Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gusti Ngurah Made Budiana Setiawan
Abstrak :
Penelitian ini berangkat dari pertanyaan mengenai konversi yang pada umumnya terjadi dari penganut agama-agama lokal ke agama-agama Samawi, karena mendapatkan legalitas dari negara. Namun pada komunitas Paguyuban Perguruan Budaya Tirta Padepokan Segara Gunung terjadi sebaliknya, berkonversi dari agama-agama Samawi ke ajaran Budaya Tirta. Meskipun demikian, ketentuan pemerintah yang mengharuskan setiap warga negara memeluk salah satu agama resmi menyebabkan komunitas ini memilih Hindu sebagai agama resminya. Sebagian lagi beradhesi, tidak mengubah identitas agamanya, namun tetap menjalankan ajaran dan praktik-praktik peribadatan dari ajaran Budaya Tirta. Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan. Pertama, gejala sosial apakah yang dapat diketahui dari komunitas ini? Kedua, mengapa komunitas ini menginterpretasikan ajaran Budaya Tirta sebagai bagian dari agama Hindu. Ketiga, bagaimana ajaran Budaya Tirta dan agama Hindu saling terkait dalam memberikan fungsi psikologis bagi komunitas paguyuban ini? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah ethos (etos) dan world view (pandangan hidup) dari Clifford Geertz, tahap-tahap konversi dari Lewis R. Rambo dan Charles E. Farhadian, dan rekacipta tradisi dari E.J. Hobsbawn dan Terrence O Ranger. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode participation observation (pengamatan terlibat), in-depth interview (wawancara mendalam), dan studi pustaka. Penelitian ini juga merupakan suatu bentuk ottoetnografi karena memakai pengalaman pribadi untuk menjelaskan kasus yang dipelajari oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada komunitas ini meskipun memeluk agama-agama Samawi, namun etos dan pandangan hidup dari agama lokal sebelumnya tidak hilang, yang “tersimpan” melalui kearifan lokal dan tradisi-tradisi Kejawen yang masih dilaksanakan oleh mereka. Komunitas ini juga menginterpretasikan ajaran Budaya Tirta sebagai bagian dari agama Hindu karena konsep etos dan pandangan hidupnya sejalan dengan ajaran Hindu. Dalam kaitannya dengan konsep pandangan hidup, pemahaman tentang Tuhan dalam agama Hindu bersifat pantheistik. Dalam kaitannya dengan nilai-nilai etos merujuk pada sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia yang banyak menyerap unsur-unsur kepercayaan dan tradisi lokal Nusantara. Keterkaitan dengan sejarah perkembangan agama Hindu menyebabkan komunitas ini melakukan rekacipta tradisi keagamaan yang sesuai dengan ajaran Hindu. ......This study starts from questions of conversion, that generally occurs from adherents of local religions to Samawi religions, which is supported by legality of government. But there is an opposite occurs for the community of Paguyuban Perguruan Budaya Tirta Padepokan Segara Gunung, which converting from Samawi religions to the teaching of Budaya Tirta. Nevertheless, the government's regulation that requires every citizen to embrace one of the official religions lead this community chose Hinduism as their official religion. Apart of them chose to adhesion, do not change their religious identity, but practice the teaching of Budaya Tirta worship. This statements raises several questions. First, what social phenomenons that can be seen from this community? Second, why does the community interprets the teachings of Budaya Tirta as part of Hinduism? Third, how the teaching of Budaya Tirta and Hinduism are intertwined in providing psychological function for this community? Theories that are used in this research, i.e.: ethos and world view of Clifford Geertz, conversion phases of Lewis R. Rambo and Charles E. Farhadian, and invented tradition of E .J. Hobsbawm and Terence O. Ranger. This study is a qualitative research. Techniques for data collection through method of observation participation, in-depth interviews, and literature study. This research is an ottoetnography too, because using personal experience of the researcher for explain the cases that studied. The result of this study shows that even the community embraced Samawi