Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Alfan Santoso
Abstrak :
ABSTRAK Aktivitas persediaan merupakan bagian modal kerja yang tidak mempunyai nilai tambah bagi proses produksi, sehingga akan membebani perusahaan dalam pembiayaan. Dengan demikian pengurangan level persediaan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku biaya persediaan dengan menggunakan metode Activity Based Costing, sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Metode Activity Based Costing merupakan metode pendekatan berdasarkan pengelolaan aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya . Penelusuran biaya dilakukan dengan menggunakan pendekatan tiga tingkatan aktivitas. Aktivitas tingkat penunjang, aktivitas tingkat proses produksi dan aktivitas tingkat unit produksi. Hasil penelitian menunjukkan pada saat ini perusahaan PT, SM mengalami permasalahan dengan tingkat utilitas berkisar antara 44 % sampai dengan 50 %, dan perputaran bahan baku perbulan menunjukkan rata rata 60 hari. Hal ini menunjukkan tingginya beban biaya pada modal kerja. Dengan menggunakan metode Activity Based Costing diusulkan pengurangan waktu proses, pengurangan ukuran lot dan usulan penilaian kriteria suplier.
ABSTRACT In the production process, inventory classified as a non added value activity. Since inventory might add unnecessary cost to the product. Lowering or reducing the inventory level is one of the solution for improving the efficiency and performance of a company. The objective of this research is to investigate the behavior of inventory cost using Activity Based Costing method, to elevate the efficiency level of company. Activity Based Costing is a cost management that emphasizes the management activities as source of cost. In tracing the cost, using three level activity approaches, these level activities have close relation. The activities are supporting level activities, Production process activities (batch level) and production unit activities. The research done in PT. SM show that company has problem at their material utility level among 44 % to 50 % and also average monthly material flow at 60 days. From these findings, can be conclude that PT. SM has lack of efficiency and burden by high production cost. Using Activity Based Costing analysis, it is recommended to PT. SM has following: Reducing Process Time, Reducing Production lot size or to expanding machine capability, and evaluating the suppliers.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novella Carita Amelia
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penetapan harga pokok produksi (HPP) yang tepat menggunakan metode Acitivity-Based Costing (ABC) dan menggunakan metode alokasi lattice dalam megalokasikan biaya tidak langsung pada UMKM Batik Basurek. Penelitian ini memperkenalkan metode alokasi lattice (LA) yang mensimplifikasi pembebanan dua tahap pada activity-based costing (ABC) menjadi satu langkah. Metode ini menggunakan matriks aljabar yang di operasikan pada Excel spreadsheet untuk melakukan perhitungan alokasi biaya yang kompleks. Penelitian ini menyimpulkan bahwa harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh dengan metode (ABC) lebih akurat karena setiap kategori biaya dialokasikan ke aktivitas sebelum dibebankan ke objek biaya. Penelitian ini juga menyimpulkan dengan menggunakan LA dalam pengalokasian biaya tidak langsung diperoleh informasi biaya yang dapat digunakan dalam upaya efisiensi biaya. Karena LA memberikan informasi tentang sumber biaya yang dialokasikan ke objek biaya. Penggunaan metode LA juga dapat menghindari terjadinya kesalah dalam perhitungan tarif biaya aktivitas. Penelitian ini memberikan kontribusi yang belum pernah diberikan oleh penelitian sebelumnya. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan terkait penentuan HPP yang akurat dan  alokasi biaya yang tepat bagi perusahaan dengan berbagai skala. Selanjutnya, penelitian ini memberikan kontribusi kepada kepada bidang akademis atau bagian keilmuan yaitu sebagai suatu alat pedagogis mata ajar akuntansi biaya.


