Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 274 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Firmansyah Surya
Abstrak :
ABSTRAK


Serat rayon merupakan polimer alami yang terkandung pada dinding sel tumbuhan tingkat tinggi. Untuk meningkatkan kegunaan serat rayon, pada penelitian ini dilakukan pencangkokan serat rayon dengan monomer metakrilat (MA) dan akrilamid (AAm) dengan metode iradiasi awal dengan media udara sehingga diperoleh serat rayon-g-(PAAm-co-PMA) dengan %G = 95-114% dan %G = 144-179%. Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya dengan mencangkok gugus akrilamid (F.E. Okieimen 2003), asam akrilat (Istianah, Romlah 2001) serta campuran asam akrilat dan akrilamid (Fatmuanis, Basuki 2000 dan Virlia, Ninda 2003) ke dalam serat rayon. Karakterisasi serat dilakukan dengan FTIR . Pencangkokan MA memberikan puncak serapan 1642.2 cm-1 dan 1202.5 cm-1 yang merupakan rentang karbonil (-C=O) gugus karboksilat dan rentang ?CH3 gugus metil, sedangkan pencangkokan AAm memberikan puncak serapan 1633.9 cm-1 dan 3671.9 cm-1 yang merupakan tekuk amida (-NH2) dan rentang ?N-H. Kapasitas adsorpsi dilakukan dengan metode AES dan titrasi serta selektivitas adsorpsi secara kompetisi dan nonkompetisi. Variasi pH penentuan selektivitas dilakukan pada kisaran 3.0-7.0 dengan buffer asetat. Pada penggunaan serat rayon-g-(PAAm-co-PMA) sebagai adsorben limbah model elektroplating yang mengandung ion logam Ni2+ dan Cr6+(dalam bentuk Cr2O72-) diperoleh hasil bahwa pemisahan kuantitatif dapat dilakukan pada pH sekitar 6.0 karena pada pH tersebut perbedaan penyerapan Ni2+ dan Cr6+ cukup signifikan. Serat kemudian diregenerasi untuk mengetahui apakah serat yang telah menyerap Ni2+ tersebut dapat digunakan kembali atau tidak. Ternyata Ni2+ dapat teregenerasi dari serat sampai 72.75 % (nonkompetisi) dan 88.36 % (kompetisi). Dapat disimpulkan bahwa pada pH 6.0 Ni2+ dan Cr6+ dapat terpisah sehingga larutan keduanya dapat digunakan kembali serta serat yang telah diregenerasipun dapat dipakai berulang.

Kata kunci : elektroplating; Cr6+ ; Ni2+ ; adsorpsi
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tity Murtiningsih
1994
S29908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Kustiawan
Abstrak :
ABSTRAK Meningkatnya penggunaan logam-logam berat dalam berbagai industri mengakibatkan peningkatan pencemaran logam-logam berat di lingkungan perairan. Alumina dapat dimodifikasi dengan adsorpsi surfaktan anionik sehingga membentuk bilayer (admisel). Admisel digunakan sebagai adsorben, karena kemampuannya menyerap ion-ion logam pada permukaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimal pembentukan admisel alumina-SDS, dan memanfaatkannya dalam penyerapan ion-ion Cd2+ dan Pb2+. Penentuan kondisi optimal dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi SDS dan pH. Konsentrasi SDS ditentukan dengan metode MBAS (Methyelene Blue Active Substances). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ?-alumina yang digunakan memiliki PZC pada pH 8, konsentrasi admisel kritis adalah sebesar 4 ?M dan konsentrasi misel kritis adalah 5,5 ?M serta pH optimal adalah pH 3. Tingkat desorpsi SDS pada admisel alumina-SDS adalah sebesar 0,61%. Kemampuan tukar kation penyerapan ion Cd2+ adalah sebesar 83% dan ion Pb2+ sebesar 82,5%. Kata kunci : Admisel; CAC; SDS; adsorpsi X + 57 halaman,gambar, tabel, lampiran
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfie Ikhsan Firmansyah
Abstrak :
