Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Reynold Aksa
"Limbah amonia yang keluar dari industri mengandung konsentrasi amonia yang cukup tinggi, diatas ambang batas baku mutu yang berlaku (50 mg/L). Hal ini akan menimbulkan masalah bila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu cara untuk mengolah Iimbah yang mengandung amonia adalah dengan cara adsorpsi dengan menggunakan zeolit alam. Zeolit alam digunakan untuk mengurangi kadar amonia dalam larutan karena memiliki ukuran pori yang sesuai dengan diameter amonia sehingga proses adsorpsi dapat berlangsung.
Penelitian adsorpsi secara barch bertingkat ini mengikuti siklus pola adsorpsi berseri yang ditentukan pada penelitian sebelumnya, di uji cobakan dalam alat adsorpsi bertingkat menggunakan ZAL dengan ulcuran 0,8-1 cm dan dipakai larutan buatan dengan konsentrasi awal amonia semua larutan 1000 mg/L. Proses adsorpsi dilakukan secara seri sampai setiap larutan mencapai baku mutu. Zeolit yang telah jenuh diregenerasi secara kimia dengan Iarutan NaCl 5 gram/liter. Zeolit hasil regenerasi dipakai kembali untuk mengadsorpsi amonia sampai jenuh.
Dari hasil penelitian didapatkan untuk mereduksi konsentrasi larutan amonia 1000 mg/liter sampai mencapai baku mutu 50 mg/l diperlukan 3 batch berseri yang berisi ZAL baru (seri 1), kemudian seri 1 ini dipakai untuk mengadsorpsi larutan baru berikutnya yang berkonsentrasi 1000 mg/l dan untuk mencapai baku mutu dibutuhkan 4 barch yang terdiri dari batch seri 1 dan 1 batch baru yang ditempatkan di akhir proses(seri 2), larutan baru berikutnya membutuhkan 5 batch yang terdiri dari ZAL dari seri 2 ditambah 1 barch ZAL baru yang juga ditempatkan di akhir proses, demikian seterusnya Dan seri 1 sampai dengan sen 6 dapat digunakan sesuai dengan pola siklus adsorpsi yang telah direncanakan.
Daya serap ZAL, terhadap larutan amonia baru 1000 mg/l di batch l untuk 1 kali, 2 kali, 3 kali dan 4 kali adsorpsi berturut-turut adalahh 1,817 meq/g, 1,091 meq/g, 0,93 meq/g, 0,535 meq/g atau 51,8 %, 30,8 %, 26,5 %, dan 14,4 %. ZAL setelah digunakan untuk mengadsorpsi larutan amonia 1000 mg/l sebanyak 4 kali, kemampuan adsorpsi turun dari 51,8 % menjadi 14,4 % dan meningkat menjadi 28,5 % setelah diregenerasi dengan NaCl. Estimasi operasi 1 kali siklus sesuai dengan pola siklus yang direncanakan dengan 6 batch ZAL berisi masing-masing 1,67 ton, membutuhkan waktu 44 jam mampu mengolah limbah amonia seban 50.000 L dengan biaya yang dibutuhkan 6.376.840 rupiah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Syah Afgani
"Pada penelitian ini dilakukan preparasi Cu0/zeolit alam dengan metode pertukaran ion menggunakan larutan Cu(NO3)2 ditambahkan dengan NI-I3 pekat. Proses preparasi ini berlangsung dengan mempertukarkan [Cu(NH3)4]2+ dengan Hf zeolit alam yang dilanjutkan dengan proses penyalingan, proses pemanasan pada temperatur 110 °C selama 12 jam serta kalsinasi pada temperatur 550 “C selama 4 jam.
Hasil analisis FTIR menunjukkan puncak Cu0 pada CuO/zeolit alam menumpuk pada puncak sekunder zeolit alam sehingga sulit untuk diketahui keberadaanya. Dari hasil analisis XRD dapat diketahui bahwa Cu() pada Cu0/zeolit alam terletak pada puncak utama sudut difiaksi (20) 35", 38° dan 48° dengan d-value berturut-turut 2,53; 2,33 dan 1,87 A. Hasil karakterisasi AAS, BET dan adsorpsi isotermik menunjukkan bahwa loading aktual Cu sebesar 7,96% berat, luas permukaan adalah 98,31 U12/gl' dan dispersi sebesar 60, 16%.
Pengujian adsorpsi dilakukan pada adsorben CuO/zeolit alam pada temperatur 350 °C. Sedangkan untuk proses regenerasi dibedakan atas tiga perlakuan yaitu termal pada temperatur 600 °C, reduksi pada temperatur 250 “C yang dilanjutkan dengan oksidasi pada temperatur 400 "C dan penambahan uap air pada temperatur 600 °C. Pengujian adsorpsi S02 dengan regenerasi termal dilakukan sampai dengan 3 siklus (adsorpsi-regenerasi-adsorpsi-regenerasi-adsorpsi), sedangkan untuk perlakuan regenerasi reduksi oksidasi dan penambahan uap air hanya dilakukan sampai dengan 2 siklus (adSorpsi-regenerasi-adsorpsi).