This study aims to analyze the determination of cost of goods sold (COGS) using the Acitivity-Based Costing (ABC) method and lattice allocation method in allocating indirect costs at MSMEs namely Batik Basurek. This study introduces a lattice allocation (LA) method which simplifies two-step activity-based costing into one step. This method uses matrix algebra operated on Excel spreadsheet to calculate complex cost allocation. This study concludes that the cost of goods sold (COGS) obtained by the ABC method is more accurate because each cost category is allocated to activities before being assigned to the cost object. This study also concludes by using LA metohod in the allocation of indirect costs could obtained costs information that can be used in cost efficiency. Because LA provides information about the source of costs allocated to the cost object. The use of LA method can also avoid errors in calculating the activity-cost rate. This research provides contributions that have not been provided by previous studies. This research contributes to the decision making related to the determination of accurate COGS and appropriate cost allocation for companies of various scales. Furthermore, this study contributes to the academicor the scientific field as a pedagogical tool for cost accounting subject.

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Yuliastanti
Abstrak :
Lingkungan bisnis telah menjadi global dan kompetitif menuntut perusahaan untuk menghasilkan value terbaik bagi customer. Value disini termasuk diantaranya adalah harga yang kompetitif sehingga kebutuhan akan informasi kalkulasi biaya yang terinci menjadi hal yang penting. Ketika biaya overhead menjadi cukup tinggi diperusahaan, penggunaan satu tarif overhead atas produk yang berbeda menghasilkan biaya produk yang tidak akurat. Disisi lain manajemen tidak mempunyai pemahaman secara jelas bagaimana biaya-biaya dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Sebagai alat bantu untuk mendapatkan penghitungan biaya produk yang lebih akurat salah satunya adalah melalui penerapan sistem Activity Based Costing (ABC). PT. XYZ yang menerapkan sistem biaya tradisional mengalami hal yang sama seperti diatas. Terdapat selisih yang signifikan antara alokasi biaya overhead yang menggunakan sistem tradisional dengan sistem Activity Based Costing (ABC). Beberapa produk yang dilaporkan menguntungkan ternyata merugikan perusahaan ketika dianalisa menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC). Produk-produk yang memberikan kerugian ini akan berpengaruh besar pada tingkat margin keuntungan perusahaan secara keseluruhan. Sistem Activity Based Costing memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya produk, yang secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan.
Business environment become globalize and competitive forces the company to create its best value for customer. Value in this case including competitive price, so the need for detail cost calculation becomes important thing. When overhead cost high in the company, implementation of single overhead tariff for the products create inaccurate product cost. On the other side, management doesn?t have clear understanding about how to trace back the costs to every product. As a tool to get more accurate product cost calculation, we can implement Activity Base Costing (ABC) system. PT XYZ which implements traditional cost system experience the same thing as mentioned above. There is significant difference when allocating overhead cost using traditional system compare to ABC system. Some products are reported as profitable, in fact is loss when analyzing using ABC system. Some un-profit products give significant impact for company profit margin in general. ABC system refining accuracy of product cost calculation by committing lots of fixed overhead cost, in fact are proportionally variable with changes in besides of production quantity. By understanding what make the costs are increase or decrease, the costs could be traceable to its products. This cause-Impact relation make possible for management to enhancing accuracy of product cost calculation which significantly improving decision making process.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28301
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Kusuma Sari Santosa
Abstrak :
