Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Mulyawan
Abstrak :
[ABSTRAK
Limbah yang mengandung logam berat timbal (Pb) sangat berbahaya bagi lingkungan. Selama ini beberapa proses pengolahan telah diperkenalkan untuk mengolah limbah, dari proses pengendapan, hingga menggunakan resin penukar ion. Daun ketapang telah di gunakan sebagai media pengolahan air yang digunakan untuk akuarium. Para peneliti telah menunjukkan daun ketapang berpotensi sebagai pengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biosorpsi daun ketapang pada limbah yang tercemar logam berbahaya, dengan mempelajari karakteristik biosorpsi, kesetimbangan, kinetika dan termodinamika. Kondisi optimum seperti pH, dosis daun ketapang, waktu kontak dan suhu akan di amati pada penelitian ini. Hasil Penelitian Biomassa daun ketapang berpotensi sebagai biosorben, dengan perlakuan asam atau basa, daun ketapang ini masih memberikan % adsorpsi yang kompetitif dengan daun ketapang yang diperlakukan asam. Penyerapan sangat dipengaruhi oleh pH , konsentrasi ion Pb, massa adsorben, waktu kontak dan suhu, yang berurutan nilai maksimum nya adalah pH 3, konsentrasi ion Pb 5 mg/L, massa adsorben 0,5 gram, waktu kontak 4 jam, dan suhu 40 oC. Laju reaksi berjalan pada orde satu dan memenuhi kaidah isotermal Freundlich serta Langmuir. Daun ketapang dengan perlakuan diasamkan memiliki keunggulan dibandingkan daengan daun ketapang murni dan daun ketapang dibasakan.
ABSTRACT
Waste containing of lead (Pb) is very dangerous for environment. However, waste treatment process has been introduced to minimize the waste, either by precipitation process or ionic exchange resin. In addition, researchers have shown that ketapang leaves (Terminalia Catappa) can be potentially used in waste water treatment. It has been used as water treatment media for fresh water aquarium. Moreover, this research is aimed to find out the potential of ketapang leaves biosorption for waste that has been polluted by dangerous metal, such as lead, by investigating the characteristics of biosorption, balance, kinetics and thermodynamics. Maximum conditions of pH, ketapang leaves dose, contact time, and temperature were also investigated in this research. The result shows that biomass of ketapang leaves is potential to be biosorbent, and with regard to acid or base reaction it still has potential to be biosorbent. Nevertheless, the absorbtion is really dependent to pH, Pb concentration, adsorbent mass, contact time, and temperature, in which the maximum limits are 3; 5 mg/L; 0.5 gram; 4 hours; 400C; respectively. Reaction rate, moreover, was running on first order and was fulfilled the principle of Freundlich as well as Langmuir. Ketapang leaves with acidified treatment has advantages over the pure ketapang leaves and leaf ketapang basified.;Waste containing of lead (Pb) is very dangerous for environment. However, waste treatment process has been introduced to minimize the waste, either by precipitation process or ionic exchange resin. In addition, researchers have shown that ketapang leaves (Terminalia Catappa) can be potentially used in waste water treatment. It has been used as water treatment media for fresh water aquarium. Moreover, this research is aimed to find out the potential of ketapang leaves biosorption for waste that has been polluted by dangerous metal, such as lead, by investigating the characteristics of biosorption, balance, kinetics and thermodynamics. Maximum conditions of pH, ketapang leaves dose, contact time, and temperature were also investigated in this research. The result shows that biomass of ketapang leaves is potential to be biosorbent, and with regard to acid or base reaction it still has potential to be biosorbent. Nevertheless, the absorbtion is really dependent to pH, Pb concentration, adsorbent mass, contact time, and temperature, in which the maximum limits are 3; 5 mg/L; 0.5 gram; 4 hours; 400C; respectively. Reaction rate, moreover, was running on first order and was fulfilled the principle of Freundlich as well as Langmuir. Ketapang leaves with acidified treatment has advantages over the pure ketapang leaves