Hasil uji adsorpsi menunjukkan kemampuan CuO/zeolit alam cukup baik dalam mengeliminasi S02 sampai pada siklus ketiga. Kapasitas adsorpsi S02 CuO/zeolit alam adalah 2,27.10" mol/gr CuOf zeolit alam pada adsorpsi pertama, 5,68.l0" mol/gr CuO/zeolit alam pada adsorpsi kedua dan l,73-l0'5 mol/gr CuO/zeolit alam pada adsorpsi ketiga, Sedangkan variasi perlakuan regenerasi Dengan menggunakan reduksi H2 dilanjutkan dengan oksidasi O2 dan penambahan uap air tidak memberikan kenaikan kapasitas adsorpsi yang berarti dibandingkan dengan regenerasi termal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahma Dhia Aulia
"Konsumsi energi nasional saat ini terus meningkat setiap tahun dengan konsumsi tertinggi diduduki oleh bensin yang bersifat tidak dapat diperbaharui. Dalam kondisi ini, dibutuhkan sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui, salah satunya adalah bioetanol. Bioetanol harus memiliki kemurnian etanol 99,5% v/v yang tidak dapat dicapai dengan teknologi konvensional sehingga dibutuhkan teknologi pemurnian yang efisien dan ekonomis. Distilasi adsorpsi menggunakan adsorben zeolit sintetis 3A dan 4A merupakan proses pemurnian bioetanol untuk menghasilkan kemurnian etanol yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses distilasi adsorpsi dan membandingkan kinerja adsorben. Uji distilasi adsorpsi dilakukan dengan mengalirkan etanol 90% v/v dan 95% v/v. Uap etanol-air secara simultan mengalir menuju kolom adsorpsi yang berisi adsorben dengan variasi berat 25 g dan 50 g. Didapatkan bahwa adsorben zeolit 3A memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan zeolit 4A karena menghasilkan kemurnian etanol tertinggi sebesar 99,58% v/v pada konsentrasi awal etanol 95% v/v dan jumlah adsorben 50 g. Sedangkan, zeolit 4A hanya mencapai kemurnian etanol tertinggi sebesar 99,13% v/v pada konsentrasi awal etanol 95% v/v dan jumlah adsorben 50 g. Adsorben zeolit 3A memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan zeolit 4A dan diameter pori yang mendekati besar molekul air sehingga memiliki bersifat lebih selektif terhadap adsorpsi air.

The national energy consumption is continuously increasing every year, with the highest consumption occupied by non-renewable gasoline. In this context, renewable energy sources are needed, and one such source is bioethanol. However, achieving the required purity of 99.5% v/v ethanol using conventional technology is challenging, necessitating efficient and cost-effective purification methods. Adsorptive distillation using synthetic zeolite adsorbents, specifically 3A and 4A, is a promising process for high-purity ethanol production. This study aimed to analyze the adsorptive distillation process and compare the performance of the two adsorbents. Adsorptive distillations were conducted using initial ethanol concentrations of 90% v/v and 95% v/v. The ethanol-water vapor flowed into an adsorption column containing zeolite adsorbents weighing 25 grams and 50 grams. The results indicated that the zeolite 3A adsorbent outperformed zeolite 4A, achieving the highest ethanol purity of 99.58% v/v at an initial ethanol concentration of 95% v/v and an adsorbent weight of 50 grams. In contrast, zeolite 4A only reached a maximum ethanol purity of 99.13% v/v under the same conditions. Zeolite 3A, with its larger surface area and pore diameter close to the size of water molecules, exhibited greater selectivity for water adsorption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Azzahra Putri
"

Bioetanol dapat digunakan sebagai campuran bahan bakar fosil, namun untuk dapat digunakan bioetanol harus melalui proses pemurnian terlebih dahulu. Teknologi adsorpsi merupakan salah satu proses yang dapat digunakan dalam pemurnian bioetanol untuk menghasilkan kemurnian tinggi secara efektif baik dari segi proses maupun biaya. Adsorben zeolit merupakan salah satu adsorben yang dapat digunakan pada proses pemurnian campuran etanol – air karena mempunyai daya serap tinggi, relatif tidak mudah jenuh, selektivitas yang tinggi, dan mudah di regenerasi. Penelitian ini membahas hubungan karakterisasi adsorben dengan keefektifan proses pemurnian etanol – air yang dilakukan pada kolom adsorpsi kontinyu unggun tetap menggunakan dua jenis adsorben zeolit (3A dan 4A).  Uji adsorpsi dilakukan pada kondisi operasi suhu dan tekanan ruangan (20oC dan 1 atm), dan mengalirkan etanol dengan kemurnian awal 50% v/v dan 10% v/v selama 5 jam dengan laju alir 10 mL/menit kedalam kolom. Hasil penelitian ini berupa kurva breakthrough yang digunakan untuk menganalisa performa adsorben pada proses pemisahan etanol – air. Didapat bahwa adsorben zeolit 3A dengan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan zeolit 4A dan diameter pori yang mendekati besar molekul air, mempunyai performa adsorpsi yang lebih baik karena menghasilkan kemurnian etanol paling tinggi, yaitu sebesar 62,4% v/v untuk konsentrasi awal etanol 50% v/v dan 33,27% v/v untuk konsentrasi awal etanol 10% v/v.