Sistem Activity-Based Costing merupakan suatu perkem-bangan baru dalam bidang akuntansi manajemen. Dalam sistem ini alokasi biaya overhead didasarkan pada aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk sehingga secara teoritis dapat mengalokasikan biaya overhead secara lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional. Sistem akuntansi manajemen seperti ini dibutuhkan terutama pada perusahaan multi produk yang beroperasi dengan overhead yang cukup tinggi dan berada dalam lingkungan industri dengan persaingan yang sangat ketat. Skripsi ini bertujuan untuk melihat apakah activity-based costing benar-benar dapat mengalokasikan biaya overhead secara lebih akurat daripada akuntansi manajemen tradisional dengan mengaplikasikannya pada PT KPS suatu perusahaan pemintalan benang. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dilakukan tin¬jauan langsung ke perusahaan yang bersangkutan, analisa atas laporan produksi perusahaan, serta wawancara dengan bagian produksi. Untuk melengkapi tulisan dan sebagai acuan analisa, dilakukan studi atas literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Hasil analisa menunjukkan bahwa PT KPS telah melakukan pembebanan biaya secara bertahap. Tetapi dalam penetapan biayanya masih menggunakan basis alokasi yang kurang tepat, sehingga mengakibatkan distorsi dalam penetapan harga pokok produksi. Ternyata dari penelitian yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa dengan sistem activity-based costing harga pokok produksi dapat ditetapkan dengan lebih akurat. Penera¬pan sistem activity-based costing pada PT KPS yang merupakan perusahaan yang multi produk dengan biaya overhead yang cukup tinggi disertai persaingan yang sangat ketat sangat tepat karena dapat mengatasi distorsi biaya yang diakibatkan oleh sistem akuntansi manajemen yang sekarang ada. Sistem activity-based costing meliputi analisa aktivi¬tas disepanjang value-chain perusahaan. Akan lebih baik bila sistem activity-based costing ini tidak hanya diterapkan pada departemen produksi, tetapi juga pada departemen - departemen yang lain sehingga manfaat sistem ini dapat lebih dirasakan bagi manajemen dalam menghasilkan kebijaksanaan yang tepat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marciano Hersondrie Herman
Abstrak :
Sistim akuntansi lama dianggap telah gagal dalam memenuhi kebutuhan akan informasi dalam era kompetisi yang ketat dan global masa kini. Bagaimana menerapkan sistim akuntansi baru dalam meng-gantikan yang lama merupakan alasan mengapa masalah ini perlu ditelaah dan diteliti. Tujuan penelitian adalah menjelaskan bagai-mana dampak sistim activity-based costing yang merubah cara pandang manajemen biaya serta langkah-langkah yang perlu diambil dalam menerapkan sistim tersebut. Untuk itu penulis melengkapi penjelasan, penelaahan dan studi literaturnya, dengan melakukan studi kasus pada sebuah perusahaan manufaktur automotif, Chrysler Corporation. Hasil penelahaan menunjukkan bahwa hal yang menyita waktu dan harus menjadi perhatian dalam penerapan ABC adalah untuk mengubah cara berfikir dan memandang aktivitas perusahaan sebagai basis dalam manajemen biaya, serta perlunya komitmen manajemen yang tinggi untuk mengatasi masalah-masalah yang lebih bersifat non-teknis. Dampak besar yang dihasilkannya dalam menyajikan biaya-biaya yang relevan dan gambaran potensial efisiensi, membuat manajemen yang tidak siap menjadi takut akan proses perubahan yang terjadi. Agar proges penerapan berjalan lancar, maka adalah perlu untuk memberi pengertian mendalam kepada seluruh manajemen peru-sahaan dan juga dilakukan pengorganisasian kembali dalam struktur aktivitas perusahaan. Selain itu, penulis juga menyajikan beberapa pengalaman sukses projek-projek penerapan ABC di perusahaan tersebut dan menguraikan bagaimana perbaikan yang terjadi dalam penyajian informasi maupun keputusan yang dibuat. ABC mengidentifikasi aktivitas yang relevan dan membantu manajemen untuk menghilangkan pemborosan atau ketidak-untungan dalam value chain. Mempertimbangkan hal-hal diatas, pengenalan terhadap ABC untuk dapat mengikuti perkembangan kompetisi dunia usaha akan lebih baik bila dilakukan pada awal terbentuknya perusahaan atau dila-kukannya ekspansi cabang-cabang usahanya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filemon Calvin Sucandra
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perhitungan biaya per pelanggan dengan sistem ABC konvensional dan TDABC, membandingkan perhitungan profitabilitas per pelanggan dengan sistem ABC konvensional dan sistem TDABC, dan menyarankan tindakan apa yang dapat dilakukan PT XYZ setelah mengetahui besarnya biaya per pelanggan. Penelitian merupakan studi kasus dengan metode penelitian berupa studi literatur, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT XYZ memiliki pelanggan yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. PT XYZ juga dapat mengklasifikasikan pelanggan berdasarkan jenisnya: passive, yaitu rumah sakit, pelanggan high cost-to-serve, yaitu apotik, pelanggan price-sensitive, yaitu institusi/tender, PBF, dan toko obat, dan pelanggan aggresive, yaitu supermarket.