Sistem adsorpsi pada padatan atau sistem adsorpsi fisik banyak sekali digunakan dewasa ini. Sistem adsorpsi digunakan pada sistem penjemihan air, penyerapan Iimbah, gas storage (penyimpan gas), sistem pendingin, pemurnian gas (gas purification) dan lain-lain. Pada sistem adsorpsi media penyerapannya biasa disebut sebagai adsorben dan zat yang terserap disebut sebagai adsorbat. adsorben adalah zat atau material yang mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mempertahankan cairan atau gas didalamnya. Efisiensi sistem menggunakan aplikasi adsorpsi ditentukan oleh karakteristik adsorpsi. Di Indonesia alat untuk mendapatkan data karakteristik adsorpsi berupa kapasitas dan laju penyerapan sangat sulit ditemukan. Kebutuhan alat uji untuk mendapatkan data karakteristik adsorpsi sangat dibutuhkan pada penelitian adsorpsi fisik. Informasi karakteristik adsorpsi sangat berguna sebagai dasar memilih pasangan adsorben-adsorbat pada perancangan sistem menggunakan aplikasi adsorpsi fisik, sehingga didapatkan efisiensi yang tinggi (E1-Sharkawy, Ibrahim et al, 2008). Salah satu metode pengukuran karakteristik adsorpsi adalah metode volumetrik, dimana menghitung kapasitas dan laju penyerapan dilakukan dengan menggunakan perubahan tekanan per satuan waktu pada temperatur konstan atau dikenal dengan adsorpsi isotermal (Dawoud dan Aristov, 2003). Alai uji adsorpsi kinetik dirancang dan dibuat dengan metode volumetrik dapat digunakan mengukur tekanan dan temperatur per detik. Perhitungan data unjuk kerja alat uji adsorpsi kinetik mengunakan persarnaan gas ideal untuk menghitung kapasitas dan laju penyerapan. Pengujian unjuk kerja alat uji adsorpsi dilakukan dengan uji repeatibility data dan validasi data menggunakan uji statistik T-berpasangan.
Adsorption in solid surface is used by research and industrial. Adsorption system has used for water purity, gas storage, cooling system, gas purification etc. In adsorption system, Material or physic media is conceiving call adsorbent and the material is permeated call adsorbate. Absorbent is material, which is having ability to fasten and maintain liquid or gas. Efficiency of system is using adsorption system, that is determined by adsorption characteristic In Indonesia, adsorption test rig to get the data of adsorption characteristic in the form of capacity and kinetic of adsorption is difficult found. The test rig is required to get the data of adsorption characteristic by research of adsorption The information of adsorption characteristic is based to found best couples adsorbent-adsorbate, which is used to get high efficiency by design of adsorption system. ( El-Sharkawy, Ibrahim Et al, 2008). One of method of measurement of adsorption characteristic is volumetric method, that is measurement capacity and kinetic of adsorption by using pressure change and constant temperature per time or adsorption isothermal (Dawoud And Aristov, 2003) The designed and manufacturing test rig kinetic of adsorption is used by volumetric method, which can be used to measure pressure and temperature per second. The data processing is using thermodynamics equation of ideal gas (STP), that is calculating capacity and kinetic of adsorption. The performance of test rig examination is using repeatability of data. The conclusion of examination is using statistical paired-samples T-test. Result of repeatability and validation of data is get tung = - 379.177, that is mean the research hypothesis accepted at a = 0.05. The conclusion of research is have a same data between examination 1 and 2 at signification level (real) 95%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud Sudibandriyo
Jakarta: UI-Press, 2013
PGB 0324
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Myriam Moerwani Koeswardhani
Abstrak :
ABSTRAK Isi Ringkasan Indonesia adalah negara sedang berkembang, yang sedang melaksanakan pembangunan industri. Meningkatnya jumlah industri tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak negatif, misalnya pencemaran lingkungan hidup dari buangan industri, yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Untuk mencegah menurunnya kualitas lingkungan diperlukan usaha pencegahan melalui pengolahan limbah tersebut. Secara garis besar, kegiatan pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 6 (enam) tahap antara lain : Pengolahan pendahuluan, Pengolahan primer, pengolahan sekunder, pengolahan tertier, Pembunuhan kuman dan Pembuangan lanjutan. Salah satu cara untuk mengolah limbah pada pengolahan tertier