religions, but their ethos and worldview of the local religion had not previously lost, but "saved" through local wisdom and Kejawen traditions which are carried out by them. The community also interpret the teachings of Budaya Tirta as part of Hinduism because ethos and worldview of the teaching of Budaya Tirta in line with Hinduism. The linkage to the worldview is understanding of God in Hinduism is pantheistic. The linkage the ethos is refer to the historical of development of Hinduism in Indonesia, which absorb elements of local beliefs and traditions of the archipelago. The linkage to the historical of development of Hinduism lead this community doing invented tradition of religious that in accordance with Hinduism.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyo Handoyo
Abstrak :
Proses korosi adalah peristiwa kerusakan material akibat reaksi kimia elektrokimia dengan lingkungan sekitarnya. Proses korosi ini terjadi secara alami sehingga tidak dapat dihindari akan tetapi dapat dihambar dengan mengendalikan proses-proses korosi tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan metode pelapisan. Pelapisan merupakan salah satu cara yang dapat digolongkan dalam sistim pengendalian arau proteksi terhadap korosi. Prinsip kerjanya adalah mencegah terjadinya kontak Iogam yang dilindungi dengan lingkungannya. Selain itu Iapisan juga akan menghasilkan permukaan baru logam yang licin dan halus. Benda uji yang drpakai adalah baja spcc yang bernkuran 75 X 150 mm dan mempunyai tebal 1,2 mm, yang dilapisi dengan cat yang mengandung pigmen kromat 0% , I,5% dan 3% , dengan variabei ketebalan lapisan cat 50, 75 dan 100 Jam, untuk masing-masing konsentrasi. Lalu diadakan pengujian ketahanan korosi yang dilakukan di dafam salt spray chamber selama 3 minggn (504 jam) dan pengujian kekuatan adhesiff lapisan cat. Dari penelitian inf dapa! dfsfmpufkan bahwa dengan semakfn meningkatnya inhibitor (pigmen kromat dalam Cat dan semakin tebal lapisan cat maka ketahanan korosi sampel juga akan sernakin baik Hal ini rerlihat dari penampakan sampel setelah keluar dari salt spray chamber. Hal lain yang didapat adalah bahwa dengan peningkatan pigmen kromat dalam range 0% - 3%, nraka kekuafan adhesi dari lapisan cat akan menurun.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Khusnul Mustakim
Abstrak :
Ban merupakan bagian terpenting dalam industri otomotif. Dalam struktur ban terdapat suatu kawat yang mempunyai tujuan untuk memperkuat fire bead ban, yang dapat mempengaruhi ban tersebut dalam segi keamanan, kekuatan serta keawetannya pada saat digunakan. Untuk meningkatkan kekuatan dari kawat tersebut dilihat dari penggunaannya, salah satu proses itu adalah dengan cara melapisinya dengan perunggu (bronze/Cu-Sn). Dengan memberikan Iapisan perungu tersebut pada permukaan kawat, akan dihasilkan kemampuan adhesi yang meningkat antara kawat tadi dengan ban tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kecepatan proses pelapisan dengan metode electroless bronze plating dapat mempengaruhi sifat adhesi antara kawat dengan ban dengan menggunakan bahan-bahan seperti H2504 sebagai media pickling dan rinsing, air sebagai media rinsing dan C nS0,¢ serta SnSO4 (masing-masing dalam bentuk garam hidrainya) sebagai media pelapis pada proses electroless tersebut. Penelitian dilakukan dengan memvariasika kecepatan proses electroless secara keseluruhan mulai dari 90, 120, 150, 180, 210 dan 230 meter/menit. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa kekuatan adhesi yang maksimum (67, 5 4 kg/5cm) didapalkan pada saat kecepatan dari proses sebesar 120 m/menit dan sifat adhesi minimum (61,256 kg/5cm) didapatkan pada kecepatan 230 m/menit. Dari hasil tersebut dapat dilihat dari kecenderungan bila proses yang dilakukan terlalu cepat, akan dihasilkan sifat adhesi yang menurun yang dapat disebabkan karena persiapan nninlc permukaan yang akan dilapis terlalu cepat (kurang bersih) dan juga akan menghasilkan lapisan yang sangat tipis pada saat setelah proses eieciroless bronze. Keadaan ini juga berlaku untuk kecepatan proses yang terlalu rendah, yang disebabkan karena...
