Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Andini
Abstrak :
Peningkatan konsentrasi karbon dioksida menyebabkan berbagai masalah pada bumi. Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil, Biogas terdiri dari Sebagian besar gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2), keberadaan gas CO2 dengan presentase (25-50%) pada bahan bakar ini dapat menyebabkan korosi dan kerusakan pada mesin. Salah satu metode untuk memisahkan karbon dioksida dengan menggunakan material metal-organik framework (MOF), penambahan gugus polar seperti amina pada material menghasilkan peningkatan kapasitas adsorpsi suatu gas. Penelitian in bertujuan untuk menganalisis karakteristik dari MOF Ni-DOBDC dan modifikasinya dengan etilendiamin serta sifat adsorpsinya. Penambahan etilendiamin ke dalam MOF Ni-DOBDC berhasil dilakukan dengan post-synthetic methode dan dapat dibuktikan dengan hasil karakterisasi menggunakan XRD, FTIR dan SAA. Hasil uji adsorpsi pada MOF Ni-DOBDC termodifikasi etilendiamin memiliki kapasitas adsorpsi yang lebih besar dibandingkan dengan MOF Ni-DOBDC masing-masing sebesar 6,41 mmol/g dan 2,19 mmol/g. MOF Ni-DOBDC termodifikasi etilendiamin memiliki selektivitas yang baik pada gas CO2 dalam CH4, dengan kapasitas adsorpsi CO2 sebesar 10,548 mmol/g dan CH4 sebesar 4,472 mmol/g. ......An increase in the concentration of carbon dioxide can cause various problems on earth. Biogas is renewable energy source that can replace fossil fuels. Biogas mostly consists of methane gas (CH4) and carbon dioxide gas (CO2). The presence of carbon dioxide gas (25-50%) can cause corrosion, deposition, and damage to the engine. One method for separation carbon dioxide is adsorption using a metal-organic frameworks (MOF) material. The addition polar groups such as amines into the secondary building unit (SBU) resulted in an increase in the adsorption capacity of a gas. The aim of this research identify the characteristics of ethylenediamine-modified MOF Ni-DOBDC and adsorption properties. The modification with ethylenediamine into MOF Ni-DOBDC was successfully carried out as evidenced by the result of FTIR, XRD, and SAA characterization. The gas adsorption test result showed that ethylenediamine-modified MOF Ni-DOBDC had a higher capacity than MOF Ni-DOBDC of 6,41 mmol/g and 2,19 mmol/g. Ethylenediamine modified Ni-DOBDC MOF had good selectivity for CO2 in CH4, with an adsorption capacity of 10.548 mmol/g for CO2 and 4.472 mmol/g for CH4.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jihadilan Aliansyah Putra
Abstrak :
Controlled Atmosphere Storage memiliki CO2 Scrubber yang dapat dikembangkan melalui pengembangan adsorben karbon aktif. Produksi karbon aktif dapat dibuat dengan bahan baku biomassa, salah satunya ialah cangkang kelapa sawit yang memiliki kandungan karbohidrat struktural lignin (53,85%), hemiselulosa (26,16%), dan selulosa (6,92%). Produksi karbon aktif berbahan baku cangkang kelapa sawit melalu mekanisme preparasi bahan baku. Langkah pertama adalah aktivasi kimia dengan merendamkan cangkang kelapa sawit dalam larutan KOH selama 24 jam dan dilanjutkan dengan karbonisasi pada suhu 350oC. Lalu aktivasi kimia kedua dengan variasi rasio KOH : karbon aktif 2:1 dan 4:1 sebelum diaktivasi scara fisika menggunakan gas N2 dengan laju alir 150 ml/menit selama 60 menit pada suhu 800 ᵒC. Hasil karbon aktif terbaik didapat pada rasio 2:1 dengan Bilangan Iod, Luas Permukaan, dan yield berturut-turut 1216,28 mg/g; 1209,78 m2/g; dan 39,01%. Modifikasi karbon aktif yang bertujuan meningkatkan kemampuan adsorpsi CO2 dilakukan dengan perendaman dalam larutan logam NiO dengan variasi loading 0,5%, 1%, dan 2%. Hasil adsorpsi gas CO2 dengan gas analyzer terbaik didapat pada variasi loading 2% dengan presentase adsorpsi sebesar 19,1%. ......Controlled Atmosphere Storage has a CO2 Scrubber that can be improved through the development of activated carbon adsorbents. The production of activated carbon can be made with biomass raw materials, one of which is a palm kernel shell which has structural carbohydrate content of lignin (53.85%), hemicellulose (26.16%), and cellulose (6.92%). Production of activated carbon made from palm kernel shells is through the mechanism of preparation of raw materials. The first step is chemical activation by immersing the palm kernel shell in a KOH solution for 24 hours and followed by carbonization at 350 °C. Then the second chemical activation with a variation of the ratio of KOH: activated carbon 2:1 and 4:1 before being physically activated using N2 gas with a flow rate of 150 ml /min for 60 minutes at a temperature of 800 °C. The best activated carbon yield was obtained at a ratio of 2:1 with Iodic Number, Surface Area, and yield respectively 1216.28 mg/g; 1209.78 m2/g; and 39.01%. Modification of activated carbon which aims to increase the ability of CO2 adsorption is done by immersion in a NiO metal solution with loading variations of 0.5%, 1%, and 2%. The best result of CO2 gas adsorption with gas analyzer were obtained at a loading variation of 2% with an adsorption percentage of 19.1%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Gas H2S dan CO2 merupakan senyawa impuritis gas bumi yang disamping bersifat korosif dan dapat merusak peralatan, kedua senyawa tersebut juga dapat menurunkan kualitas gas bumi terutama nilai kalorinya. Kegiatan penelitian rancang bangun adsorben berupa karbon aktif ini bertujuan untuk menyerap impuritis gas H2S dan CO2 sehingga terpisah dari gas bumi. Proses aktivasi karbon merupakan tahap yang sangat penting untuk mendapatkan karbon aktif dengan karakter yang sesuai yang dapat menyerap adsorbat gas yang diinginkan. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan proses re-aktivasi kimia karbon aktifkomersial dengan kualitas rendah untuk menghasilkan karbon aktif dengan kualitas yang baik dengan kapasitas adsorpsi gas yang tinggi. Pembuatan rancang bangung peralatan ujijuga dilakukan untuk menguji unjuk kerja adsorben dalam mengadsorpsi gas CO2 dan H2S. Dari keseluruhan pengujian, disimpulkan bahwa karbon aktifyang memiliki karakteristik paling baik adalah karbon aktif AC4 dengan ukuran -50/+70 mesh yang diimpregnasi dengan Kl sehingga mampu menyerap gas CO2 dengan efisiensi adsorpsi sebesar 50% dan menyerap gas H2S dengan efisiensi adsorpsi sebesar 100%.
LEMIGAS, 2013
665 LPL 47 (1) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Muhadzib Rafif
Abstrak :
ABSTRAK Bio Metal-organic Framework (MOF) adalah bahan berpori yang terbentuk dari kombinasi ion logam dan ligan organik. Asam sitrat adalah senyawa organik lemah yang dapat ditemukan dalam daun dan buah jeruk. MOF memiliki banyak fungsi, salah satunya bertindak sebagai bahan adsorben. Kami telah mensintesis dan mengkarakterisasi MOF menggunakan logam kromium nitrat dan ligan asam sitrat. Sintesis dilakukan melalui metode reaksi hidrotermal menggunakan KOH dan Etanol serta dengan rasio logam terhadap ligan 0.6:1; 1:2; 1:2.5 dan 1:3. Sintesis dilakukan pada temperatur puncak 120 oC selama 30 menit dan ditahan pada temperatur tersebut selama 48 jam. Karakterisasi MOF dilakukan dengan Brunauer-EmmettTeller (BET), X-ray difraksi (XRD), scanning electron microscope (SEM), analisis termogravimetri (TGA), dan analisis Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Pengujian BET dilakukan dengan variasi kondisi degasing dan menggunakan empat material dengan perbandingan molar logam dan ligan yang berbeda-beda. Dalam percobaan ini diperoleh luas permukaan paling besar 49m2/g. Pengujian adsorpsi dilakukan pada temperatur 27oC, 40oC dan 55oC dengan variasi tekanan 10, 15, 20, 30, dan 40 bar. Hasil adsorpsi paling besar terjadi pada temperatur 27oC pada tekanan 40bar. Korelasi adsorpsi dilakukan dengan menggunakan persamaan Langmuir, Toth, dan Dubinin-Astakhov. Persamaan Dubinin-Astakov dengan nilai deviasi paling rendah (8%) digunakan untuk perhitungan panas adsorpsi. Semakin tinggi temperatur adsorpsi, semakin tinggi panas adsorpsi yang dihasilkan. Semakin besar jumlah adsorbat yang terserap, panas adsorpsi yang dihasilkan semakin rendah. Dengan semakin rendahnya nilai panas adsorpsi, maka semakin rendah juga biaya regenerasi material tersebut dan semakin tinggi nilai penghematan energi pada proses adsorpsi.
