Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
McCance, Kathryn L.
St Louis: Mosby , 1998
616.07 MCC p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Candra
"Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian alergi terus meningkat tajam baik di dalam negeri maupun luar negeri. World Allergy Organization (WAO) menyebutkan 22% penduduk dunia menderita alergi dan terus meningkat setiap tahun. Alergi makanan merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh reaksi IgE terhadap bahan (zat kimia) makanan. Alergi makanan dapat mengganggu fungsi otak dan sistem organ tubuh serta mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sensitivitas terhadap alergen makanan di Poli Alergi Imunologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2007. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari 208 responden yang memiliki rekam medik dan yang melakukan tes tusuk kulit (skin prick test) di Poli Alergi Imunologi RSCM tahun 2007. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan jenis alergen makanan pada kelompok anak
dan dewasa. Sebesar 49% responden sensitif terhadap alergen makanan. Jenis makanan yang paling banyak menyebabkan alergi pada anak-anak dan dewasa berturut-turut adalah udang, putih telur dan maizena. Susu sapi dan tepung terigu merupakan jenis makanan yang paling banyak menyebabkan alergi hanya pada anak-anak, sedangkan
pada dewasa, makanan yang paling banyak menyebabkan alergi adalah kepiting.

Abstract
In recent years, the occurrence of allergy continues to increase rapidly both domestically and globally. World Allergy Organization (WAO) revealed that 22% of the world population suffers
from allergies, and this number increases every year. Food allergy is a condition caused by the reaction of IgE against substances (chemicals) in food. Food allergy can interfere with brain function and body organ systems as well as affect the quality of life. The purpose of this study is to know the level of sensitivity of food allergens in the Immunology Allergy Poly RSCM in 2007. Data were collected from 208 patients who have medical records and went through skin
prick tests in the Immunology Allergy Clinic RSCM in 2007. Univariate analysis was performed to describe the types of food allergens within groups of children and adults. Around 49% of the respondents were sensitive to food allergens. The types of foods that caused the most allergies for children and adults are respectively shrimp, egg white and
cornstarch. Cow's milk and wheat flour are the types of food that caused most allergies for children only, whereas for adults, the food that caused the most allergies is crab."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat;Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat;Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat;Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat;Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia], 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Weeke Budhyanti
"Tujuan: Penelitian dilakukan untuk mengetahui kinematika trunkus selama gerak melangkah normal pada kecepatan yang dipilih sendiri oleh subjek. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan pernyataan lolos kaji etik dengan nomor 783/UN2.F1/ETIK/2015.
Subjek: Subjek yang digunakan 44 orang, terdiri dari 5 orang batita(11-24 bulan), 6 orang balita (3-5 tahun), 20 orang remaja (9-13 tahun), dan 13 orang dewasa muda (19-24 tahun). Semua subjek sehat, telah memenuhi tahapan tumbuh kembang lengkap hingga kemampuan berjalan, tanpa deformitas maupun riwayat cedera yang berpotensi mengganggu pemeriksaan.
Metode: Penelitian dilakukan dengan menganalisis rekaman pada bidang sagital, frontal dan transversal pada setiap fase dalam 1 siklus melangkah dengan menggunakan software Kinovea.
Hasil: Didapatkan perbedaan signifikan pada bidang gerak frontal dan fase single leg support bidang transversal. Tidak ada perbedaan pada bidang sagital dan fase double limb support bidang transversal. Sudut gerak trunkus pada batita pada bidang frontal sebesar 1,67°-4,20°, mencapai puncak pada fase foot flat; pada bidang sagital 3,25°-7,75°, mencapai puncak pada fase mid swing; dan pada bidang transversal 11,50°-17,20°, mencapai puncak pada fase foot flat.Sudut gerak trunkus pada balita pada bidang frontal sebesar 1,89°-3,50°, mencapai puncak pada fase deceleration; pada bidang sagital 3,19°-6,75°, mencapai puncak pada fase deceleration; dan pada bidang transversal 8,22°-13,75°, mencapai puncak pada fase midswing.Sudut gerak trunkus pada remaja pada bidang frontal sebesar 1,57°-2,49°, mencapai puncak pada fase deceleration; pada bidang sagital 3,53°-7,95°, mencapai puncak pada fase deceleration; dan pada bidang transversal 6,73°-9,56°, mencapai puncak pada fase heel off. Hasil pengukuran pada orang dewasa dalam penelitian ini sebesar 1,74°-2,77° pada bidang frontal, mencapai puncak pada fase midstance; 2,55°-4,74° pada bidang sagital, mencapai puncak pada fase deceleration; dan 4,23°-6,13° pada bidang transversal, mencapai puncak pada fase deceleration. Besaran sudut menurun seiring pertambahan usia, namun maturasi melangkah masih terjadi pada kelompok usia remaja.