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Quintanto Sambodo
Abstrak :
Ban pneumatic (pneumatic fire) saat ini tampil dalam berbagai fungsi yang sangat esensial pada operasi hampir seluruh transportasi yang ada di dunia. Secara umum ban diklasifikasikan melipuli ban mobil, truk, Offroad, ban kendaraan pertanian, ban pesawat lerbang dan ban mobil balap yang memiliki hmgsi-fungsi yang spesifik. Fungsi-fungsi tersebut secara umum sebagai pendukung pada penahan beban kendaraan, memenuhi kenyamanan dalam berkendara yang berdayatahan, baik dalam kondisi permukaan jalan mya yang kering, basah atau bersalju sekalipun, merendahkan kebisingan dari kendaraan pada jalan raya dengan vibrasi tertentu, menjaga kestabilan dimensi serta yang terpenting pula bagi pemakai ban adalah memenuhi massa pakai yang lama dari segi ekonomi. Di antara komponen pendukung ban, terdapat bagian yang juga memiliki peran penting yaitu keberadaan bead wire yang terletak pada fire head. Salah satu fungsi atau pemenuhan kebutuhan bagi sualu bead wire selain harus memiliki mechanical properries yang baik, juga harus memiliki piczring properties yang baik pula. dimana bend wire dilapis dengan lapisan bronze (Cu + Sn) yang difungsikan untuk meningkatkan sifat adhesi antara kawat dengan karet. Muara dari semua ini adalah bahwa adhesi antara bead wire dengan rubber layer bergantung dari kualilas pickling (ilepennfv on the plating qnriiiiv) dan kehomogenan pluiing (hornngeneous plming). Lebih khusus lagi tixngsi Sn sebagai pemadu pada lapisan bronze perlu untuk diketahui dan ditelili, sehingga kehadiran Sn dalam pialing tersebut memiliki peran yang signifikan baik sebagai pemadu Cu secara khusus maupun sebagai peningkat kekuatan sifat adhesi yang ditimbulkan. Pada penelitian ini menggunakan material logam kawat jenis high carbon sreel wire 0-67 %, dengan proses pickling dan cleaningnya menggunakan larutan asam sulfat 300 gram per liter (gpl), sedangkan pada larutan bronzing mcnggunakan CUSO4 dan SnSO4 serta H3804 masing-masing 18 gpl, 0,7 gp! dan 35 gpl. Nilai pull our yang optimum sebagai parameter sifat adhesi diperoleh dengan nilai 79,725 kg/1,5 cm dengan penambahan Sn 25 gram dan kecepatan proses yang dipergunakan 210 m/mcnit pada bath electroiess bronze yang bervolume l500 liter.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Adhitya Suyatno
Abstrak :
Pendahuluan: Kejadian ruptur tendon Achilles meningkat dalam beberapa dekade terakhir dengan insiden tertinggi didapatkan pada kelompok usia 30-39 tahun. Penanganan terkini untuk ruptur tendon Achilles adalah pembedahan dengan penjahitan primer, serta dapat juga secara konservatif pada kondisi-kondisi tertentu. Karena komplikasi adhesi dan gliding tendon sering terjadi pasca tindakan pembedahan, para peneliti berusaha menemukan bahan yang secara efektif mampu memperbaiki proses penyembuhan tendon. Platelet-rich plasma (PRP) dan membran amnion merupakan bahan yang dinyatakan memiliki potensi dalam memperbaiki proses penyembuhan tendon, mencegah adhesi dan gliding tendon. Namun, penelitian mengenai efek kombinasi keduanya masih belum pernah dilakukan. Metode: Model ruptur tendon Achilles dilakukan pada 24 ekor kelinci putih New Zealand yang terbagi dalam 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, kelompok dengan pemberian membran amnion, kelompok dengan pemberian PRP dan kelompok dengan pemberian kombinasi membran amnion dan PRP. Evaluasi dilakukan pada 6 minggu setelah tindakan pembedahan berdasarkan penilaian terhadap pemeriksaan gliding tendon dengan USG, Tang score gambaran makroskopis adhesi tendon, grading adhesi secara makroskopis, Tang score gambaran histopatologis adhesi, grading adhesi secara histopatologis, serta Tensile strength tendon dengan uji tarik. Data yang didapatkan diuji secara statistik dengan jenis