ABSTRACT Bio Metal-organic framework (MOF) is a porous material formed from a combination of metal ions and organic ligands. Citric acid is a weak organic compound that can be found in citrus leaves and fruit. MOF has many functions, one of which acts as an adsorbent material. We have synthesized and characterized MOF based on metal chromium nitrate and citric acid ligands. Synthesis is carried out through the hydrothermal reaction method using KOH and Ethanol as well as with a ratio of metals to ligands of 0.6:1; 1:2; 1:2.5 and 1:3. Synthesis was carried out at a peak temperature of 120oC for 30 minutes and held at that temperature for 48 hours (Material B). MOF characterization was carried out with Brunauer-Emmett Teller (BET), X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope (SEM), thermogravimetric analysis (TGA), and Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) analysis. BET characterization is done by varying the degassing conditions and using four materials with different metal and ligand molar ratio. In this experiment, the largest surface area was 49m2/g. Adsorption testing is carried out at temperatures of 27oC, 40oC and 55oC with pressure variations of 10, 15, 20, 30, and 40 bar. The highest adsorption results occur at 27oC at a pressure of 40bar. The adsorption correlation was performed using the Langmuir, Toth, and Dubinin Astakhov equations. The Dubinin-Astakov equation with the lowest deviation (8%) is used to calculate the heat of adsorption. The higher the adsorption temperature, the higher the adsorption heat produced. The greater the amount of adsorbate absorbed, the lower the heat of adsorption produced. The lower isosteric heat adsorption value, the lower regeneration cost and high efficiency energy in adsorption process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Sulistianti
Abstrak :
ABSTRAK
Revolusi industri meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfer yang berdampak pada efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menangkap (capture) CO2 menggunakan karbon mesopori termodifikasi gugus amina. Penelitian ini membandingkan kemampuan adsorpsi CO2 menggunakan karbon mesopori hasil sintesis dan karbon aktif komersial, kemudian dibandingkan juga jika keduanya dimodifikasi dengan gugus amina. Karbon mesopori disintesis melalui metode soft template menggunakan phloroglucinol dan formaldehida sebagai sumber karbon; serta Pluronic F-127 sebagai agen pembentuk pori. Karbon mesopori hasil sintesis dan karbon aktif komersial kemudian dimodifikasi dengan triethylenetetramine (TETA) untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi CO2. Hasil XRD menunjukkan adanya dua puncak yang melebar dan tidak tajam pada 2θ = 24,21º dan 2θ = 43,85º, menurut indeks JCPDS, No. 75-1621 puncak ini adalah puncak khas untuk material karbon grafit heksagonal. Berdasarkan karakterisasi FTIR, karbon mesopori hasil sintesis memiliki kesamaan dengan karbon aktif komersial, yaitu tidak adanya puncak serapan yang muncul. Setelah dimodifikasi dengan TETA muncul puncak serapan pada daerah sekitar 1580-1650 cm-1 yang merupakan vibrasi N-H bending dan puncak serapan pada daerah sekitar 3150-3380 cm-1 yang merupakan vibrasi N-H stretching. Berdasarkan analisis BET, didapatkan informasi bahwa modifikasi dengan TETA menurunkan luas permukaan, volume pori, dan diameter pori. Luas permukaan karbon mesopori menurun dari 407,278 m2/g menjadi 205,559 m2/g setelah dimodifikasi dengan 10% TETA dan 208,300 m2/g setelah dimodifikasi dengan 20% TETA. Volume pori karbon mesopori menurun dari 0,6355 cm3/g menjadi 0,4149 cm3/g setelah dimodifikasi dengan 10% TETA dan 0,4199 cm3/g setelah dimodifikasi dengan 20% TETA. Uji adsorpsi CO2 menunjukkan bahwa karbon mesopori memiliki kemampuan adsorpsi CO2 yang lebih baik daripada karbon aktif komersial dan modifikasi dengan TETA mampu meningkatkan adsorpsi CO2. Karbon mesopori mampu mengadsorpsi CO2 sebanyak 9,916 mmol/g dan karbon aktif mampu mengadsorpsi CO2 sebanyak 3,84 mmol/g selama 3,5 jam waktu adsorpsi, karbon mesopori tiga kali lebih baik daripada karbon aktif dalam mengadsorpsi karbon dioksida. Karbon mesopori termodifikasi 50% TETA mampu mengadsorpsi CO2 terbesar yaitu 19,341 mmol/g, kemampuan adsorpsi karbon dioksida meningkat sekitar 95% setelah dimodifikasi dengan 50% TETA daripada karbon mesopori tanpa modifikasi.