adalah dengan proses adsorpsi (penjerapan ). Salah satu sistem adsorpsi adalah adsorpsi fisik (adsorpsi Van der Waals) yang terjadi karena adanya gaya Van der Waals antara molekul-molekul zat yang terjerap dan bersifat dapat balik. Pada umumnya adsorben yang digunakan adalah karbon aktif, dapat berbentuk granular maupun bubuk. Karbon aktif granular maupun bubuk,mempunyai permukaan dalam yang lebih luas sehingga mempunyai daya jerap yang lebih besar. Untuk mengetahui efektivitas karbon aktif yang tepat, telah dilakukan penelitian di laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Institut Teknologi Indonesia, dengan sampel dart limbah tekstil P.T. Sandratex, dan karbon aktif bubuk yang dibeli dari pedagang bahan kimia. Menurut hasil penelitian dart F.T. Sandratex,setelah diolah dengan pengolahan primer dan sekunder pun,limbah cair industri tekstil tersebut masih mengandung kadar Fe'dan Zn' yang cukup tinggi yaitu lebih kurang 16 ppm, sedang Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan untuk Fe-dan Zn' masingmasing 5 ppm.(Kep-03/MENKLH/II/199I ) Proses adsorpsi adalah salah satu cara pada pengolahan tertier , dan limbah cair tekstil yang diteliti sudah mengalami proses pengolahan primer dan sekunder terlebih dahulu. Sebagai pembanding (kontrol) digunakan limbah cair tekstil sintetis , yang sengaja dipersiapkan dengan cara melarutkan FeSO-4 7 H2O dan Zn S0a dengan akuades sehingga diperoleh larutan murni yang mengandung jumlah senyawa Fe' dan Zn' seperti yang terdapat pada limbah tekstil P.T Sandratex. Berkaitan dengan uraian diatas, maka masalah penelitian adalah sebagai berikut 1. Berapa besarkah efektivitas karbon aktif dalam mereduksi kadar ion Fe ' dan Zn+` dalam limbah cair industri tekstil dan limbah cair sintetis. 2. Berapakah lama kontak optimal yang dibutuhkan agar karbon aktif dapat me﷓ reduksi jumlah ion logam (Fe dan Zn ) sehingga tidak rnelebihi Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan 3. Sampai berapa kalikah karbon aktif dapat digunakan untuk menjerap (mengadsorpsi) ion Fe' dan ion Zn' dalam limbah cair industri tekstil dengan optimal tanpa regenerasi. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini ingin meneliti efektivitas karbon aktif bubuk dengan kadar karbon aktif (% berat per volume) dan lama kontak limbah cair dengan karbon aktif (menit/liter), dengan jumlah ion Fe' dan Zn' yang tertinggal dalam larutan setelah di adsorpsi oleh karbon aktif, dan persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Semakin besar kadar karbon aktif bubuk yang diberikan, semakin besar persentase ion Fe"dan Zri yang diadsorpsi, dan semakin kecil pula jumlah Fe' dan Zn" yang tertinggal dalam limbah cair industri tekstil dan limbah cair sintetis setelah diadsorpsi. 2. Semakin lama waktu kontak karbon aktif bubuk dengan limbah cair industri tekstil dan limbah cair tekstil sintetis, semakin kecil jumlah ion Fe" dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil / sintetis dan semakin besar persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi. 3. Pemakaian karbon aktif sebanyak 20 kali tanpa regenerasi, dapat menaikkan persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi (dijerap) dan menurunkan jumlah ion Fe'dan Zn'dalam limbah cair industri tekstil maupun limbah cair tekstil sintetis, setelah diadsorpsi oleh karbon aktif Penelitian ini bersifat eksperimental , dan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan karbon aktif untuk mengadsorpsi (menjerap) ion Few` dan ion Zn' yang masih terdapat cukup tinggi dalam limbah cair industri tekstil, meskipun telah diperlakukan dengan pengolahan limbah cair tahap pertama maupun tahap kedua. Selain daripada itu ingin pula membandingkan daya adsorpsi karbon aktif pads limbah cair tekstil dengan limbah cair sintetis. Ion logam yang terdapat dalam limbah cair sintetis hanya terdiri dari ion Fe'dan ion Zn' saja, sedangkan pada limbah cair tekstil meski sudah dilakukan pengolahan tahap pertama dan kedua tetapi masih