data dan jumlah kelompoknya. Hasil: Kelompok perlakuan membran amnion serta kelompok kombinasi membran amnion dan PRP memiliki perbedaan bermakna terhadap dalam hal gliding tendon secara USG, Tang score makroskopis dan histopatologis serta grading adhesi makroskopis dan histopatologis. Kelompok perlakuan PRP dan kombinasi membran amnion dan PRP menunjukkan perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol dalam hal nilai tensile strength test. ......Background: The incidence of Achilles tendon rupture has increased in the last few decades with the highest incidence found in the 30-39 years of age group. The current treatment for Achilles tendon rupture is surgery with primary suturing, and can also be conservative under certain conditions. Because adhesion complications and gliding tendons often occur after surgery, the researchers tried to find a material that is able to effectively improve the tendon healing process. Platelet-rich plasma (PRP) and amniotic membrane are substances that have the potential to improve tendon healing processes, prevent adhesion and gliding tendons. However, research on the effects of the combination of both has never been done. Methods: The Achilles tendon rupture model was carried out in 24 New Zealand white rabbits, which were divided into 4 treatment groups, namely the control group, the group with the administration of amniotic membrane, the group with the administration of PRP and the group with the combination of amniotic membrane and PRP. The evaluation was carried out at 6 weeks after surgery based on an assessment of gliding tendon examination with ultrasound, Tang score macroscopic image of tendon adhesion, macroscopic adhesion grading, Tang score histopathological adhesion, histopathological adhesion grading, and Tensile strength tendon with the tensile test. The data obtained were tested statistically with the type of data and the number of groups. Results: Amniotic membrane treatment group and combined amniotic membrane and PRP treatment group had significant differences in terms of gliding tendon by ultrasound, macroscopic and histopathological Tang scores and macroscopic and histopathological adhesion grading. The PRP treatment group and combined amniotic membrane and PRP treatment group showed significant differences compared to the control group in terms of tensile strength test values. Conclusion: The administration of amniotic membrane can reduce the formed paratenon adhesion, however, it does not have statistical significance in influencing tendon strength. Giving Platelet-rich Plasma (PRP) does not affect the formation of paratenon adhesion statistically, but it affects the increase in tendon strength. The combination of amniotic membrane and PRP has a significant effect in reducing paratenon adhesion and increasing tendon strength.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Budi Arman
Abstrak :
Pengecatan untuk perlindungan sementara terhadap suatu barang selama proses pengiriman dan atau penyimpanan dapat digunakan dengan cat berbahan dasar bituminous, toluene, alkyd resin dan aliphatic hydrocarbon. Analisa dilakukan untuk mengetahui performa dari variasi komposisi bituminous dan tebal lapisan cat dengan menggunakan pengamatan mikroskopik, uji kabut garam, uji permeabilitas dan kekuatan adesi. Hasil pengujian menunjukan bahwa penambahan bituminous akan mengurangi ukuran dan jumlah pori sehingga menurunkan permeabilitas terhadap uap air, namun juga mengurangi gaya adhesi. Untuk penambahan tebal lapisan cat juga tidak meningkatkan peforma dari coating, karena menimbulkan pori yang cukup besar sehingga meningkatkan permeabilitasnya akibat dari tidak homogennya proses selama pengeringan. Dari pengujian sembur kabut garam, tidak begitu menjelaskan perbedaan dari variasi pengujian ini.
