Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rasmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Gagal jantung dan hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadipenyebab 70 kematian di dunia serta menyebabkan ansietas dan gangguan citratubuh. Tindakan keperawatan ners dan ners spesialis Acceptance and commitmenttherapy diberikan pada klien agar dapat meningkatkan penerimaan dan komitmenmerawat penyakit untuk mencapai kesembuhan. Psikoedukasi keluarga dilakukan agarkeluarga mampu membantu merawat klien dalam menghadapi penyakitnya. Metodeyang digunakan berupa laporan kasus dalam bentuk case series pada 3 klien dewasadengan gagal jantung dan hipertensi. Hasil menunjukkan bahwa ketiga klienmengalami penurunan gejala pada aspek kognitif berupa sulit konsentrasi, fokus padadiri sendiri, tidak menerima perubahan tubuh; afektif: khawatir, malu dan putus asa;fisilogis: gangguan tidur dan tidak nafsu makan; perilaku: melamun, penurunanproduktivitas; dan sosial: sulit menikmati kegiatan harian serta terjadi peningkatankemampuan klien dalam menerima penyakit dan komitmen merawat ansietas dangangguan citra tubuh. Pemberian tindakan keperawatan ners dan ners spesialis acceptance and commitment therapy serta psikoedukasi keluarga perlu dibudayakandalam pemberian pelayanan keperawatan di unit umum. Kata kunci: Ansietas, Gangguan Citra Tubuh, Acceptance and commitment therapy,psikoedukasi keluarga
ABSTRACT
ABSTRACT: Heart failure and hypertention are a non communicable diseases that cause 70 of deathsin the world and causes ansietas and impaired body image. Nursing Intervention Therapyas usual and Acceptance and commitment therapy is given to the client in order to increaseacceptance of the disease and commit to caring anxiety and impaired body image. FamilyPsychoeducation is given to improve family ability for caring client. The method used iscase reports in the form of case series in 3 adult with heart failure and hipertention. Theresults showed that the three clients experienced a decrease in symptoms on the cognitiveaspect of difficulty concentrating, focusing on self, decline body changes Affective worry,shame and despair Fisilogis sleep disorders and no appetite Behavior daydreaming,decreased productivity And social it is difficult to enjoy daily activities as well asincreasing the ability of clients in receiving illness and commitment to care for anxiety andimpaired body image. Nursing intervention and acceptance and commitment therapy and family psychoeducation should be realised in the provision of nursing services.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meigo Anugra Jaya
Abstrak :
Distress spiritual merupakan suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan gangguan kemampuan untuk memahami makna hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, dunia atau kekuatan yang tinggi. Penulisan karya ilmiah ini untuk menjelaskan hasil tindakan terapi Acceptance Commitment Therapy (ACT) pada pasien Distress Spiritual. Metode yang digunakan adalah Case Report. Analisis dilakukan dengan cara mengukur tanda gejala dan kemampuan sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan generalis dan spesialis ACT pada 5 pasien distress spiritual dengan kriteria yaitu pasien skizofrenia atau psikotik akut, punya riwayat mampu beribadah, riwayat tidak ada motivasi/makna hidup. Hasil pemberian terapi ACT menunjukkan terjadi penurunan tanda gejala distress spiritual dan peningkatan kemampuan pasien, namun pada umumnya pasien masih meninggalkan 1 tanda gejala dan kemampuan yang belum tercapai yaitu berinteraksi dengan pemuka agama. Sehingga pemberian terapi ACT ini dapat diterapkan pada pasien dengan Distress Spiritual. Dan disarankan agar di ruangan perawatan menyediakan program layanan bimbingan ibadah oleh pemuka agama bagi pasien distress spiritual.Distress spiritual merupakan suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan gangguan kemampuan untuk memahami makna hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, dunia atau kekuatan yang tinggi. Penulisan karya ilmiah ini untuk menjelaskan hasil tindakan terapi Acceptance Commitment Therapy (ACT) pada pasien Distress Spiritual. Metode yang digunakan adalah Case Report. Analisis dilakukan dengan cara mengukur tanda gejala dan kemampuan sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan generalis