Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Pati singkong merupakan eksipien yang paling umum di gunakan dalam sediaan farmasi, tetapi penggunaannya terbatas pada pembuatan tablet secara granulasi. Untuk memperluas pemanfaatan pati alami, akhir-akhir ini telah dilakukan proses modifikasi pati sehingga dapat meningkatkan fungsi dan sifat fisika-kimia dapat digunakan sebagai bahan pembantu dalam sediaan oral. Dua unsur utama pati adalah amilosa dan amilopektin, dimana amilosa dua kali lebih mudah disubtitusi dengan gugus lain, sehingga perlu ditentukan derajat subtitusi amilosa yang tersubtitusi oleh asetat anhidrida. Modifikasi pati yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan metode esterifikasi yaitu menambahkan gugus asetat anhidrida pada molekul amilosa dan pati. Metode esterifikasi yang digunakan dengan menggunakan microwave pada suhu 900C dengan variasi waktu 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 menit. Hasil pengukuran spectrum IR menunjukkan adanya gugus asetat tersubstitusi pada molekul pati dan amilosa pada bilangan gelombang 1732,13 cm-1 dan 1716,70 cm-1. Nilai tertinggi derajat subtitusi amilosa dan pati asetat diperoleh pada pemanasan microwave 4 menit dengan derajat substitusi kurang dari 0,5.
Universitas Indonesia, 2009
S33026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia L. Radiman
Abstrak :
Dalam penelitian ini telah dibuat membran selulosa asetat dengan teknik inversi fasa yang menggunakan 10 % (b/b) selulosa asetat, 10 % (b/b) formamida dan 80 % (b/b) aseton. Larutan cetak dikoagulasi dalam air atau 2-propanol pada berbagai temperatur antara 5 dan 25 oC. Membran yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menentukan fluks air dan rejeksi terhadap larutan dekstran dengan berbagai massa molekul, sedangkan morfologi membran diamati dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran yang dikoagulasi oleh 2-propanol lebih rapat dibandingkan dengan membran yang dikoagulasi dalam air, sehingga rejeksi terhadap dekstran meningkat dan fluks air menurun. Koagulasi pada temperatur yang lebih rendah menurunkan kecepatan difusi antara pelarut dan non-pelarut yang mengakibatkan terbentuknya struktur membran yang lebih rapat.
Effects of type and temperature of coagulant on the morphology and characteristics of cellulose acetate membranes. Cellulose acetate membranes have been made in this work by phase inversion method using 10 wt. % of cellulose acetate, 10 wt. % of formamide and 80 wt. % of acetone. The dope was coagulated in water or 2-propanol at varied temperature ranging between 5 and 25 oC. The characteristics of the obtained membranes were measured by their water flux and rejection towards dextrans with varied molecular mass, while membrane morphology was observed by Scanning Electron Microscope (SEM). The results showed that membranes coagulated in 2-propanol was denser than the ones coagulated in water resulting in higher rejection of dextrans and lower water permeability. Coagulation in lower temperatures decreased the diffusion rate between solvent and non-solvent and the membrane structure was less porous.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Juniar
Abstrak :
ABSTRAK