A temporary protective coating for materials or goods during shipping and or warehousing period could be used a coating with base composition from bituminous, toluene, alkyd resin and aliphatic hydrocarbon. Analysis is conducted to collect the information of coating performance by variant of bituminous composition in coating itself and variant of drying film thickness. The method of research are using microscopic (SEM), salt spray test, water vapor permeability and pull off test. The result of test showed that adding the bituminous material will decrease size and quantity of porosity to reducing the permeability and also will reduce the adhesion force. From the dry film thickness site, having a thicker layer film is not warranted in increasing the performance of coating, because inhomogeneous of curing process. The porosity will be growth up and increasing the permeability. The results of salt spray test not really explain the difference value from these variants.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T28317
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Sugianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Surya
Abstrak :
ABSTRAK
Korosi merupakan suatu proses yang terjadi secara alami dan bersifat spontan, sehingga terjadinya korosi pada suatu material tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah. Salah satu proses pencegahan korosi adalah dengan lapisan cat pelindung. Lapisan pelindung dikenakan ke permukaan Iogam dimaksudkan untuk memisahkan Iogam dengan Iingkungan yang korosi. Pencegahan korosi dengan lapisan cat ini sering diaplikasikan, karena penggunaan sangat praktis, relatif lebih murah dan hasilnya juga cukup baik. Lapisan cat yang digunakan pada penelitian ini adalah Zinc Chromate, Zinc Phospate dan Zinc silicate dengan ketebaian lapisan adaiah 45-50 micron, 70-75 micron dan 95 - 100 micron. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian daya adhesif dan ketahanan korosi dari lapisan cat. Pengujian daya adizesif dilakukan dengan menggunakan elcometer model 106 adhesion tester berdasarkan standar AST M D 4541. Pengujian ketahanan korosi dilakukan dengan menggunakan salt spray tester berdasarkan srandar ASTM B U 7. Pengamalan yang dilakukan pada pengujian ketahanan korosi adalah blistering, undercutting dan korosi filiform. Dari hasil penelitian mempelihatkan bahwa kekuatan daya adhesif dan ketahanan korosi dari lapisan cat 100 micron lebih baik dibandingkan dengan Iapisan cat 75 micron dan 50 micron. Ketahanan korosi Iapisan cat yang paling baik adalah lapisan Zinc Silicate. Kekuatan adhesi lapisan car yang paling baik adalah lapisan cat Zinc Phosphate.