dan spesialis ACT pada 5 pasien distress spiritual dengan kriteria yaitu pasien skizofrenia atau psikotik akut, punya riwayat mampu beribadah, riwayat tidak ada motivasi/makna hidup. Hasil pemberian terapi ACT menunjukkan terjadi penurunan tanda gejala distress spiritual dan peningkatan kemampuan pasien, namun pada umumnya pasien masih meninggalkan 1 tanda gejala dan kemampuan yang belum tercapai yaitu berinteraksi dengan pemuka agama. Sehingga pemberian terapi ACT ini dapat diterapkan pada pasien dengan Distress Spiritual. Dan disarankan agar di ruangan perawatan menyediakan program layanan bimbingan ibadah oleh pemuka agama bagi pasien distress spiritual. Spiritual distress is a state of suffering associated with impaired ability to understand the meaning of life through relationships with oneself, the world or high strength. This study explain the results of the actions of Acceptance Commitment Therapy (ACT) in Spiritual Distress patients. The method used in this study was Case Report. The Analysis was carried out by measuring symptoms and abilities before and after being given generalist nursing actions and Acceptance Commitment Therapy in 5 spiritual distress patients with acute schizophrenia or psychotic patients, having a history of being able to worship, a history of no motivation / meaning in life. The results of ACT therapy showed the decrease in signs of spiritual distress symptoms and the increase of patients ability, but in general patients still left 1 sign of symptoms and the ability that has not been achieved is interacting with religious leaders. So that the provision of ACT therapy can be applied to patients with Spiritual Distress and  recommended in the treatment room provide a religious guidance service program for religious distress patients.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmawati
Abstrak :
Heart failure and hypertension are non-communicable diseases that are responsible for 70% of deaths worldwide and cause anxiety and impaired body image. Nursing interventions (therapy in general) and acceptance and commitment therapy increase patients’ acceptance of the disease and commitment to alleviate anxiety and improve impaired body image. Meanwhile, family psychoeducation improves the family’s ability to care for the patient. This case report presents two patients with heart failure and hypertension. The two patients experienced a decrease in symptoms on the cognitive aspects (difficulty concentrating, focusing on self, and decline body changes), affective aspects (worry, shame, and despair), physiological aspects (sleep disorders and appetite), and behavioral aspects (daydreaming, decreased productivity, and social difficulties). Patients who find difficulty enjoying daily activities and increasing their ability and commitment to overcome anxiety and impaired body image should receive nursing intervention, acceptance and commitment therapy, and family psychoeducation as part of nursing services.
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
610 UI-JKI 23:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Mardiyasari
Abstrak :
ABSTRAK
Perceraian merupakan peristiwa hidup tidak menyenangkan yang dapat menimbulkan berbagai dampak psikologis. Dampak perceraian pada perempuan Indonesia diperparah oleh adanya stigma negatif terhadap janda. Subjective wellbeing cenderung mengalami penurunan setelah perceraian, yang ditandai dengan meningkatnya afek negatif seperti rasa sedih, marah, malu, dan cemas, menurunnya afek positif, dan menurunnya kepuasan hidup. Subjective well-being berkorelasi negatif dengan gejala depresi. Oleh sebab itu, penurunan subjective well-being biasanya disertai dengan peningkatan gejala depresi. Penelitian ini menguji efektivitas Acceptance and Commitment Therapy (ACT) untuk meningkatkan subjective well-being dan menurunkan gejala depresi pada perempuan bercerai. Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan desain one group pre-test post-test. Subjective well-being diukur dengan The Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan The Positive and Negative Affective Schedule (PANAS) sedangkan gejala depresi diukur dengan Beck Depression Inventory (BDI). Setelah intervensi kedua partisipan menunjukkan penurunan gejala depresi namun dampak terhadap masing-masing komponen subjective well-being berbeda pada kedua partisipan.