Kriptan adalah ligan makrosiklik yang mampu membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif berdasarkan kesesuaian ukuran jari-jari kation dengan ukuran rongga kriptan. Sifat kriptan ini dimanfaatkan untuk pemisahan logam-logam lantanida baik sebagai kelompok maupun individu.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan mekanisme dan kestabilan kompleks Sm(III) dan Yb(III) dengan menggunakan kriptan[2.1.1 ] dan kriptan[2.2.2B] pada ekstraksi pelarut. Untuk itu dipelajari pengaruh pH fasa air terhadap ekstraksi kedua ion logam dengan kriptan[2.1.1] dalam kloroform dan kriptan[2.2.2B] dalam toluen dengan pasangan ion klorida, pikrat dan asetat. Untuk mengetahui mekanisme ekstraksi, kestabilan kompleks kriptat yang terbentuk dan spesi yang terekstrak , dipelajari pengaruh pasangan ion asetat dan plcrat melalui efisiensi ekstraksi. Pengaruh variasi komposisi/kepolaran pelarut dipelajari dengan menggunakan pasangan ion klorida yang mempunyai selektivitas pemisahan yang paling besar.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pH berpengaruh pata pembentukan kompleks Sm(III) dan Yb(III)-kriptat[2.1.1] dan [2.2.2B] untuk pasangan ion klorida, pikrat dan asetat. Hasil pengukuran dengan spektrofotometer uv-vis menunjukkan stoikiometri M : L adalah 1 : 1. Spesi kriptan dominan yang berada dalam fasa air adalah LH+. Mekanisme ekstraksi adalah melalui pembentukan kompleks pasangan ion. Asetat dan pikrat dapat menggantikan sebagian klorida yang membentuk pasangan ion pada kompleks Sm dan Yb-kriptat[2.1.1] dan [2.2.2B]. Selain itu juga ditentukan secara kwalitatif kestabilan kompleks dengan berbagai pasangan ion. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kestabilan kompleks Sm(III) dan Yb(III)-kriptat path pH 5,0 meningkat dengan urutan asetat > pikrat > klorida, baik untuk kriptan[2.1.1 ] maupun untuk kriptan[2.2.2B]. Penambahan n-heksana pada ekstraksi Sm(III) dan Yb(III)kriptat klorida pada pH 5,0 dapat meningkatkan selektivitas ekstraksi dengan kriptan[2.1.1]. Sebaliknya, selektivitas menurun pada ekstraksi Sm(III) dan Yb(III) kriptat[2.2.2B]klorida dengan penambahan kloroform pada pelarut toluen.

Daftar Pustaka 28 (1964 - 1997 ).

1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Oktavia
Abstrak :
Film nanokomposit polimer biodegradable telah dibuat. Clay Tapanuli termodifikasi heksadesiltrimetilamonium bromida (C16) dan oktadesiltrimetilamonium bromida (C18) digunakan sebagai nanofiller. Penelitian ini terdiri atas pemurnian clay, sintesis organoclay dan pembuatan film nanokomposit dengan metode solvent casting. Penelitian ini untuk mempelajari pengaruh jumlah organoclay dan panjang rantai alkil surfaktan terhadap sifat mekanik bahan bionanokomposit. Pergeseran puncak d001 pada difraktogram menunjukkan kenaikan basal spacing sebesar 0,35 nm dan 0,48 nm masingmasing oleh surfaktan C16 dan C18. Difraktogram XRD nanokomposit selulosa asetat dan poli(vinil alkohol) juga menunjukkan adanya struktur dispersi campuran interkalasi dan eksfoliasi. Hasil ini mendukung hasil uji mekanik film nanokomposit dimana kuat tarik dan modulus elastisitas meningkat. Hasil uji tarik film nanokomposit menunjukkan adanya pengaruh penambahan organoclay dan panjang rantai alkil surfaktan terhadap perubahan nilai kuat tarik, modulus tarikdan regangansaatpatah film nanokomposit dimana peningkatan sifat mekanik nanokomposit selulosa asetat lebih tingi dibandingkan nanokomposit poli(vinilalkohol). Citra FE-SEM film nanokomposit pada permukaan patahan memperlihatkan pori-pori yang tidak teratur dan elastisitas film nanokomposit poli(vinilalkohol) yang lebih panjang dibandingkan film nanokomposit selulosa asetat.