2000
S41566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiansyah Dwi Wardana
Abstrak :
Low Pressure Die Casting atau LPDC merupakan suatu metode pengecoran logam menggunakan tekanan dan kecepatan yang rendah untuk menghasilkan suatu produk. LPDC mempunyai salah satu komponen utama yaitu cetakan. Masing-masing cetakan memiliki masa pakai yang berbeda. Cetakan dengan masa pakai relatif rendah memerlukan proses tambahan seperti pelapisan. Pelapisan dengan teknik PVD diketahui dapat meningkatkan daya tahan dan masa pakai cetakan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kekasaran permukaan cetakan baja SKD 61 terhadap sifat permukaan hasil pelapisan PVD AlCrN dan melakukan studi literatur guna melihat pengaruh pemberian variasi perlakuan terhadap sifat permukaan pelapisan CrAlN. Lapisan AlCrN dan CrAlN memiliki unsur penyusun yang sama namun memiliki komposisi unsur yang berbeda. Pada pelapisan AlCrN dilakukan dengan metode arc evaporation pada baja SKD 61 dengan berbagai variasi kekasaran permukannya. Variasi kekasaran dihasilkan melalui proses sandblasting dengan variasi ukuran pasir grit 200 dan grit 36 serta variasi waktu selama 5, 10, dan 15 menit. Pengujian ketahanan aus dilakukan untuk mengetahui laju aus yang dihasilkan oleh perbedaan kekasaran permukaan pada baja SKD 61 yang dilapis dengan AlCrN dan baja SKD 61 yang tidak dilapis AlCrN. Hasil penelitian menunjukkan ketahanan aus baja SKD 61 yang dilapis AlCrN lebih tinggi dibandingkan dengan baja SKD 61 yang tidak dilapis. Selain itu, pada keduanya menunjukkan hasil lain yaitu peningkatan kekasaran permukaan akan berbanding terbalik dengan ketahanan ausnya. Sementara itu, berdasarkan studi literatur diketahui lapisan CrAlN yang didepositkan dengan metode arc evaporation menghasikan nilai kekasaran permukaan yang lebih besar dibandingkan kekasaran permukaan awal sebelum dilapis. Selain itu, lapisan CrAlN diketahui memiliki sifat anti-aus yang sangat baik pada pengujian ketahan aus dengan pemberian kecepatan tinggi dan beban yang rendah......Low Pressure Die Casting or LPDC is a metal casting method using low pressure and low speed to produce a product. LPDC has one of the main components, namely dies. Dies have a different lifetime. Low-lifetime dies require additional processes, one of them is coating. Coatings with PVD techniques are known to increase the durability and lifetime of the dies. This study aims to examine the effect of the surface roughness of the SKD 61 steel dies on the surface properties of the PVD AlCrN coating and conduct a literature study to see the effect of varying the treatment on the surface properties of the CrAlN coating. AlCrN and CrAlN coatings have the same constituent elements but have different compositions. AlCrN coating was carried out using the arc evaporation method on SKD 61 steel with various variations of surface roughness. Roughness variations are produced through the sandblasting process with variations in grit size of grit 200 and grit 36 as well as variations in time for 5, 10, and 15 minutes. The wear resistance test was carried out to determine the wear rate produced by differences in surface roughness on SKD 61 steel coated with AlCrN and SKD 61 steel not coated with AlCrN. The results showed that the wear resistance of AlCrN-coated SKD 61 steel was higher than uncoated SKD 61 steel. In addition, both of them show other results, where the roughness of surface will be inversely proportional to the wear resistance. Meanwhile, based on literature studies, it is known that the CrAlN coating deposited by the arc evaporation method produces higher value of surface roughness than the uncoated. In addition, the CrAlN coating is known to have excellent anti-wear properties in wear-resisting tests at high speed and low load. 
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldi Dwiki Alfiansyah
Abstrak :