Aim: This study was conducted to find trunk kinematics during normal walking with self selected speed. Study held after get ethical approval 783/UN2.F1/ETIK/2015.
Subjects: 44 subjects participated, consists of 5 toddlers (11-24 months), 6 preschoolers (3-5 yo), 20 teenagers (9-13 yo), and 13 young adults (19-24 yo). Each subjectwas healthy, with normal stages of development, without deformity or injury that may cause disorders.
Method: Study held with analyzing video of sagittal, frontal, and transverse plane of each phase from single gait cycle using Kinoveasoftware.
Result: Significant differences were found on frontal plane and single leg supportphase of transversal plane.No differences found on sagital planeanddouble limb supportof transversal plane. Trunk?s angle movement on toddlers 1,67°-4,20° for frontal plane, peak on foot flat phase; 3,25°-7,75° for sagital plane, peak onmid swing phase;and 11,50°-17,20° for transversal plane, peak onfoot flat phase. Trunk's angle movement on preschoolers 1,89°-3,50° for frontal plane, peak on deceleration; 3,19°-6,75° for sagital plane, peak on deceleration; and 8,22°-13,75° for transversal plane, peak on midswing. Trunk's angle movement on teenagers 1,57°-2,49° for frontal plane, peak on deceleration; 3,53°-7,95° for sagital plane, peak on deceleration; and 6,73°-9,56° for transversal plane, peak on heel off. Trunk's angle movement on young adults 1,74°-2,77° for frontal plane, peak on midstance; 2,55°-4,74° for sagital plane, peak on deceleration; and 4,23°-6,13° for transversal plane, peak on deceleration. Angle of movement decreased with aging, and gait maturation still happens on teenagers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Astuti
"Keluarga sudah sejak lama diketahui sebagai penyedia pendampingan atau bantuan terbesar bagi para lansia dengan gangguan fisik dan kognitif (Brody, dalarn Gatt, Bengtson, & Blum, 1990). Alasan mengapa para lansia ini membutuhkan bantuan, berkaitan erat dengan konteks epidemiologis akibat munculnya penyakit-penyakit Icronis yang mengarah pada gangguan fisik dan kerusakan kognitif Gangguan serta kerusakan tersebut menempatkan sebagian besar lansia pada posisi membutuhkan pendampingan atau bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keadaan ini mengakibatkan timbulnya tuntutan akan peran caregiving atau pemberian pengasuhan yang lebih aktif dari anak-anak yang telah mencapai usia dewasa (adult children). Dalarn banyak situasi caregiving, anggota keluarga yang berperan sebagai primary. caregiver mengemban tanggung jawab yang lebih besar dalam memberikan pengasuhan. Hal ini sesuai dengan definisi dari caregiving itu sendiri yaitu intera1csi dimana salah satu anggota keluarga membantu pihak lain dalam mengeIjakan tugas atau aktivitas sehari-hari yang pada umwnnya bisa dilakukan secara mandiri. Salah satu jenis penyakit kronis yang kemunculannya meningkat sering dengan pertambahan usia adalah demensia Demensia merupakan gangguan fungsi kognitif yang berdampak pada timbulnya gangguan emosi dan tingkah laku pada diri penderitanya Memberikan pengasuhan serta perawatan kepada penderita demensia atau jenis gangguan mental lainnya, secara umum lebih sulit dibandingkan dengan merawat lansia yang mengalami gangguan fisik tapi sedikit atau sarna sekali tidak memperlihatkan adanya gangguan emosional dan tingkah laku (Birkel, Pearson et. aI., dalam Zarit & Edwards, 1999). Menurut sebagian besar caregiver, gangguan emosional dan tingkah laku ini selain sangat menyuJitkan juga mampu membuat mereka merasa sangat tertekan (Teri et.aI., Levine, et.aI., dalam Zarit & Edwards, 1999). "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nauraa Silva Rachelya Rahman
"Jumlah lansia dunia diperkirakan akan terus meningkat dan menyebabkan membludaknya jumlah populasi lansia. Sementara, angka kelahiran tidak meningkat sehingga struktur populasi menjadi piramida terbalik dan hal ini disebut sebagai ancaman “Silver Tsunami”. Fenomena ini dapat membawa manfaat ataupun beban. Jika masyarakat dapat memahami lansia dengan lebih baik, lansia dapat menjalani penuaan secara optimal tanpa menjadi beban. Penuaan secara optimal disebut juga dengan successful aging. Agar successful aging tercapai, lansia butuh pengertian dari lingkungan, terutama keluarga. Penelitian ini bertujuan memahami successful aging dari sudut pandang generasi lansia maupun generasi anak dewasa. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang membandingkan persepsi dari enam dimensi successful aging, yaitu physical health, cognitive health, social engagement, positive attitude, independence, dan spirituality. Jumlah partisipan penelitian ini adalah 78 partisipan generasi lansia dan 75 partisipan generasi anak dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi yang dianggap paling penting menurut generasi lansia maupun anak dewasa adalah spirituality. Dari hasil t-test, ditemukan empat dimensi yang dipersepsikan berbeda kepentingannya oleh generasi lansia dan anak dewasa, yaitu social engagement, positive attitude, independence, dan cognitive health secara signifikan. Sementara itu, dimensi physical health dan spirituality tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya edukasi bagi masyarakat tentang kebutuhan lansia agar dapat menjalani kehidupan yang tetap berkualitas.

The global elderly population is projected to steadily increase, leading to a surge in their numbers and potentially creating an inverted population structure known as the "Silver Tsunami," as birth rates remain stagnant. This phenomenon poses both opportunities and challenges. Understanding the elderly better could enable them to age optimally without becoming a burden, a concept termed successful aging. Achieving successful aging requires support from the environment, particularly from families. This study aimed to explore successful aging from the perspectives of both the elderly and adult children, using a descriptive approach to compare perceptions across six dimensions: physical health, cognitive health, social engagement, positive attitude, independence, and spirituality. The study involved 78 elderly participants and 75 adult children. Findings revealed that spirituality was deemed the most crucial dimension by both groups. Significant differences in perceived importance were observed between generations for social engagement, positive attitude, independence, and cognitive health, as indicated by t-tests. However, physical health and spirituality dimensions did not show significant divergence. This research underscores the importance of public education on meeting the needs of the elderly to ensure they maintain a high quality of life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library