Nanocomposite films of biodegradable polymers were prepared. The Tapanuly clay modified by heksadecyltrimethylammonium bromide (C16) and Octadecyltrimethylammonium bromide (C18) were used as nanofillers. This experiment were consisted of namely clay purification, organoclay synthesis, and nanocomposite film preparation by a solvent casting methode. The aim of this work was to study the effect of organoclay content and the surfactant alkyl chain length to the mechanical properties of bionanocomposite materials. The shifting of d001 peaks on the difractogram showed that the basal spacing increased by 0.35 nm and 0.48 nm by C16 and C18 surfactants respectively. The XRD difraction also showed the results of cellulose acetate nanocomposite and poly(vinyl alcohol) nanocomposite had a mixed structure of intercalated and exfoliated structure. These results supported the mechanical testing results of the nanocomposite films that of the tensile strentgh and modulus elasticity was enhanced. The mechanical testing result showed that the organoclay content and surfactant alkyl chain length influenced the tensile strength, modulus elasticity, and strain at break of the nanocomposite films that of the increasing of cellulose acetate nanocomposite mechanical properties was higher than poly(vinyl alcohol) nanocomposite. FESEM images on the fracture surface of the nanocomposite films showed irregular pores on the cellulose acetate nanocomposite films and the longer elasticity of poly(vinyl alcohol) nanocomposite compared to the cellulose acetate nanocomposite films.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar
Abstrak :
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue DBD merupakan infeksi tropis yang disebabkan oleh infeksi Dengue Virus DENV yang memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Beragam pengobatan dikembangkan untuk infeksi DENV termasuk obat herbal asli Indonesia, salah satunya ketepeng cina Cassia alata L. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan fraksi etil asetat ekstrak daun ketepeng cina sebagai antivirus dengue secara in vitro. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental pada sel huh7it-1. Variabel bebas yaitu konsentrasi fraksi etil asetat daun ketepeng cina. Data yang dicari ialah nilai Inhibitory Concentration 50 dengan menggunakan focus assay, Cytotoxic Concentration 50 dengan menggunakan MTT assay, dan Selectivity Index. Analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi fraksi etil asetat daun ketepeng cina dan persen infektivitas serta persen viabilitas P=0.008 . Inhibitory Concentration 50, Cytotoxic Concentration 50, dan Selectivity Index secara berturut turut yaitu -5,11
ABSTRACT
Dengue Hemorragic Fever DHF is an infectious disease that was caused by Dengue Virus DENV infection has high prevalence in Indonesia. Many treatment was being developed including herbal medicine especially Casssia alata L. leaf. The study is aimed to observe effectivity of using ethyl acetate fraction of Cassia alata L. leaf as Dengue antiviral in vitro. The study utilizes the experimental design using Huh7it 1 cell. The independent variables are various concentration of ethyl acetate fraction of Cassia alata L. leaf Extract. The data that acquired was Inhibitory Concentration 50 with focus assay, Cytotoxic Concentration 50 with MTT assay, and SI. Bivariate analysis proves that there is a significant relationship between concentration of ethyl acetate of Cassia alata L. leaf extract and infectivity percentage or variability persentage p 0.017 . Inhibitory Concentration 50, Cytotoxic Concentration 50, and Selectivity Index that was acquired is 5.11
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Rusmiati
Abstrak :
ABSTRAK
Cervical cancer is one of the cancer types that become a haunting danger for many women in the world. In Indonesia, the prevalence rate reached 0.8% or an estimated 98,692 patients. Its prevalence increased to 10% in the commercial sex worker group. This study aimed to explain the effect of health promotion on knowledge and intention for early detection of cervical cancer using the inspection of visual acetate method in the commercial sex workers. This study was quantitative with a quasi experimental type, one group of pretest and posttest design. The population sample included the commercial sex workers at Genteng Subvillage, Patimban Village, Pusakanegara Subdistrict, Subang District and was determined by using an accidental sampling technique with 35 respondents. Data analysis used McNemar test. The results showed that there was an increase in knowledge after the health promotion activity and a significant change in intention to perform early detection of cervical cancer. From the statistical test, a p value of 0.000 was obtained for each variable. In conclusion, health promotion has a significant effect on the improvement in the knowledge and intention of the respondents.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
613 KESMAS 13:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Saragi, Indah Revita
Abstrak :
Pembentukan nanokomposit OCT-C16/selulosa asetat- selulosa asetat butirat melalui dua tahapan sintesis, yaitu sintesis organoclay dan sintesis nanokomposit. Sebagai perbandingan, dalam penelitian ini juga disintesis nanokomposit selulosa asetat. Sintesis organoclay meliputi tiga tahapan yaitu purifikasi karbonat, sintesis Na-Bentonit Purifikasi dan sintesis organoclay- HDTMABr. Hasil karakterisasi dengan XRD pada sampel organoclay menunjukkan interkalasi pada surfaktan HDTMABr dapat meningkatkan basal spacing organoclay menjadi 19,7595 Å. Dalam sintesis nanokomposit selulosa asetat termodifikasi selulosa asetat butirat dilakukan penambahkan variasi persen berat organoclay-HDTMABr sebagai nanofiller sebanyak 0%, 1%, 3%, 5%, dan 7%. Pada sintesis selulosa asetat juga ditambahkan variasi persen berat organoclay- HDTMABr yang sama dengan nanokomposit selulosa asetat termodifikasi selulosa asetat butirat. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan FTIR. Variasi dengan 7% organoclay- HDTMABr merupakan nanokomposit dengan produk paling keruh.