Material cetakan pengecoran aluminium SKD61 harus mampu tahan terhadap temperatur leleh aluminium, gesekan, fatik, aus dan deformasi sehingga membutuhkan lapisan yang mampu menjadi pelindung dari panas, keras, dan tangguh, seperti lapisan PVD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan terhadap sifat permukaan, kekuatan adhesi, dan ketahanan aus pada lapisan AlCrN dengan Al dominan dan CrAlN dengan Cr dominan. Penelitian dilakukan dengan metode pengujian untuk AlCrN dan studi literatur untuk CrAlN. Proses pelapisan AlCrN menggunakan arc evaporation dengan target AlCr (64:36), temperatur proses 400oC tegangan bias -100 hingga -200 V, gas nitrogen 150 SCCM, kecepatan putaran 2 rpm, dan waktu 8 jam dengan variasi rotasi substrat (tunggal, dobel, dan tripel) pada substrat SKD61. Proses pembakaran menggunakan burner dengan campuran gas argon dan oksigen hingga temperatur 700oC lalu didinginkan di udara. Uji mikrostruktur menggunakan OM, ImageJ, dan SEM-EDX, uji kekerasan menggunakan makro Vickers, uji ketebalan menggunakan Calo Tester, uji ketahanan aus menggunakan Ogoshi Universal Wear Testing, dan uji kekuatan adhesi menggunakan Rockwell C. Uji OM dan ImageJ menunjukan AlCrN rotasi tripel memiliki % partikel paling tinggi (81.64%) dan uji SEM-EDX menunjukan partikel makro dan berbentuk jaring-jaring dengan komposisi Al lebih dominan. Setelah pembakaran AlCrN rotasi tunggal mempunyai permukaan yang halus dan berubah warna dari abu-abu menjadi biru. Uji Calo Test menunjukan rotasi tunggal paling tebal (6.14 μm) dengan kecepatan deposisi paling cepat (0.213203324 nm/s). Uji makro Vickers menunjukan AlCrN rotasi tunggal paling keras (941 HV). Setelah pembakaran, kekerasan AlCrN mengalami penurunan. Uji adhesi Rockwell C menunjukan kekuatan adhesi AlCrN rotasi dobel paling tinggi (HF1). Uji aus Ogoshi menunjukan AlCrN rotasi dobel memiliki laju aus terendah (0.000092 mm3/Nm). Setelah pembakaran, rotasi tunggal memiliki laju aus terendah (0.00089851 mm3/Nm). Sedangkan CrAlN ditinjau dalam studi literatur memiliki mikrostruktur berbentuk kolumnar dan padat dengan komposisi Cr lebih dominan. Kekerasan CrAlN 10 μm tertinggi (2743 HV). Setelah pembakaran pada 700oC kekerasan turun dan berubah menjadi biru. Kekuatan adhesi CrAlN 4.85 μm tertinggi. Ketahanan aus CrAlN menunjukan tidak ada retakan dan setelah pembakaran 120oC terdapat material terabrasi. ...... The aluminum die-casting mold material SKD61 must be able to withstand the melting temperature of aluminum, friction, fatigue, wear, and deformation so that it requires a layer that can become a thermal barrier, hardest, and toughest, such as PVD coating. This research is to study the effect of thickness on the surface properties, adhesion strength, and wear resistance of AlCrN with Al dominant and CrAlN with Cr dominant. The research was conducted using test methods for AlCrN and literature study methods for CrAlN. The AlCrN coating process uses arc evaporation with target of AlCr (64:36), process temperature 400oC, bias voltage -100 to -200 V, nitrogen gas 150 SCCM, the rotation speed of 2 rpm during 8 hours with variations in substrate rotation (single, doubles, and triples) on SKD61. The combustion process uses a burner with a mixture of argon gas and oxygen up to a temperature of 700oC and cooled in air. The microstructure test using OM, ImageJ, and SEM-EDX; the hardness test using Macro Vickers; the thickness test using Calo Tester; the wear resistance test using Ogoshi Universal Wear Testing; and the adhesion strength test using Rockwell C. The OM and ImageJ tests show AlCrN triple rotation has the highest % particle (81.64%) and the SEM-EDX test showed macro particles and net-shaped structure with a dominant composition from Al. After burning AlCrN single rotation has a smooth surface and changes color from gray to blue. The Calo Test showed single rotation has the thickest (6.14 m) with the fastest deposition speed (0.213203324 nm/s). The Macro Vickers test showed single rotation is the hardest (941 HV). The hardness of AlCrN decreased after burned. The adhesion test showed double rotation is the strongest (HF1). The Ogoshi wear test showed double rotation has the lowest wear rate (0.000092 mm3/Nm). The single rotation has the lowest wear rate (0.00089851 mm3/Nm) after burned. Meanwhile, CrAlN reviewed from the literature study has a columnar and solid microstructure with a more dominant Cr composition. The hardness CrAlN with 10 μm is the hardest. The hardness decreased and change to blue after burned. The adhesion strength of 4.85 μm was the highest. The wear resistance of CrAlN shows no cracks and after burning at 120oC there is abraded material.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library