and leaf ketapang basified., Waste containing of lead (Pb) is very dangerous for environment. However, waste treatment process has been introduced to minimize the waste, either by precipitation process or ionic exchange resin. In addition, researchers have shown that ketapang leaves (Terminalia Catappa) can be potentially used in waste water treatment. It has been used as water treatment media for fresh water aquarium. Moreover, this research is aimed to find out the potential of ketapang leaves biosorption for waste that has been polluted by dangerous metal, such as lead, by investigating the characteristics of biosorption, balance, kinetics and thermodynamics. Maximum conditions of pH, ketapang leaves dose, contact time, and temperature were also investigated in this research. The result shows that biomass of ketapang leaves is potential to be biosorbent, and with regard to acid or base reaction it still has potential to be biosorbent. Nevertheless, the absorbtion is really dependent to pH, Pb concentration, adsorbent mass, contact time, and temperature, in which the maximum limits are 3; 5 mg/L; 0.5 gram; 4 hours; 400C; respectively. Reaction rate, moreover, was running on first order and was fulfilled the principle of Freundlich as well as Langmuir. Ketapang leaves with acidified treatment has advantages over the pure ketapang leaves and leaf ketapang basified.]
2015
T43090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Paulus Pardamean Rinaldo
Abstrak :
Zeolit alam Lampung telah berhasil dimodifikasi menjadi TETA-Zeolit dengan menggunakan triethylenetetramine. Karakterisasi senyawa dilakukan menggunakan FTIR, XRD dan EDS. Studi adsorpsi ion logam dilakukan menggunakan AAS dan UV-Visible. Sebelum preparasi, dilakukan aktivasi zeolit menggunakan teknik aktivasi fisik dan kimia, lalu kationnya diseragamkan dengan Na+ (menjadi Na-zeolit). Dengan menggunakan metode kompleks tembaga amin diperoleh nilai KTK Na-zeolit sebesar 0,5318 mek/100 gram zeolit dan dengan metode metilen blue diperoleh nilai KTK sebesar 0,0939 mek/100 gram zeolit. Keberhasilan modifikasi zeolit menggunakan triethylenetetramine dapat dilihat dari karakterisasi yang dilakukan membuktikan adanya atom karbon dalam senyawaan. Aplikasinya sebagai adsorben dilakukan dengan 3 variasi. Variasi konsentrasi triethylenetetramine dimana konsentrasi terbesar merubah pola daya adsorpsi zeolit secara signifikan. Variasi waktu dimana pada menit diatas 30 menit, daya serap TETA-Zeolit sudah tidak banyak berubah. Dan variasi konsentrasi adsorbat, dimana kemampuan adsorbsi TETA-Zeolit lebih tinggi dibandingkan zeolit lainnya.
Natural zeolit obtained from Lampung, has been modified into TETA-Zeolit using triethylenetetramine. Compound characterization performed using XRD, FTIR and EDS. Adsorption studies performed using AAS and UV-Visible. Before preparation, zeolit is activated using physical and chemical activation. After that, all cation from zeolit exchanged with Na+. Using copper amine complex method and methylene blue, the cation exchange capacity obtained are 0,5318 meq/100 gram zeolite and 0,0939 meq/100 gram zeolite, respectively. The success of modification triethylenetetramine into zeolite can be seen from characterization where carbon atoms can be seen in compounds. Its application as an adsorbent is done with three variations. Variation of triethylenetetramine concentration, where the biggest concentration of triethylenetetramine changing adsorption power of zeolite significantly. Variation in time, where in minutes over 30 minutes, TETA-Zeolite adsorption has not changed much. Variation of the concentration of adsorbate, where TETA-Zeolite adsorption capability is higher than other zeolite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Michael BM
Abstrak :
ABSTRAK
Karbon aktif merupakan bahan yang di kenal sebagai bahan adsorben untuk di gunakan pada sector industri pangan maupun non pangan. Selain itu, penggunaan karbon aktif sangat erat hubungannya dengan usaha perlindungan lingkungan. Semakin ketat pelaksanaan peraturan tentang perlindungan ini, maka pemakaian karbon aktif semakin meningkat.

Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan ketetapan baku mutu air minum. Ketetapan tersebut antara lain berisi tentang kandungan logam timbal maksimum yang diperbolehkan dalam air minum sebesar 0.01 mg/L. Sedangkan ?air PAM? yang tersedia memiliki kandungan timbal sebesar 2.3 mg/L. Menyadari hal tersebut, maka dimulailah penelitian mengurangi kadar timbal dalam ?air PAM? dengan karbon aktif granular melalui sistim kontinu.

Pada penelitian ini karbon aktif yang diguuakan dipanaskan terlebih dahulu pada temperatur 100 °C selama 24 jam, perlakuan ini dimaksud untuk memeperluas permukaan karbon aktif yang selanjutnya akan digunakan untuk mengadsorpsi timbal dari air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi luas permukaan karbon aktif mengalami peningkatan pada saat sebelum aktivasi dan sesudah aktivasi yaitu sebesar 284 m²/gr menjadi 314.4 ml/gr.

Pada saat adsorpsi dengan vadasi waktu kontak didapat kondisi jenuh pada waktu kontak 10 menit disaat jam ke-16 dan pada waktu kontak 20 menit pada jam ke-10.

Untuk mendapatkan ?air PAM" dengan kandungan timbal sebesar 0.01 mg/L (sesuai dengan ketentuan baku mutu) akan di gunakan karbon aktif sebesar 0.061 gr/L air untuk waktu kontak 10 menit dengan Iaju alir sebesar 23.5 ml/menit, dan 0.029 gr/L air untuk waktu kontak 20 menit dengan Iaju alir 1 1.75 ml/menit.

Pada konsentrasi 312.3 untuk mendapatkan ?air PAM? dengan kandungan timbal sebesar 0.01 mg/L, maka diperlukan karbon aktif sebesar 480,44 gram untuk waktu kontak 10 menit dengan Iaju alir sebesar 23.5 ml/menit dan sebesar 227.02 gram untuk waktu kontak 20 menit dengan Iaju alir sebesar 11.75 ml/menit.
2000
S50848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Rian Aulia
Abstrak :
Bentonit alam Jambi telah berhasil dimodifikasi menjadi Organoclay melalui proses interkalasi dengan senyawa asam amino Alanin. Sebelum dilakukan sintesis Organoclay, dilakukan proses fraksinasi dan sedimentasi dari bentonit alam Jambi yang bertujuan untuk mendapatkan bentonit yang kaya akan montmorillonite (MMT) dan menghilangkan pengotor yang terkandung di dalam bentonit. Kemudian dilakukan penyeragaman kation bebasnya dengan Na+ menjadi Na- Bentonit. Selanjutnya dengan menggunakan larutan tembaga amin, dilakukan penghitungan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan diperoleh nilai KTK sebesar 35,3 mek/100 gram bentonit. Sintesis Organoclay kemudian dilakukan dengan menginterkalasikan senyawa Alanin ke dalam Na- MMT dengan 2 nilai KTK pada 3 kondisi pH, yaitu pH 4,7, pH isoelektrik Alanin (pH 6), dan pH 7. Hasil dari karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa senyawa asam amino Alanin telah berhasil diinterkalasi ke dalam bentonit alam Jambi pada pH isoelektrik dengan munculnya serapan baru pada bilangan gelombang yang berbeda dengan Na- MMT. Organoclay yang telah disintesis kemudian digunakan sebagai adsorben ion logam berat kadmium dan timbal dengan proses optimasi waktu dan konsentrasi adsorpsi. Hasil menunjukkan bahwa Organoclay memiliki daya adsorpsi yang lebih besar terhadap logam berat dibandingkan dengan bentonit alam. Variasi pH interkalasi 4,7 dan 7 menghasilkan Organoclay dengan kemampuan adsorpsi yang lebih rendah dibandingkan Organoclay yang di interkalasi pada pH isoelektrik Alanin.
Natural Jambi bentonite have been successfully modified into Organoclay through the intercalation process with acid amino compound Alanine. Before the process for the synthesis of Organoclay begins, the process of sedimentation and fractionation conducted on natural Jambi bentonite in order to get the rich inmontmorillonite (MMT) bentonite and removed the contaminer contained in the bentonite. Then the equalization of free cations is done with Na+ (called Nabentonite). Next, using a solution of copper amine, its cation exchange capacity (CEC) determined and the value of CEC acquired was 35,3 meq/100 grams of bentonite. Synthesis of Organoclay then performed by intercalating Alanine into Na-MMT with 2 values of CEC on 3 pH conditions i.e. pH 4,7, the isoelectric pH of Alanine (pH 6), and the pH 7. The results of the characterization with FTIR indicated that acid amino Alanine compounds has managed to be intercalated into natural Jambi bentonite with the appearance of new absorbance at different wave number from Na- MMT. Organoclay which have been synthesized then used as an adsorbent of heavy metal ions cadmium and lead with the optimization of adsorption time and concentration process. The results show that Organoclay have better adsorption capacity compared to unmodified natural Jambi bentonite against heavy metal ions. Organoclay synthesized in variated pH conditions (4,7 dan 7) have lower adsorption capacity than the Organoclay that synthesized in isoelectric pH of Alanine.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library