The formation of nanocomposite OCT-C16/cellulose acetate- cellulose acetate butyrate was carried out through two stages of synthesis, namely organoclay synthesis and cellulose acetate-cellulose acetate butyrate synthesis. As a comparison, in this study cellulose acetate nanocomposite was sythesized. Organoclay synthesis involves three steps, namely carbonate purification, synthesis of Na - Bentonite and intercalation HDTMABr surfactant. The XRD characterization on the samples showed that intercalation by HDTMABr surfactant can increase the basal spacing of organoclay up to 19.7595 Å. In the synthesis of cellulose acetat-cellulose acetate butyrate nanocomposite variation of weight percent of organoclay as nanofiller as much as 0 %, 1 %, 3 %, 5 %, and 7 % was conducted. The similiar variation was applied in the synthesis of cellulose acetate- cellulose acetate butyrate The results of the synthesis were characterized by FTIR. Variation with 7 % organoclay nanocomposite - HDTMABr is the most turbid product.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vengky Tanuwijono
Abstrak :
Latar belakang dan cara penelitian : Kontrasepsi implan merupakan salah satu metoda dalam pemakaian kontrasepsi, walaupun relative masih baru namun akseptabilitasnya cukup tinggi. MPA sebagai bahan kontrasepsi telah lama digunakan dan terbukti aman, efektif, jangka panjang dan reversibel serta dapat digunakan oleh wanita setelah melahirkan dan menyusui. Namun, MPA baik dalam bentuk oral maupun injeksi, masa kerjanya masih relatif singkat. Dengan mengubah metoda pemberiannya, sebagai contoh: dalam bentuk implan subdermal, masa kerjanya dapat diperpanjang. Untuk itu dilakukan penelitian implan MPA subdermal. Penelitian ini merupakan studi awal untuk meneliti efek implan MPA pada hewan Macaca fascicularis dengan mengamati beberapa parameter klinik yaitu: pola perdarahan haid, berat badan dan gambaran sitologik usap vaginanya. Empat ekor dari Macaca tersebut ditanamkan implan MPA subdermal di bagian tengkuk dengan berbagai kadar: 15,5 - 28,8 - 47,4 dan 50,7 mg MPA, dan satu ekor sisanya diperlakukan sebagai kontrol. Data yang diperoleh akan diuji dengan uji-T data berpasangan. Hasil dan kesnnpulan : Hasil penelitian memperlihatkan. bahwa selama perlakuan (penanaman implan MPA) tidak terjadi perdarahan haid, yang menandakan kemungkinan terjadi atrofi endometrium. Tidak ditemukan kenaikan berat badan pada Macaca fascicularis yang ditanamkan implan MPA, justru terjadi penurunan berat badan, yang mungkin disebabkan oleh pendeknya masa pemantauan dan pengaruh stress perlakuan pada binatang percobaan (p < 0,05). Gambaran sitologik usap vagina menunjukkan penurunan jumlah sel piknotik selama perlakuan karena pengaruh estrogen yang menurun, yang menandakan bahwa mungkin akibat perkembangan folikel yang terganggu (p<0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Parwanto
Abstrak :
ABSTRAK Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Dewasa ini kontrasepsi hormon pada wanita sudah sangat banyak dan penelitian pada pria juga mulai banyak dikambangkan. Perlu dikembangkan metoda kontrasapsi hormon pada pria yang mamenuhi syarat ideal, yaitu: aman, efektif, reversibel dan dapat diterima oleh masyarakat. Metoda kontrasepsl hormon pada pria diudukan pada penekanan spermatogenesis melalui pores hipotalamus - hipofis - testis. Testosteroan enantat (TE) dapat menekan gonadotropin sehingga menurunkan produksi spermatozoa. Depot medroksi progesteron asetat (DMPA) juga dapat menekan gonadotropin dan sudah lama digunakan untuk kontrasepsi wanita. Kombinasl TE + DMPA lebih efektif dalam menekan spermatogenesis dibanding TE saja. TE