This study aimed to compare the calculation of cost per customer with conventional ABC and TDABC system, calculation of profitability per customer compared with the conventional ABC system and TDABC system, and suggest what actions to do for XYZ after finding out the cost per customer. The research is a case study with research methods such as literature studies, interviews, and documentation. The results showed that XYZ has customers which are profitable and unprofitable. XYZ also can classify customers by type: passive, ie hospitals, high customer cost-toserve, namely pharmacies, price-sensitive customers, namely institutional / tender, PBF, and drug stores, and customers aggresive, namely supermarkets.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjokorda Gde Indraputra
Abstrak :
Perusahaan manufaktur menghadapi meningkatnya persaingan dalam pasar global dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan berbiaya rendah. Untuk menghasilkan suatu keputusan tepat, suatu perusahaan harus mempunyai informasi biaya produksi yang akurat dan up-to-date. Sistem akuntansi biaya tradisional yang berdasarkan pengalokasian volume produksi (volume-based costing) bagi biaya overhead telah kehilangan relevansinya dalam suatu lingkungan manufaktur yang menunjukkan peningkatan yang tajam dalam biaya overhead dan adanya pengurangan yang signifikan dalam tenaga kerja langsung suatu produksi dengan menghasilkan suatu perhitungan biaya produk yang terdirtorsi dan mengarahkan pada pembuatan keputusan strategis perusahaan yang kurang menguntungkan perusahaan. Satu inovasi metode manajemen biaya untuk informasi biaya produk yang akurat dan mengatasi kekurangan sistem biaya tradisional tersebut adalah Activity-Based Costing. Data menunjukkan banyaknya implementasi ABC di perusahaan manufaktur besar, tetapi hanya sedikit di perusahaan manufaktur kecil. Perusahaan manufaktur kecil berbeda dari perusahaan manufaktur besar di antaranya kurangnya kelengkapan data, sumber daya teknis, sumber daya keuangan, dan komputerisasi yang mencukupi. Yang paling utama yaitu kelengkapan data disebabkan masalah pengumpulan dan pemrosesan data sesuai dengan format ABC dengan biaya yang minimal. Karena informasi yang dibutuhkan ternyata mahal dan perusahaan kecil menghadapi keterbatasan keuangan. Dua tahapan dalam pelaksanaan model Activity-Based Costing pada perusahaan kecil. Pertama, biaya-biaya ditetapkan pada suatu penampungan biaya berdasarkan atas suatu penyebab biaya. Kedua, biaya dialokasikan kepada produk berdasarkan atas jumlah aktivitas yang dikonsumsi menggunakan penyebab biaya tahap kedua. Pengumpulan informasi bobot adalah bagian panting dalam implementasi ABC pada perusahaan manufaktur kecil. Setiap aktivitas mengkonsumsi suatu porsi dari suatu kategori biaya. Setiap produk mengkonsumsi suatu porsi dari suatu aktivitas. Suatu porsi yang dikonsumsi pada tahapan tersebut diwakili oleh suatu proporsi (bobot). Tiga bentuk akurasi data dipergunakan dalam menentukan bobot, yaitu: (a) kumpulan data aktual. (b) perkiraan berdasarkan pengalaman, situasi dimana data aktual tidak dapat dikumpulkan, perkiraan berdasarkan pengalaman dilakukan. (c) proses analisa hirarki, Cara yang lebih scientific untuk memperkirakan proporsi dengan teknik sistematis seperti Analytic Hierarchical Process yang dicetuskan oleh Thomas L. Saaty. PT. Kuta Kidz, perusahaan manufaktur pakaian jadi skala kecil, sebagian besar produksinya bagi pasar ekspor, membutuhkan suatu perencanaan, koordinasi, komunikasi, serta pengendalian yang baik dari semua kegiatan perusahaan dengan sistem informasi akuntansi biaya yang tepat. Sistem biaya yang diterapkan dinilai kurang efektif karena terdapatnya distorsi biaya dari berbagai produk dengan