ABSTRACT
Divorce is negative life-events that can cause multiple psychological issues. Subjective well-being tend to decrease after divorce, which is characterized by increased negative affect such as sadness, anger, shame, and anxiety, decreased positive affect, and decreased life satisfaction. Subjective well-being is negatively correlated with depressive symptoms. Therefore, decreasing of subjective well-being is commonly accompanied by increasing of depressive symptoms. This study examined the effectiveness of Acceptance and Commitment Therapy (ACT) to increase subjective well-being and reduce depression symptoms of divorced women. This is a quasi-experimental study with one group pre-test post-test design. Subjective well-being is measured by the Satisfaction with Life Scale (SWLS) and the Positive and Negative Affective Schedule (PANAS), while depressive symptoms measured by the Beck Depression Inventory (BDI). Both participants show decreasing of depression symptoms after intervention. However, impacts on every component of subjective well-being are different among two participants.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilberta Permata Mahanani
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas dari Acceptance Commitment Therapy ACT untuk meningkatkan posttraumatic growth pada Dewasa Muda yang pernah mengalami kekerasan dalam berpacaran. Konflik seringkali muncul dalam hubungan berpacaran pada Dewasa Muda. Penyelesaian konflik yang tidak tepat dapat mengakibatkan kekerasan. Sampai saat ini penanganan kasus kekerasan dalam berpacaran di Indonesia belum memiliki landasan hukum, sehingga para korban tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan dapat menimbulkan permasalahan kesehatan mental seperti trauma psikologis. Acceptance Commitment Therapy ACT . ACT terbukti dapat menangani permasalahan trauma psikologis, namun belum pernah dikaitkan dengan posttraumatic growth. Terdapat 7 partisipan yang memiliki skor dibawah cutoff pada setiap domain Posttraumatic Growth Inventory PTGI dan skor diatas cutoff simtom depresif Global Health Questionnaire-12 GHQ-12 . Partisipan dbiagi dalam dua kelompok, kelompok eksperimen akan menerima treatment berupa pemberian intervensi 5 sesi Acceptance Commitment Therapy ACT , sedangkan kelompok kontrol akan mendapatkan intervensi setelah kelompok partisipan selesai. Seluruh partisipan eksperimen mengalami peningkatan skor PTGI dan penurunan skor GHQ-12, terdapat satu partisipan kelompok ekserimen yang tidak mencapai batas cutoff skor pada dua domain PTGI, sedangkan seluruh partisipan kelompok kontrol tindak mencapai batas cutoff skor PTGI dan GHQ-12. Perlu dipertimbangkan untuk menambahkan sesi acceptance pada penelitian selanjutnya. Kata Kunci : Acceptance Commitment Therapy ; Dewasa Muda; Kekerasan dalam Berpacaran; Posttraumatic Growth. ......The purpose of this study was to test the effectiveness of Acceptance Commitment Therapy ACT to improve posttraumatic growth in young adults who had experienced violence in dating. Conflict often appears in dating relationships in young adults. Inappropriate conflict resolution may result in violence. Until now the handling of cases of violence in dating in Indonesia has no legal basis, so the victims do not get the right handling and can cause mental health problems such as psychological trauma. Acceptance Commitment Therapy ACT . ACT has been shown to address the problem of psychological trauma, but has never been associated with posttraumatic growth. There were 7 participants who scored below the cutoff on each Posttraumatic Growth Inventory PTGI domain and scored above the depressive symptom of Global Health Questionnaire 12 GHQ 12 . Participants were divided into two groups, the experimental group will receive treatment in the form of intervention of 5 sessions of Acceptance Commitment Therapy ACT , while the control group will get intervention after the participant group finished. All experimental participants experienced an increase in PTGI scores and a decrease in GHQ 12 score. There was one experimental group participant who did not reach the cutoff score limit on the two PTGI domains, while all control group participants achieved the cutoff scores of PTGI and GHQ 12 scores. It should be considered to add acceptance sessions to further research.Keywords Acceptance Commitment Therapy Young Adult Dating Violence Posttraumatic Growth
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Andrini
Abstrak :

Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami memberikan dampak yang besar pada diri istri. Perselingkuhan berhubungan dengan meningkatnya risiko depresi mayor. Gejala depresi membuat individu mengalami kesedihan yang mendalam dan/atau ketidakmampuan merasakan kesenangan, serta gejala-gejala fisik seperti kelelahan dan energi yang rendah. Walaupun besarnya dampak negatif dari perselingkuhan suami, cukup banyak istri yang memilih untuk mempertahankan perkawinannya. Salah satu cara untuk memperbaiki hubungan perkawinan adalah dengan memaafkan. Pemaafan merupakan komponen penting dalam menjaga kedekatan di dalam hubungan intim yang sedang menghadapi konflik yang tidak terelakkan. Penelitian ini menggunakan Acceptance and Commitment Therapy (ACT) untuk menurunkan gejala depresi dan meningkatkan pemaafan pada istri setelah perselingkuhan suami. Penelitian ini merupakan quasi experiment research dengan metode pre-test post-test non-equivalent control group. Terdapat 4 orang partisipan dalam penelitian ini yang terbagi ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil penelitian penunjukkan bahwa gejala depresi pada kelompok kontrol mengalami penurunan dari gejala depresi rendah menjadi gejala depresi ringan-sedang berdasarkan alat ukur Beck Depression Inventory (BDI). Terdapat peningkatan pula pada pemaafan dari rendah menjadi tinggi berdasarkan alat ukur Marital Offence-Specific Forgiveness Scale (MOFS). Kelompok kontrol juga mengalami penurunan gejala depresi dan peningkatan pemaafan namun perubahannya tidak sebesar pada kelompok eksperimen.