termasuk androgen dan DMPA termasuk progasteron, keduanya adalah steroid. Penggunaan androgen untuk kontrasepsi dapat menimbulkan masalah metabolisme, misalnya abnonualitas lipid/lipoprotein. Androgen mempengaruhi metabolisme lipoprotein, antara lain meningkatkan lipase lipoprotein (LLP) dan lipase trigliserida hati (LTH). Peningkatan LLP dan LTH menghasilkan peningkatan trigliserida (FG) dalam jaringan adiposa dan menurunnya high dentity lipoprotein (HDL) dalam sirkulasi plasma. Penggunaan DMPA tidak meningkatkan resiko penyakit arteria koronaria. Diduga penggunaan TE + DMPA untuk kontrasepsi pria tidak mempangaruhi profil lipid. Profil lipid tersebut meliputi trigliserida (TG), kolasterol total (KT), kolasterol Low Dentity Lipoprotein (K-LDL) den kolesterol high dentity lipoprotein (K-HDL). Untuk ini telah dilakuken penelitian pada 20 orang pria normal yang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing 10 orang. Kelompok I disuntik TE + DMPA dosis rendah (TE 100 mg + DMPA 100 mg) den kelompok II disuntik TE + DMPA dosis tinggi (FE 250 mg + DMPA 200 mg). Panyuntikan dilakukan setiap bulan selama satu tahun. Pengukuran profil lipid dilakukan setiap tiga bulan. Parameter yang diukur yaitu: TG, KT, K LDL dan E-HDL. Hasil dan Kesimpulan: Penyuntikan TE + DMPA pada kelompok I dan II menyebabkan perubahan tidak bermakna atau tidak mempengaruhi kadar TG, KT, KLDL dan K-HDL (p > 0,05). Oleh karena itu semua hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil uji regresi polinominal orthogonal menunjukkan kadar TG pada kelompok I cenderung meningkat bermakna secara linier, kelompok II cenderung mendatar. kadar KT dan K-LDL kedua kelompok cenderung mendatar. Kadar. K-HDL pada kelompok I cenderung mendatar, kelompok II cenderung berubah bermakna secara kuartik. Jadi TE + DMPA dosis rendah dan dosis tinggi untuk kontrasepsi hormon pria cukup aman selama 12 bulan ditinjau dari profil lipid.
ABSTRACT Scope and Methods of study : Recently, methods of hormonal contraception for women is common, and research for men is developed. The ideal prerequisite hormonal contraceptive development for men, are: safe, effective, reversible and is acceptable. Method; of hormonal contraception for men have, therefore, centered on attempts to suppress spermatogenesis' through suds hypothalamus - bypophyils - testis. TE suppression or gonadotropin, so must reduce the production or speimsteaoa. DMPA can also suppression of gonadotropln and is commonly used for the contraception for women. The combination TE + DMPA would suppress spermatogenesis more effectivelly than TE alone. TE belongs to androgen and DMPA belongs to progesterone, both are steroid. The use of androgen in contraception can Induce metabolism problem, such as lipid/lipoprotein abnormality. Androgen influences lipoprotein metabolism, such as increase lipase lipoprotein (LPL) and hepatic trlglycerida lipase (HTGL). The increase of LLP and ETOL stimulates the Increase of TG In adipocytes and decrease HDL levels in the circulation. The long-term DMPA for women did not cause any abnormality In serum lipids. In this present study, we tested the hypothesis that the suppression of TE + DMPA to spermatogenesis no significant changes of lipid profile. For this, a research has been made on 20 normal men was divided into 2 groups with 10 person respectively. Group I was injected of TE + DMPA low dome (PE 100 mg + DMPA 100 mg) and group II was injected of TE + DMPA high dose (TE 250 mg + DMPA 200 mg). The injection is carried out once a month in one year. The measurement of lipid profile is taken for quarterly. The parameters measured are: TO, TC, LDL-C and HDL-C.