jumlah volume yang berbeda. Perusahaan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional di mana total unit output digunakan sebagai alat penggerak aktivitas biaya. Dilakukan modifikasi dalam membebankan rate biaya overhead dengan membebankan sebesar 100%, 75%, 50%, dan terakhir proporsional 167% dengan alasan persaingan dan tingkat penjualan produk. Struktur biaya produksi dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tak langsung yang mendominasi sebesar 50,28% dari biaya produksi, yang ternyata cukup signifikan untuk mempertimbangkan penggunaan sistem akuntansi ABC sebagai alternatif. Didapatkan perbedaan yang cukup siginifikan antara kedua sistem akuntansi biaya. Bagi produk ekspor, tiga produk diberikan beban yang overcast, tiga jenis produk dibebankan undercost karena lebih besar dari 20%, satu di antaranya bahkan undercost mencapai 177%. Bagi produk toko, keseluruhan jenis produk diberikan beban undercost. Lima produk di antaranya mencapai 20% bahkan satu mencapai undercost lebih dari 180%. Didapatkan perbedaan perolehan yang cukup signifikan antara pendapatan yang diperoleh berdasarkan kedua sistem akuntansi. Modifikasi yang dilakukan bagi pendapatan perusahaan menghasilkan pengaruh negatif sebesar Rp. 101.844.283,- atau sebesar 11,8% dari total biaya overhead perusahaan yang berjumlah Rp. 864.573.715,﷓. Perbedaan antara kedua sistem memberikan pengaruh yang cukup material dalam merumuskan masalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian biaya overhead perusahaan. Sistem akuntansi ABC jika diterapkan dapat memberikan hasil yang akurat pada beban overhead pada setiap jenis produk. Hasil evaluasi memperlihatkan beban overhead terdistribusi secara akurat dan seimbang dengan beban overhead yang dikeluarkan perusahaan. Implementasi ABC sebaiknya dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga dapat terus diperbaiki secara kesinambungan sehingga mendekati sempurna sesuai dengan kondisi yang ada. Seandainya diperlukan restrukturisasi organisasi berdasarkan sistem akuntansi ABC dilakukan bertahap sehingga tidak menimbulkan gejolak di dalam organisasi dan menerapkan sistem ini secara komprehensif dan menggunakannya sebagai dasar bagi semua keputusan manajemen. Keberhasilan sistem akuntansi ABC juga akan sangat dipengaruhi oleh dukungan dari semua manajemen puncak, dipahami oleh seluruh karyawan perusahaan, dapat menjangkau semua pemakai yang potensial, dan mempunyai rasa memiliki terhadap sistem yang diimplementasikan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selina Agustina Santoso
Abstrak :
Perubahan teknologi yang sangat pesat mendorong perusahaan untuk ikut mengembangkan kemampuan produksinya, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan demikian banyaknya perusahaan yang mengandalkan otomatisasi teknologi, mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat, khususnya dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan. Pencapaian laba optimal dapat dilakukan dengan cara melakukan perhitungan harga pokok produksi yang akurat. Untuk tujuan perhitungan harga pokok produksi yang akurat salah satu metode yang banyak diterapkan adalah sistem Activity Based Costing. Sistem Activity Based Costing menggunakan lebih dari satu pemicu biaya yaitu berdasarkan luas lantai (m2), jam kerja mesin, jam tenaga kerja tidak langsung, dan persentase pemakaian bahan kimia. Berbeda dengan sistem akuntansi biaya tradisional, biaya overhead pabrik yang terjadi hanya dialokasikan dengan menggunakan satu pemicu biaya yaitu berdasarkan total unit produksi. Dengan demikian ketepatan perhitungan harga pokok produksi akan dapat lebih tercapai dengan penerapan sistem Activity Based Costing. Sistem activity based costing meningkatkan akurasi