cukup banyak mengandung ion-ion yang lain, dan ingin pula meneliti tentang berapa kalikah penggunaan karbon aktif untuk mengadsorpsi limbah cair industri tekstil tanpa regenerasi. Analisis percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial. Variabel penelitian terdiri dari daya jerap karbon aktif sebagai variabel tergantung atau gayut ( dependent variable) sedangkan sebagai variabel babas atau variabel tak gayut (independent variable) adalah kadar karbon aktif ( persen berat per volume dalam gram/liter) dan lama kontak dengan karbon aktif ( menit/liter). Penelitian iai dilaksanakan dalam dua tabap, tahap pertama adalah Penelitian Pendahuluan dan tahap kedua adalah Penelitian Utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan jenis karbon aktif yang digunakan, kadar karbon aktif dan lama kontak yang terbaik. Pala penelitian pendahuluan ini Variabel lama kontak limbah cair industri tekstil dengan karbon aktif yang digunakan merupakan variabel waktu dengen variasi waktu 30, 60, 90 menit , sedangkan kadar karbon aktif yang digunakan berkisar antara 10, 20, dan 30 % berat per volume(mg/liter). Dari percobaan pendahuluan , ternyata variabel waktu (lama kontak) dengan variasi 30, 60, dan 90 menit tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga diambil kesimpulan lama kontak terbaik adalah 30 menit. Untuk variabel dosis karbon aktif , ke tiga variasi kadar karbon aktif juga tidak menunjukkan perbedaan nyata, sehingga untuk sementara dianggap 10% merupakan kadar terbaik Untuk jenis karbon aktif , dipilih karbon aktif bubuk karena lebih ekonomis dibandingkan dengan karbon aktif pro analitis. Pada penelitian utama, dilakukan penelitian yang lebih teliti. Perlakuan pada penelitian utama yaitu lama kontak yang terdiri dari 8 taraf yaitu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 menit /liter dan untuk kadar karbon aktif terdiri dari 6 taraf yaitu 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; 10,0 ; 12,5 ; dan 15 % berat per volume (gram/liter). Dari hasil penelitian dan basil perhitungan secara statistik diperoleh basil sebagai berikut : Pada limbah cair industri tekstil,perlakuan kadar karbon aktif tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada ion Fe'dan ion Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil ,tetapi perlakuan lama kontak limbah cair dengan karbon aktif, berpengaruh nyata pada jumlah ion Fe'+dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair industri setelah diadsorpsi dengan karbon aktif bubuk. Dari tabel Anava dan Duncan test didapatkan hasil terbaik pada lama kontak 10 menit/liter dan dipilih kadar yang terendah yaitu 2,5 % (25 gram karbon aktif/liter limbah cair) Untuk limbah cair tekstil sintetis temyata perlakuan lama kontak tidak berpengaruh pada ion Fe dan Zn yang tertinggal dalam limbah cair tekstil sintetis. tetapi perlakuan dosis karbon aktif menunjukkan pengaruh yang nyata pada jumlah ion Fe"dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil sintetis setelah diadsorpsi dengan karbon aktif bubuk. Dari Anova dan S.N.K Test pads limbah cair tekstil sintetis ternyata hasil terbaik di dapatkan pada dosis karbon aktif 7.5 % blv (75 gram karbon aktif/liter limbah cair) dan dengan lama kontak 5 menit/liter. Di samping itu dari Tabel Anova didapatkan pula bukti bahwa ternyata karbon aktif masih effektif dipakai tanpa regenerasi meskipun telah digunakan sebanyak 20 kali. Hal itu dapat dilihat dari Anova yang menunjukkan bahwa jumlah ion Fe' dan Zn' yang tertinggal tidak berbeda nyata, berarti karbon aktif masih dapat digunakan dengan hasil yang baik meski telah digunakan sebanyak 20 kali. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa karbon aktif dapat menurunkan (mereduksi) jumlah ion Fe's dan Zn' dalam Iimbah cair industri (khususnya PT Sandratex) dengan waktu kontak 10 menit/liter dan kadar karbon aktif 7,5 % b/v (75 grain/liter ), dan karbon aktif masih dapat menjerap terus tanpa regenerasi walaupun telah digunakan duapuluh kali.