Result and Conclusion: The injection of TE + DMPA to group I and If causes no significant changes or does not Influence the TO, TC, LDL-C and BDL-C levels (p > 0.05). In this case all of the hypotheses of this research are accepted. The evaluation or polynomial orthogonal regresion shows that the TG levels In group I tends to significant increase linearly and it shows horizontally in group It. TC and LEL-C levels In both groups tends to be horizontal. HDL-C levels in group I tends to be horizontal, whereas in group U tends to significant change in quartic mariner. Based on the lipid profile, so monthly injection of TE + DMPA low dose and high dose are safe during 12 months for hormonal contraception for men.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Dewi Artati
Abstrak :
Latar belakang : Pubertas prekoks sentral (Central precocious puberty CPP) merupakan perkembangan karakteristik seks pubertas sebagai konsekuensi dari aktivasi prematur aksis Hipotalamus Hipofise Gonad (HHG) sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dan 9 tahun pada anak laki-laki. Beberapa penelitian memperlihatkan perbedaan hasil dari terapi Leuprolide Acetate (LA) untuk pasien CPP menyangkut dosis dan waktu pemberian terhadap supresi sekresi gonadotropin. Tujuan : Untuk mengetahui efek terapi LA dengan cara pemberian yang berbeda-beda, yaitu setiap bulan dan 3 bulan terhadap supresi sekresi LH pada pasien CPP. Metode : Meta-analisis terhadap tinjauan systematic review yang tersedia pada Cohrane library, MEDLINE, EBSCO, PROQUEST serta referensi terdaftar lainnya mengenai terapi LA untuk supresi sekresi LH pada pasien CPP. Tiga peneliti secara independen melakukan tinjauan terhadap abstrak dan naskah lengkap, masing-masing untuk menentukan kriteria inklusi dan ekstraksi data. Hasil : Ditemukan 2 penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan dalam meta-analisis ini. Meta-analisis menunjukkan bahwa supresi LH bervariasi dengan berbagai dosis dan waktu pemberian LA yang berbeda. Penelitian-penelitian tersebut membandingkan terapi LA dosis 11,25 mg/3 bulan dibandingkan dengan kontrol 7,5 mg/bulan, 22,5 mg/3 bulan dibandingkan dengan kontrol 7,5 mg/bulan dan 22,5 mg/3 bulan dibandingkan dengan kontrol 11,25 mg/3 bulan. Kesimpulan : Terapi LA 7,5 mg/bulan menghasilkan supresi kadar LH lebih besar dibandingkan 11,25 mg/3 bulan dan 22,5 mg/3 bulan; sementara terapi LA dosis 22,5 mg/3 bulan memberikan supresi yang lebih besar dibandingkan dengan dosis 11,25 mg/3 bulan. ...... Background : Central precocious puberty (CPP) is a characteristic development of sexual puberty as a consequence of premature activity of hypothalamic hypophyse gonadal (HHP) axis before 8 years old for girls or 9 years old for boys. Several studies have showed different results in Leuprolide Acetate (LA) therapy for CPP in terms of administration doses and time of treatment on suppression of gonadotropine secretion. Objective : To determine the effects of different administration of LA therapy, monthly doses and every three month, on suppression of LH secretion in CPP patients. Method : Meta-analyses of systematic review on available literature from Cochrane library, MEDLINE, EBSCO, PROQUEST and other registered reference about therapy to suppress LH secretion in CPP patients. Three researches independently conducted reviews on abstract and full-texts for inclusion criterion and data extraction, respectively. Result : There are two studies fulfill inclusion criterion and included in the meta-analyses. Meta-analyses showed that LH suppression varies with different administration doses and time of LA. These studies compare LA therapy using 11,25 mg/3 month with control 7,5 mg/month, 22,5 mg/3 month with control 7,5 mg/month, and 22,5 mg/3 month with control 11,25 mg/3 month doses. Conclusion : LA therapy 7,5 mg/month gives greater LH suppression compared with 11,25 mg/3 month and 22,5 mg/3 month; while LA therapy 22,5 mg/3 month provides greater suppression compared with 11,25 mg/3 month.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>