In order to use bioethanol as fuels mixtures, bioethanol should go through purification process. One of the economically and effective purification process that can be used to separate ethanol – water mixture is adsorption process. Zeolite adsorbent is one of the adsorbents that can be used in the purification process of the ethanol-water mixture because it has high adsorption capacity, not easily saturated, high selectivity, and easy to regenerate. This study discusses the relationship between adsorbent characterization and the effectiveness of the ethanol – water purification process carried out in a fixed bed adsorption column using two types of zeolite adsorbents (3A and 4A). This research is carried out under operation condition of atmospheric temperature and pressure (20oC dan 1 atm), with 50% v/v and 10% v/v ethanol inlet concentration which has 10 mL/min flow rate. The results of this study are presented in breakthrough curve which will be used to analyse the adsorption performance that has been done. It was found that zeolite 3A adsorbent with a larger surface area and pore diameter which has closest size with water molecules size, has better adsorption performance resulting the highest ethanol purity, which is 62.4% v/v for the initial concentration of ethanol 50% v/v and 33.27% v/v for initial concentration of ethanol 10% v/v.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngalu, Vincentius Maruli
"Air merupakan salah satu unsur penunjang kehidupan yang keadaannya seringkali diabaikan. Seringkali terjadi pencemaran air yang disebabkan oleh buangan limbah baik dari industri maupun rumah tangga. Pencemaran tersebut mengakibatkan kerugian terhadap manusia, terutama masalah kesehatan. Oleh karena itu periu diadakan pengolahan iimbah, baik dari industri maupun rumah tangga, agar tidak mencemari air. Beberapa parameter tercemamya air antara lain adalah kandungan amonia dalam air dan nilai COD dari air. COD mengukur jumlah senyawa organik dalam air. Semakin tinggi COD, berarti air makin tercemar. Air yang mempunyai COD tinggi, berarti kanduugan oksigen terlarutnya rendah. Hal ini dapat membahayakan kehidupan biologis dalam air. Sedangkan amonia pada kadar tertentu dapat membahayakan manusia.
Untuk mengatasi hal di atas, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mengolah limbah yang nantinya akan dibuang ke badan air, supaya tidak mencemari lingkungan. Proses yang relatif mudah untuk pengolahan limbah adaiah dengan cara adsorpsi. Proses ini dikatakan mudah karena banyaknya media penyerap alam untuk dijadikan adsorben dalam proses adsorpsi. Penelilian ini menggunakan zeolit alam sebagai adsorben, untuk menyerap kandungan amonia dalam limbah. Penelitian terdahulu telah menghasiikan alat adsorpsi berikut dengan pola siklus adsorpsinya.
Berbeda dengan penelitian terdahulu yang memakai larutan amonia teknis sebagai adsorbat, penelitian sekarang menggunakan limbah asli, yaitu air danau UI yang kadar amonianya telah ditingkatkan. Ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh bahan-bahan lain dalam proses adsorpsi amonia. Proses adorpsi yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti pola siklus adsorpsi yang dihasilkan dari penelitian terdahulu.
Hasil penelitian mcnunjukkan bahwa limbah yang diolah dengan mengikuli polar siklus yang ada, tidak semuanya mencapai baku mutu kandungan amonia. Limbah yang mengikuti proses adsorpsi pada seri A, B, C, yang menggunakan 14, dan 5 buah batch ZAL, belum mencapai baku mutu, sedangkan limbah yang diolah pada seri adsorpsi D dan E , yang menggunakan 6 buah batch ZAL telah mencapai baku mum. Untuk limbah yang diolah pada seri adsorpsi A, yang semua batch-nya berisi ZAL barn, kemungkinan dibutuhkan jumlah batch bam sebanyak 4 buah umuk menoapai baku mum amonia. Hal ini menandakan perlunya diadakan penyempurnaan umuk pola siklus adsorpsi yang ada.
Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa zeolit juga dapat menyerap senyawa organik dalam limbah. Ini digambarkan dengan lebih sedikitnya jumlah amonia teradsorp pada batch pertama dibandingkan dengan batch kedua dari proses adsorpsi pada seri A dan C, yang mempunyai kandungan senyawa organik relatif tinggi. Pada batch pertama ini, penurunan senyawa organik terjadi dengan jumlah penurunan cukup besar. Pada batch kedua, hal yang sebaliknya terjadi, dimana penurunan COD kurang signifikan, akan tetapi penurunan konsentrasi amonia terjadi dengan cukup drastis. Fenomena ini menggambarkan bahwa pada saat konsentrasi senyawa organik dalam larutan tinggi, proses adsorpsi amonia menjadi terhalang, dan zeolit lebih cenderung menyerap senyawa organik. Pada saat konsentrasi senyawa organik telah mengalami penurunan, zeolit dapat mengadsorp amonia dengan lebih baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library