ABSTRACT
The Industrial Revolution was increasing concentrations of CO2 in the atmosphere that have an impact on the greenhouse effect which lead to global warming. Therefore, capture CO2 using mesoporous carbon modified amine group are studied. This research will compare the ability of CO2 adsorption using synthesized mesoporous carbon and commercial activated carbon, and compared if they are modified by amine group. Mesoporous Carbon were synthesized by soft template method using phloroglucinol and formaldehyde as a carbon source; and Pluronic F- 127 as a mesoporous agent. Synthesized mesoporous carbon and commercial activated carbon were modified with triethylenetetramine (TETA) to increase CO2 adsorption capacity. Based on FTIR characterization, the synthesized mesoporous carbon and the activated carbon without modification process has similarity pattern. After the modification, both of them showed absorption peaks in the area around 1580 to 1650 cm-1 which is known as N-H bending vibration and absorption peaks in the area around 3150 to 3380 cm-1 which is known as N-H stretching vibration. The XRD results showed two peaks were widened and rounded at 2θ = 24.21º and 2θ = 43.85º, According to JCPDS index No. 75-1621, those peaks are the typical peak for hexagonal carbon graphite. In BET analysis, the modifications by TETA can decrease surface area, pore volume and pore diameter. Mesoporous carbon surface area decreased from 407.278 m2/g to 205.559 m2/g after being modified with 10% TETA and 208.300 m2/g after being modified with 20% TETA. The pore volume of mesoporous carbon decreases from 0.6355 cm3/g to 0.4149 cm3/g after being modified with 10% TETA and 0.4199 cm3/g after being modified with 20% TETA. The testing adsorption of CO2 showing that the mesoporous carbon is better than the commercial activated carbon for CO2 adsorption and modified with TETA able to increase the adsorption of CO2. Mesoporous carbon is able to adsorb CO2 of 9.916 mmol/g and the activated carbon is able to adsorb CO2 of 3.84 mmol/g for 3.5 hours adsorption, mesoporous carbon three times better than activated carbon for adsorption of carbon dioxide. The modified mesoporous carbon 50% TETA is the most able to adsorb CO2 of 19.341 mmol/g, carbon dioxide adsorption capacity increased by about 95% after being modified with 50% TETA.;
2016
S65342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Muhadzib Rafif
Abstrak :

Bio Metal-organic Framework (MOF) adalah bahan berpori yang terbentuk dari kombinasi ion logam dan ligan organik. Asam sitrat adalah senyawa organik lemah yang dapat ditemukan dalam daun dan buah jeruk. MOF memiliki banyak fungsi, salah satunya bertindak sebagai bahan adsorben. Kami telah mensintesis dan mengkarakterisasi MOF berdasarkan ligan logam kromium nitrat dan asam sitrat. Sintesis dilakukan melalui metode reaksi hidrotermal menggunakan KOH dan Etanol serta dengan rasio logam terhadap ligan 0.6:1; 1:2; 1:2.5 dan 1:3. Sintesis dilakukan pada suhu puncak 120 oC selama 30 menit dan ditahan pada suhu tersebut selama 48 jam. Karakterisasi MOF dilakukan dengan Brunauer-EmmettTeller (BET), X-ray difraksi (XRD), scanning electron microscope (SEM), analisis termogravimetri (TGA), dan analisis Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Dalam percobaan ini diperoleh luas permukaan paling besar 49 m2/g. Pengujian adsorpsi dilakukan pada suhu 27oC, 40 oC dan 55 oC dengan variasi tekanan 5, 10, 15, 20, 30, dan 40 bar. Hasil adsorpsi paling besar terjadi pada suhu 27oC pada tekanan 40bar. Korelasi adsorpsi dilakukan dengan menggunakan persamaan Langmuir, Toth, dan Dubinin-Astakhov. Persamaan Dubinin-Astakov dengan nilai deviasi paling rendah (8.9%) digunakan untuk pergihitungan panas adsorpsi. Semakin tinggi suhu adsorpsi, semakin tinggi panas adsorpsi yang dihasilkan. Semakin besar jumlah adsorbat yang terserap, panas adsorpsi yang dihasilkan semakin rendah. Dengan semakin rendahnya nilai panas adsorpsi, maka semakin rendah juga biaya regenerasi material tersebut dan semakin tinggi nilai penghematan energi pada proses adsorpsi. ......Bio Metal-organic framework (MOF) is a porous material formed from a combination of metal ions and organic ligands. Citric acid is a weak organic compound that can be found in citrus leaves and fruit. MOF has many functions, one of which acts as an adsorbent