Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jagad Paduraksa
Abstrak :
ABSTRAK Lithium Ion Capacitor (LIC) telah menunjukkan kinerja yang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan akan energi tinggi dan kepadatan daya di era kendaraan listrik saat ini. Pengembangan bahan elektroda dan elektrolit dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan kinerja LIC secara signifikan. Salah satu bahan aktif elektroda LIC, karbon aktif (AC) dapat disintesis dari berbagai biomassa, salah satunya adalah eceng gondok. Ketersediaannya yang melimpah dan pemanfaatannya yang rendah menjadikan eceng gondok sebagai sumber karbon aktif yang menjanjikan. Untuk mengamati sifat fisik AC yang paling optimal, penelitian ini juga membandingkan berbagai suhu aktivasi. Dalam penelitian ini, LIC sel penuh dibuat menggunakan anoda berbasis LTO dan AC yang berasal eceng gondok sebagai katoda. Sel penuh LIC selanjutnya dikarakterisasi untuk melihat sifat material dan kinerja elektrokimia. LIC turunan eceng gondok dapat mencapai kapasitansi spesifik 32.11 F / g, energi spesifik 17.83 Wh / kg dan daya spesifik 160.53 W / kg.
ABSTRACT Lithium Ion Capacitor (LIC) has shown promising performance to meet the needs of the needs in high energy and power density of the era of electric vehicles nowadays. The development of electrode materials and electrolyte in recent years have been improvised LIC performance significantly. One of the active materials of LIC electrodes, activated carbon (AC) can be synthesized from various biomass, one of which is the water hyacinth. Its abundant availability and low utilization make the water hyacinth as a promising activated carbon source. To observe the most optimal physical properties of AC, this study also compares various activation temperatures. In this study, full cell LIC was fabricated using LTO based anode and water hyacinth derived AC as cathode. The LIC full cell is further characterized to see the material properties and electrochemical performance. Water hyacinth derived LIC can achieve a specific capacitance of 32.11 F/g, specific energy of 17.83 Wh/kg and specific power of 160.53 W/kg.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Santoso
Abstrak :
Kebakaran pada struktur bawah tanah, khususnya stasiun bawah tanah, merupakan kondisi yang membahayakan bagi keselamatan. Hal ini relevan dengan pergerakan asap yang searah dengan jalur evakuasi. Beberapa kebakaran pada stasiun bawah tanah telah menimbulkan banyak korban jiwa, contohnya pada Stasiun Jungangno-Korea (198 korban jiwa) dan Baku-Azerbaijan (289 korban jiwa). Mengingat banyaknya korban jiwa yang disebabkan oleh kebakaran pada stasiun bawah tanah, maka peninjauan terhadap pergerakan asap pada stasiun bawah tanah jika kebakaran terjadi perlu untuk dilakukan. Prioritas peninjauan ini akan semakin meningkat dengan semakin pesatnya pembangunan jalur transportasi massal bawah tanah pada negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Sebagai salah satu usaha dalam pembangunan infrastruktur, jalur transportasi massal bawah tanah diperlukan untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan transportasi massal yang sering ditemui di kota-kota besar seperti Jakarta - Indonesia. Dengan diimplementasikannya sistem transportasi yang berada pada beberapa bidang, maka persinggungan jalur transportasi pada satu bidang dapat dihindari. Prediksi dan pergerakan asap pada kondisi kebakaran stasiun bawah tanah diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak Fire Dynamic Simultor V5(FDS V05). Bahaya yang disebabkan oleh pergerakan asap, jika kebakaran terjadi, dapat ditekan seminimal mungkin dengan menghisap asap tersebut atau dengan meninggikan langit-langit ruangan tempat kebakaran terjadi. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa besarnya kapasitas pembuangan asap berpengaruh besar terhadap cepatnya visibilitas kembali normal dengan hanya sedikit berpengaruh terhadap minimum visibilitas yang terdapat pada saat kebakaran terjadi. Sedangkan peninggian langit-langit ruangan tempat kebakaran terjadi mempunyai andil yang besar terhadap minimum visibilitas yang terjadi pada saat kebakaran terjadi. Pada penelitian ini, kapasitas pembuangan asap divariasikan dengan besar 3000 m3/jam, 4000 m3/jam, 5000 m3/jam, 6000 m3/jam, dan 7000 m3/jam. Dengan variasi terhadap tinggi peron stasiun bawah tanah yang berperan sebagai ruangan tempat terjadinya kebakaran adalah 3 m dan 4 m. Kesimpulan lain yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pendekatan terhadap luas lantai tempat kebakaran terjadi untuk menentukan kapasitas pembuangan asap juga diperlukan dengan tidak melupakan peninjauan terhadap tinggi ruangan untuk menyediakan kondisi kondusif evakuasi jika kebakaran terjadi. Kemudian, peletakan fan pembuangan asap perlu mendapat peninjauan khusus untuk menekan penyebaran asap guna menyediakan kondisi kondusif evakuasi. ......Fire in underground structures (e.g. Metro Subway Station), is a dangerous condition for safety. This is relevant to the movement direction of the smoke which is unidirectional with the evacuation routes. Several fires in underground stations has caused many casualties, for example is Jungangno Station's Fire - Korea (198 fatalities) and Baku's Fire - Azerbaijan (289 fatalities). Given the number of fatalities caused by fires on the subway, then a review of the movement of smoke in the subway station when a fire broke out need to be done. Predictions and the movement of smoke in the subway fire in this work obtained by using Fire Dynamic Simulator V5 (FDS V05). Harm caused by the movement of smoke, if a fire occurs, kept to a minimum by sucking the smoke out or by elevating the ceiling height of the room where the fire occurred. The results of this study prove that the magnitude of smoke exhaust capacity affect the required time for a visibility to return to a normal condition with only a slight effect on the minimum visibility's value. While the elevation of the ceiling's height of the room have contributed greatly to the minimum visibility's value when the fire occurred. In this study, the capacity of the exhaust smoke varied within 3000 m3/hr, 4000 m3/hr, 5000 m3/hr, 6000 m3/hr, and 7000 m3/hr. While the variation of the underground station platform's height that acts as a room where the fire broke out is 3 m and 4 m. Another conclusion that can be obtained from this study is that the approach to the floor's area to determine the capacity of smoke exhaust is necessary with also considering the height of the room to provide tenable condition to evacuate if a fire occurs. Then, the location of the smoke exhaust's ducting needs to get a special consideration to suppress the smoke's spread in order to provide a tenable condition for evacuation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43266
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library