Infidelity committed by the husband has a great impact on the wife. Infidelity is related to an increased risk of major depression. Depressive symptoms make individuals experience deep sadness and/or inability to feel pleasure, as well as physical symptoms, such as fatigue and low energy. Eventhough the magnitude of the negative impact of the husband's affair is considered enormous, quite a number of wives choose to stay in the marriage. One of the ways to improve marital relationships is to forgive. Forgiveness is an instrumental component in maintaining closeness in intimate relationships that are facing inevitable conflicts. This study use Acceptance and Commitment Therapy (ACT) to reduce depressive symptoms and enhance forgiveness among wives in the aftermath of infidelity. Quasi experiment with pre-test post-test non-equivalent control group method is used in this research. There were 4 participants in this study which were divided into experimental group and the control group. The results showed that depressive symptoms in the experimental group has decreased from severe to mild-moderate based on Beck Depression Inventory (BDI). There was also an increase in forgiveness from low to high based on the Marital Offence-Specific Forgiveness Scale (MOFS). The control group also experienced a decrease in depressive symptoms and an increase in forgiveness, but the changes were not as large in the experimental group.  

2019
T51954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Nadira
Abstrak :
ABSTRAK

Infertilitas merupakan kondisi yang dapat menyebabkan permasalahan psikologis. Pada pasangan yang mengalami infertilitas, kecemasan dan distres (infertility-related stress) menjadi masalah psikologis yang sering dialami. Meski infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, perempuan menjadi pihak yang lebih terbebani dalam menghadapi infertilitas. Untuk membantu menurunkan kecemasan dan infertility-related stress perempuan yang mengalami infertilitas, peneliti menggunakan intervensi Acceptance and Commitment Therapy (ACT). Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian quasi experiment dengan metode pretest-posttest nonequivalent control group. Sebanyak lima orang partisipan terlibat dalam penelitian dengan dua orang partisipan kelompok eksperimen dan tiga orang partisipan kelompok kontrol. Pengukuran efektivitas intervensi dilakukan menggunakan State-Trait Anxiety Inventory (STAI) dan The Fertility Problem Inventory (FPI). Peneliti juga menggunakan alat ukur The Positive Negative Affective Scale (PANAS) untuk mengukur afek positif dan afek negatif partisipan kelompok eksperimen selama mengikuti sesi intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan kelompok eksperimen yang mendapat intervensi ACT selama lima sesi mengalami penurunan kecemasan dan infertility-related stress. Pada partisipan kelompok eksperimen juga ditemukan bahwa ACT dapat menurunkan afek negatif dan meningkatkan atau menstabilkan afek positif partisipan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intervensi ACT efektif dalam menurunkan kecemasan dan infertility-related stress pada perempuan yang mengalami infertilitas.