ABSTRACT Thesis summary : Indonesia, one of the developing countries, is currently developing industries. The increasing number of industries does not only cause some positive impacts, but negative ones as well, such as environmental pollution which is caused by industrial waste, leading to degradation of environmental qualities. There are many steps of wastewater treatment, namely primary steps, secondary steps, tertiary steps, disinfection and sludge disposal.i One system of the wastewater treatment is based on adsorption process. Physical adsorption as one of the adsorption system takes place due to Van der Waals forces among adsorbed molecules which are reversible. Adsorbent commonly used are active carbon, either granular or powdered Both the granular active carbon and powdered active carbon have a wide internal surface, making their greater adsorbing ability. To understand the active carbon effectiveness, an experiment has been carried out at the Biochemistry laboratory of Agricultural Technology Department of Institute Technology Indonesia, using samples taken from P.T. Sandratex and powdered activated carbon purchased elsewhere. The adsorption process belongs to the third step treatment and therefore the textile plant waste, have been passed the first and the second process As comparison material, the artificial textile plant liquid waste is used , made by dissolving FeSO4 71120 and ZnSO4 using aquadestilate as such that a solution is obtained containing compounds of Fe'and Zn- similar to the one found in the textile waste. Variables used in this research were the amount of metal ion left in textile liquid waste after being adsorbed by the activated carbon using a certain concentration (% weight per volume) and contact length of time. As mentioned above, the research problems were as follows : a. What is the effectiveness of activated carbon in reducing Fe' and Zn' ions dosis in textile and synthetic liquid waste. b. What is the the length of contact time needed in order that active carbon could reduce the amount of Fe' and Zn' ions, not exceeding the allowable threshold value. d. How many times can active carbon be used optimally to adsorp metal ion (Fe}'and Zn') in textile and synthetic liquid waste without being regenerated. Based on the problems mentioned above, this research was aimed to find out the interaction between the dosage of activated carbon (in % weight/volume),duration of contact of liquid waste and activated carbon, and the amount of metal ion (Few` and Zn' ) in the solution after being adsorped by the activated carbon. Therefore the hypothesis of this research are as follows : 1. The higher the active carbon powder dosage used, the higher the percentage of Fe' and Zn`` ions adsorped and the lesser the amount of Fe' and Zn left in the textile and synthetic liquid waste. 2. The longer the active carbon powder contact time with textile industry and synthetic liquid waste, the smaller amounts of Fe'and Zn' ions left in textile and synthetic waste and the higher the percentage of Fe' and Zn' . 3. Using active carbon twenty limes without regeneration, can increase the percentage of Fe' and a"- ions adsorped and decrease the amount of Fe'-'and Zn" ions in in textile industry as well as synthetic liquid waste . The research objectives were to study the ability of activated carbon in adsorping the Fe' and Zn' ions which are highly found in the textile industry liquid waste yet it has been treated both with the first and second stage processing. The second objectives were also to compare the adsorption capacity of activated carbon on the industrial waste and syntetic waste. The metal ion contained in the synthetic waste only consists of Fe" and Zn''ions, whereas in the textile waste having been given the first and the second treatment stiII contains quite a variety of metals . The third objective was to study the effectivity of the activated carbon after being used without regeneration The experiment analysis is done by using the Factorial