pembebanan biaya karena pertama kali melakukan penelusuran biaya aktivitas dan kemudian biaya produk atau pelanggan yang mengkonsumsi berbagai aktivitas tersebut. Tujuannya adalah untuk menemukan cara melakukan aktivitas dengan lebih efisien dan menghilangkannya apabila tidak menciptakan nilai pelanggan. Sistem akuntansi biaya tradisional yang menggunakan dasar alokasi tingkat unit seperti banyaknya unit produksi, jam tenaga kerja langsung dan jam mesin sudah kurang relevan apabila perusahaan menghasilkan produk yang beraneka ragam dan memanfaatkan teknologi modern, Penelusuran biaya ini sebaiknya dilakukan terhadap aktivitas yang teriadi. Perhitungan biaya overhead pabrik per unit yang tidak tepat dapat mengakibatkan konsekuensi yang serius untuk perusahaan. Contohnya, dapat mengakibatkan keputusan yang salah mengenai penetapan harga, bauran produk atau penawaran kontrak. Sistem Activity Based Costing berusaha untuk memperbaiki kelemahan dalam sistem akuntansi biaya tradisional dengan menghubungkan biaya overhead pabrik yang iimhtil Dada proses produksi melalui aktivitas yang dilakukan untuk produk tersebut. Dari hasil perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan sistem Activity Based Costing dan sistem akuntansi biaya tradisional menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan akuntansi biaya tradisional menyebabkan terjadinya distorsi, yaitu menentukan biaya terlalu tinggi (over cost) untuk produk susu kental manis dan terlalu rendah (under cost) untuk susu cair indomilk. Pada PT. Indomilk diketahui harga pokok produksi per unit untuk produk susu kental manis sebesar Rp. 1.452,79 per unit dan produk susu cair indomilk sebesar Rp. 1.607,50 per unit. Sedangkan dengan sistem akuntansi biaya tradisional diperoleh harga pokok produksi per unit untuk susu kental manis sebesar Rp. 1.483,89 per unit dan untuk susu cair indomilk sebesar Rp. 1.592,67 per unit. Hal ini menunjukkan bahwa sistem akuntansi biaya tradisional menentukan biaya terlalu tinggi (over cost) sebesar Rp. 31,1 atau sebesar 2,05 % untuk produk susu kental manis dan terlalu rendah (under cost) sebesar (Rp. 14,83) atau (1%) untuk produk susu cair indomilk.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Winardi
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini menganalisis mengenai biaya pokok produksi pada PT. Supratama Aneka Industri. Dimana perhitungan biaya pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan metode tradisional dibandingkan dengan metode activity based costing untuk mengetahui sejauh mana distorsi biaya pokok produksi dari metode yang digunakan perusahaan. Perhitungan dengan metode activity based costing dilakukan sesuai dengan literatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode tradisional yang digunakan perusahaan saat ini memiliki distorsi yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan metode activity based costing. Dimana produk A, B, dan D mengalami overstated, sedangkan produk C, E, dan F mengalami understated.
ABSTRACT This thesis analyzes the cost of production at PT. Supratama Aneka Industri. Where the calculation of the cost of production carried out by the company uses the traditional method compared to the activity based costing method to determine the extent of distortion of the cost of production from the method used by the company. Calculations using the activity based costing method are carried out according to the literature. The results of the analysis show that the traditional method used by the company today has a significant distortion when compared to the activity based costing method. Where products A, B, and D are overstated, while products C, E, and F are understated.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>