah ini berusia antara 5 - 14 tahun. Sekolah sebagai tempat berkumpulnya anak-anak yang rentan terhadap penyakit DBD, potensial untuk menjadi tempat penularan DBD oleh nyamuk Aedes. Belum diketahui gambaran upaya sekolah untuk mencegah penularan DBD di sekolah melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Aedes dan berapa besar proporsi sekolah bebas jentik Aedes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan PSN-DBD di sekolah, dan faktor lainnya, serta hubungannya dengan Sekolah Dasar bebas jentik Aedes. Desain penelitian adalah Cross Sectional, dengan jumlah sampel 211 yang ditarik melalui stratified random sampling, dengan mengelompokkan sekolah menurut status (negeri, swasta, madrasah). Data dianalisa dengan program Epi info dan Egret. Analisa yang dilakukan adalah distribusi frekuensi (univariat), Chi-Square (bibariat) dan logistic regresi (multivariat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi Sekolah Dasar ada jentik Aedes adalah 23,2 %. Pengelolaan PSN-DBD bermakna berhubungan dengan Sekolah Dasar bebas jentik Aedes (p = 0,014). Faktor lain yang berhubungan dengan Sekolah Dasar bebas jentik adalah fogging di sekolah dan house indeks di kelurahan sekolah berada (p = 0,011 dan 0,037). Fogging di sekolah mempunyai interaksi antagonis dalam hubungan pengelolaan PSNDBD dengan Sekolah Dasar bebas jentik ( p = 0,045). Status sekolah tidak bermakna berhubungan dengan Sekolah Dasar bebas jentik. Pengetahuan dan sikap Kepala Sekolah bermakna berhubungan dengan pengelolaan PSN-DBD (p = 0,0007 dan p = 0,011). Pendidikan DBD tidak bermakna berhubungan dengan pengelolaan PSN-DBD. Untuk meningkatkan proporsi sekolah bebas jentik perlu dilakukan upaya peningkatan pengelolaan PSN-DBD di 'sekolah, diantaranya melalui pelatihan DBD untuk Kepala Sekolah, membudayakan praktek PSN-DBD di kalangan siswa.
ABSTRACT Dengue Haemorhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia.The highest Dengue Haemorhagic Fever incident rate found in DKI Jakarta at 1992. Morethan half of the persons who suffer from this disease are children between 5-14 years old. As a place where we can find the crowd of children ( which is very susceptible to this disease). School is a potential place for the spreading of Dengue Hemorrhagic Fever. How is the picture og the effort did by the school to prevent the contamination by eliminating Aedes' breeding places (EBP) and how is the proportion of Free Aedes Larva Elementary School. The objectives of this research are to illustrate the EBP-D management at schools and other factors, and the correlation with Free Aedes Larva Elementary School. The design used in this research is Cross Sectional, with 211 samples pick by Stratified Random Sampling, where the schools are leveled according to its status (state, private, madrasah). Data are analyzed with EPI info and Egret. The analysis methods used in this research are Frequency Distribution Analysis (univariat), Chi-square Analysis (bivariat) and Logistic Regression (multivariat). The result shows that the proportion of school with Aedes Larva is 23,2 %. The EBP-DHF management significantly correlated with Free Aedes Larva Elementary School (p= 0,014). Other factors that have a correlation with Free Aedes Larva Elementary School are fogging at the school and house index at the district where those schools are located (p=0,Q11 and p=0,037). In the case of EBP-DHF management, fogging at the school location has antagonic interaction with free Aedes Larva Elementary School (p=0,045). School status insignificantly correlated with free Aedes Larva Elementary School. The head master's knowledge and attitude significantly correlated with EBP-DHF management (p=0,0007 and 0,011). DHF education insignificantly correlated with EBP-DHF management. To increase the Free Aedes Larva Elementary School proportion we have to improve the school EBP-DF management, e.g. by arranging DHF training for the headmaster, and bring the EBP-DHF practice into the mainstream of civilization among the children.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library