Complete Random Design. The research variables consist of the adsorptiveness y of active carbon as dependent variable, whereas the active carbon concentration ( weight percentage per volume in gram/Litre) and contact period as an adsorbtive capacity independent variables. the characteristic of which later could be used to choose the best form of active carbon, powdered active carbon, granular active carbon and the pro-analytic active carbon_ The contact length of time of the textile liquid waste with the active carbon constitutes lime variable with time interval of 30, 60, 90 minutes and while the active carbon concentration ranges between 10, 20 and 30% weight per volume (gram/litre). In the prelimary experiment,it is obvious that the time variables (contact length) of 30, 60, and 90 minutes didn't show a significant different, therefor it could be included that the best contact time was 30 minutes. For active carbon concentration variables,the three different concentration also did not show significant differences, but the concentration of 10% active carbon was assume to be the best concentration, the powder of active carbon was choosen due to more economic compare to pro analytic active carbon The main research , further research is performed more in detail. Time intervals were conducted at 8 different level 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 minutes,and for the active carbon concentration a research is also done through 6 different levels 2,5 ; 5.0; 7,5 ; 10,0; 12,5 and 15% weight per volume (gram/litre). The result data and statistical analysis showed as follows : On textile liquid waste, the active carbon concentration variable doesnot show a significant different of metal ion, but the contact length of time of liquid waste with active carbon indicates the amount of the remaining metal ion in the industrial Iiquid waste. In the ANOVA and Studen t Newman Ifeuls it is obvious that the best contact length of time is 10 minutes, and 2,5% dosis activated carbon. For syntetic liquid waste, the contact length of time is not very obvious but the active carbon consentration points out the amount of the metal ion left in the liquid waste after being adsorped is obviously different. Using ANOVA and Student-Newman-Keuls (S.N.K. test) on syntetic waste,the best result with dosis (% weight per volume) active carbon 7,5 % wlv, and the textile industrial liquid waste, the optimal number of ions occur in the contact length of time with active carbon 5 minutes/litre liquid waste. Besides that,it is found that active carbon is still effectively used without regeneration despite of 20 times applications. This can be seen from ANOVA that the remaining substance left (Adsorptions) is not really different,meaning to say the active carbon is still usable with effective resuly. The conclussion showed that powder activated carbon could adsorbing metal Fe and Zn especially P.T. Sandratex with 10 minutes llitre contact period and 7,5 % weight/volume concentration of powder activated carbon and the powdered activated carbon can be used 20 times without regeneration.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jauhari Ali
Abstrak :
Salah satu alternatif penyimpanan hidrogen adalah dengan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif, karena memiliki kemampuan adsorpsi yang yang besar berkaitan dengan luas permukaan dan ukuran porinya.Untuk meningkatkan daya adsorpsi dari adsorben dapat dilakukan dengan menjadikan sebanyak mungkin porinya yang termasuk kategori micropori sehingga sesuai dengan ukuran molekul hidrogen sebagai adsorbate. Dengan semakin besarnya prosentase mikropori yang dimiliki dibandingkan makropori dan mesoporinya, maka kemampuan adsorpsi dari adsorben tersebut diharapkan akan meningkat. Cara yang dilakukan untuk itu adalah dengan membuatnya menjadi partikel berukuran nano melalui proses ball-milling dan selanjutnya dibentuk menjadi padatan (pellet)melalui penekanan mekanis dengan penambahan likuida lignoselulosa sebagai pengikat. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pencampuran antara likuida lignoselulosa dan serbuk patikel nano untuk membentuk pellet karbon aktif sangat cocok digunakan dalam perbandingan 3:4, karena setelah dilakukan proses reaktivasi dengantiga variasi waktu yaitu 1 jam, 3 jam dan 6 jam, bentuk pellet karbon aktif tetap stabil. Kemampuan adsorpsi hidrogen terhadap karbon aktif berbentuk pellet tersebut diketahui melalui pengujian mengunakan metode volumetrik dengan variasi temperatur isotermal -50C dan 350C serta tekanan sampai dengan 4 Mpa masingmasing terhadap karbon aktif bentuk granular (as received), pellet reaktivasi 1jam, pellet reaktivasi 3 jam dan pellet reaktivasi 6 jam. Data adsorpsi isotermal yang didapat adalah data kapasitas penyerapan hidrogen pada setiap bentuk karbon aktif dan pada setiap variasi tekanan dan temperatur isotermal, kemudian diplot dalam grafik hubungan tekanan dan kapasitas penyerapan. Dari hasil penelitian didapat bahwa kapasitas penyerapan (adsorpsi) karbon aktif berbentuk pellet lebih baik dibandingkan karbon aktif bentuk granular, hal tersebut dikarenakan setelah dilakukan reaktivasi terjadi peningkatan kandungan unsur karbon (C) dan pengurangan unsur-unsur pengotordalam karbon aktif bentuk pellet. Kapasitas adsorpsi hidrogen maksimum terjadi pada karbon aktif pellet dengan reaktivasi 3 jam yaitu 0.0027261kg/kg pada temperatur -50C dan tekanan 3899.54kPa, sedangkan untuk karbon aktif pellet reaktivasi 6 jam adalah0.0020384kg/kg pada temperatur -5°C dan tekanan 3897.501 kPa. Untuk karbon aktif pellet reaktivasi 1 jam adalah 0.0016873kg/kg pada temperatur -5°C dan tekanan 3854.83kPa dan untuk karbon aktif granular (as received) adalah 0.0014779kg/kg karbon aktif pada temperatur -5°C dan tekanan 3869.19kPa. ......One alternative of hydrogen storage by adsorption method is using activated carbon, because it has a large adsorption capacity associated with a surface area and size of pores. To enhance the adsorption of the adsorbent can be done by making as many pores which include categories micropori to fit the size of the hydrogen molecule as an adsorbate. With a growing percentage of micropore compared with its macropori and mesopori, then the adsorption capacity of adsorbent is expected to increase. How that is done to it is by making nano-sized particles through ball-milling process and then formed into solids (pellets) through the mechanical suppression by the addition of lignocellulose as a binder liquid. From the results of this study found that the mixing between the liquid and powder lignocellulose nano particle to form pellets of activated carbon is suitable for use in a 3:4 ratio, because after the reactivation process with three variations of the time is 1 hour, 3 hours and 6 hours , the form of activated carbon pellets remained stable. The ability of hydrogen adsorption on activated carbon pellet form is known through testing using the volumetric method with a variation of isothermal temperature-50C and 350C and pressures up to 4 MPa respectively to granular activated carbon (as received), pellets reactivation 1 hour , pellets reactivation 3 hours and pellets reactivation 6 hours. Adsorption isotherms data obtained is the data capacity of hydrogen absorption on any form of activated carbon and on any variation of pressure and isoterms temperature , then plotted in the graph the relationship of pressure and absorption capacity. From the research results obtained that the absorption capacity (adsorption) activated carbon pellets better than the granular activated carbon, it is because after the reactivation there is increasing of the content of carbon (C) element and reduction of the impurities elements in the pellets activated carbon. Maximum capacity of hydrogen adsorption on activated carbon pellets occur with reactivation of 3 hours is0.0027261kg / kg at a temperature -5°C and the pressure is3899.54kPa, while for the reactivation of activated carbon pellets 6 hours is 0.0020384kg / kg at a temperature -5oC and the pressure is 3897,501 kPa. For reactivation of activated carbon pellets for 1 hour is 0.0016873kg / kg at a temperature -5°C and the pressure is 3854,83 kPa and for granular activated carbon (as received) is 0.0014779kg / kg of activated carbon at a temperature of- 5°C and the pressure is 3869,19 kPa.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30308