material. We have synthesized and characterized MOF based on metal chromium nitrate and citric acid ligands. Synthesis is carried out through the hydrothermal reaction method using KOH and Ethanol as well as with a ratio of metals to ligands of  0.6:1; 1:2; 1:2.5 dan 1:3. Synthesis was carried out at a peak temperature of 120 oC for 30 minutes and held at that temperature for 48 hours (Material B). MOF characterization was carried out with Brunauer-Emmett Teller (BET), X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope (SEM), thermogravimetric analysis (TGA), and Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) analysis. In this experiment the maximum surface area of ​​49 m2/g was obtained. Adsorption testing was carried out at temperatures of 27oC, 40 oC and 55 oC with pressure variations of 5, 10, 15, 20, 30, and 40 bar. The highest adsorption results occur at 27oC at a pressure of 40bar. The adsorption correlation was performed using the Langmuir, Toth, and Dubinin-Astakhov equations. The Dubinin-Astakov equation with the lowest deviation (8.9%) is used to calculate the heat of adsorption. The higher the adsorption temperature, the higher the adsorption heat produced. The greater the amount of adsorbate absorbed, the lower the heat of adsorption produced. The lower isosteric heat adsorption value, the lower regeneration cost and high efficiency energy in adsorption process.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faqih Hanif
Abstrak :
Gas karbon dioksida atau CO2 merupakan salah satu bagian dari kelompok gas yang menjadi kontributor utama efek rumah kaca dan pemanasan global dimana emisinya yang semakin meningkat di setiap pergantian tahun dan tingkat konsentrasinya yang sudah sangat tinggi sejak beberapa dasawarsa yang lalu berpotensi memicu perubahan iklim dunia. Antara langkah mitigasi yang dilakukan terhadap isu ini adalah dengan melakukan kegiatan carbon capture atau memerangkap gas CO2. Proses adsorpsi gas merupakan salah satu caranya dan melalui penelitian ini akan dijelaskan tentang simulasi dalam skala molekular untuk memerhatikan proses penyerapan gas CO2 pada material yang berpotensi sebagai adsorben. Material yang di dalam penelitian ini adalah jaringan logam organik atau Metal Organic Framework. Terdapat beberapa variabel yang dikendalikan dalam simulasi ini yaitu antaranya volume MOF, temperatur serta tekanan adsorbat yaitu gas CO2. Perangkat lunak utama yang digunakan untuk proses simulasi pada penelitian ini adalah LAMMPS (Large-scale Atomic/Molecular Massively Parallel Simulator). Metode simulasi molekuler yang digunakan adalah dinamika molekuler dan Grand Canonical Monte Carlo(GCMC). Hasil dari simulasi ini kemudiannya akan dibandingkan dengan hasil percobaan secara eksperimen untuk melihat tren dari kegiatan adsorpsi yang berlaku pada material yang sama. Simulasi ini dilakukan dengan bantuan beberapa perangkat lunak lain yang diintegrasikan dalam proses persiapan, eksekusi dan pengolahan data. ......Carbon dioxide or CO2 gas is one of the greenhouse gases that causes the global warming phenomenon. Based on observational data from various environmental organizations and agencies, the amount and concentration of CO2 gas in the earth's atmosphere have been increasing annually. Therefore, preventive measures to maintain the safe concentration of CO2 gas should be more carried out more often. One of them is by doing the carbon capture activities or trapping CO2 gas by adsorption. This research explained about simulation on a molecular scale to observe the adsorption process of CO2 gas in materials that have the potential to act as an adsorbent. The material used to in this study is the Bio- Metal Organic Framework. There are several variables that were controlled in this simulation, including MOF volume, adsorbate’s temperature and pressure. The results of this simulation will then be compared with the experimental results to see the trend of adsorption activity that applies to the same material. This simulation is carried out with the help of several software which are integrated in the process of data preparation, simulation, and data processing. The software which author used for this research is mainly the LAMMPS or (Large-scale Atomic/Molecular Massively Parallel Simulator).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library