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Warastuti
Abstrak :
Mineral zeolit memiliki sifat yang khas seperti memiliki kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi dan sangat berpori, sehingga banyak dimanfaatkan sebagai adsorben, penyaring molekul, katalis dan Iain-lain. Salah satu fungsi zeolit yaitu sebagai adsorben, dapat diterapkan dalam bidang pertanian, yaitu untuk menahan lebih lama unsur-unsur hara di dalam pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman, agar tidak mudah hilang akibat proses pencucian oleh air tanah maupun air hujan. Di dalam tanah terdapat material humat yang merupakan komponen dari humus . Secara umum material humat dapat dibagi atas tiga fraksi utama yaitu asam humat, asam fulvat, dan humin. Material humat dapat berinteraksi dengan zeolit seperti halnya interaksi antara mineral Hat dengan material humat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh asam humat terhadap daya adsorpsi zeolit alam terhadap ion fosfat dari pupuk TSP dan ion kalium dari pupuk KCl. Kedua jenis pupuk tersebut merupakan pupuk yang banyak digunakan oleh petani selain pupuk Urea. Zeolit alam yang digunakan adalah zeolit alam Bayah dan Tasikmaiaya. Asam humat diperoleh dengan mengisolasi tanah gambut yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan , dengan menggunakan campuran larutan NaOH dan Na4P207 dengan perbandingan 1:1. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh basil bahwa daya adsorpsi zeolit alam Bayah dan Tasikmaiaya yang diaktivasi lebih besar daripada zeolit yang tidak diaktivasi. Kedua jenis zeolit dapat mengadsorpsi ion fosfat dari pupuk TSP, sedangkan ion kalium dari pupuk KCl hanya dapat diadsorpsi oleh zeolit alam Tasikmaiaya. Dengan adanya asam humat, daya adsorpsi kedua jenis zeolit terhadap ion fosfat dan ion kalium mengalami peningkatan. Peningkatan daya adsorpsi ini dikaitkan dengan mekanisme pertukaran kation antara asam humat-zeolit-ion kalium, pada pupuk KCl dan penambahan asam humat pada pupuk TSP menyebabkan ion fosfat terbebas dari fiksasi oleh senyawa A1 dan Fe sehingga dapat diadsorpsi secara optimal oleh zeolit
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilvianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdan Fadli
Abstrak :
Proses regenerasi adsorben dalam penelitian ini dilakukan secara kimia dengan menggunakan NaCl sebagai regeneran melalui mekanisme pertukaran kation, dimana kation dalam cairan dipertukarkan dengan kation dari suatu padatan. Reaksi ini berlangsung reversibel dengan persamaan reaksi: NH4-Zeolit + Na+ = Na-Zeolit + NH4+ Untuk mengetahui kemampuan NaCl sebagai regeneran, maka perlu diiakukan proses regenerasi pada berbagai kondisi operasi. Dalam penelitian ini menggunakan 5 siklus adsorpsi-regenerasi, yaitu terdiri dari dari 5 tahap adsorsi dan 5 tahap regenerasi. Proses adsorpsi-regenerasi dilakukan dalam kolom adsorber dengan menggunakan unggun Zeolit Alam Lampung berukuran 20 ~ 10 mesh dan tinggi unggun 22 cm- Proses berlangsung secara kontinyu dengan mengalirkan umpan dari bawah kolom pada kecepatan 0,3 ml/detik. Regeneran yang digunakan adalah NaCl 5 g/L dengan variasi suhu 30 ° C, 40 ° C, dan 60 ° C. Dari hasil penelitian didapat beberapa hal, yaitu: 1. Regeneran dengan temperatur 60 °C memiliki persentase penurunan daya desorpsi yang Iebih kecil. 2. Regeneran dengan temperatur 60 °C mampu menghasilkan ZAL yang memiliki daya adsorpsi yang lebih tinggi, sekitar 98 % dari tahap awal. 3. Regeneran dengan temperatur 40 °C menghasilkan ZAL dengan umur pakai yang lebih tinggi, sekitar 4 jam.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>