ABSTRACT

Infertility is a condition that could create psychological problem. To couples who experience infertility, anxiety and stress become psychological problems that are often experienced. Although infertility can be caused by various factors, women are more burdened in dealing with infertility. To help reduce the anxiety and infertility-related stress of women who experience infertility, the researcher use the intervention of Acceptance and Commitment Therapy (ACT). This study was conducted with a quasi-experimental research design using the pretest-posttest nonequivalent control group method. A total of five participants were involved in the study with two participants in the experimental group and three participants in the control group. Measurements of the effectiveness of the intervention were carried out using the State-Trait Anxiety Inventory (STAI) and The Fertility Problem Inventory (FPI). The researcher also used the The Positive Negative Affective Scale (PANAS) to measure the positive affect and negative affect of the experimental group participants during the intervention session. The results of this study indicate that the experimental group participants who received ACT intervention experienced decreased anxiety and infertility-related stress. The participants of the experimental group it was also found that ACT could reduce the negative affect of participants and increase or stabilize the positive affect of participants. Thus, it can be concluded that ACT intervention is effective in reducing anxiety and infertility-related stress in women who experience infertility.

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syibbli Zulkarnain
Abstrak :
Homoseksual merupakan individu yang memiliki ketertarikan seksual dan emosional kepada jenis kelamin yang sama. Di Indonesia, orientasi seksual yang diakui oleh mayoritas masyarakat hanyalah heteroseksual. Homoseksual sebagai minoritas dipandang sebagai sebuah gangguan dan kelainan bahkan dosa. Hal ini menyebabkan individu homoseksual merasakan stigma dari masyarakat sekitar, dan bahkan merekapun memberikan stigma pada diri mereka sendiri. Minority stress atau stres minoritas adalah perasaan tertekan yang dihadapi oleh individu minoritas dari sebuah kelompok karena stigma yang diletakkan pada kelompok tersebut. Stres minoritas dapat mendatangkan berbagai gangguan psikologis mulai dari masalah harga diri yang rendah hingga kecemasan dan depresi. Maka dari itu penelitian kali ini ingin melakukan intervensi untuk membantu menurunkan stres minoritas pada partisipan homoseksual dengan menggunakan acceptance commitment therapy. Acceptance commitment therapy (ACT) dinilai telah membantu banyak permasalahan psikologis terkait sehingga penerapannya dinilai bisa membantu masalah stres minoritas. Metode penelitian yang digunakan adalah within subject pre-postest design dimana peneliti mengukur skor minority stress scale (MSS) dan depression anxiety stress scale (DASS) sebelum dan sesudah pemberian 5 sesi intervensi secara individual pada dua orang partisipan homoseksual. Hasilnya didapatkan penurunan skor MSS dan DASS pada partisipan. ......Homosexual describes as a sexual and emotional attraction to the same sex. In Indonesia, heterosexual is the only recognized sexual orientation among the society. Homosexuality as a minority is seen as a disturbance and neglect even sin. This causes homosexuals to feel the stigma of the surrounding community, and even they also give a stigma to themselves. Minority stress is stress experienced by a person from a minority group as a result from certain social stigma associated to the group. It can cause a variety of psychological distress such as problems with self-esteem, anxiety, and depression. Therefore, this study wants to intervene to help reduce minority stress in homosexual participants using acceptance commitment therapy. Acceptance commitment therapy (ACT) is considered to has helped many psychological problems so that its application is considered to be able to help reducing the score of minority stress. The research method used was within subject pre-posttest design in which the researcher measured the scores of the minority stress scale (MSS) and depression anxiety stress scale (DASS) before and after 5 sessions individual intervention among two homosexual participants. The results obtained decreased MSS and DASS scores in participants.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T55292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Fionna Callista
Abstrak :
Rasa bersalah dalam kedukaan merupakan salah satu respon emosional ketika individu merasa telah gagal memenuhi standar dan harapannya dalam hubungannya dengan almarhum dan/atau kematian. Rasa bersalah yang dirasakan secara intens dan berkepanjangan ini beresiko menghambat keberfungsian dan kesejahteraan individu dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kemungkinan individu mengalami masalah kesehatan mental, hingga resiko untuk bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi intervensi Acceptance and Commitment Therapy (ACT), berjumlah empat sesi, untuk menurunkan rasa bersalah yang dialami individu. Partisipan penelitian berjumlah tiga, yang memenuhi kriteria, yaitu berusia 18-30 tahun, mengalami kehilangan (meninggal dunia) orang terdekat, mengalami rasa bersalah selama masa kedukaan yang dijalani, dan belum pernah mendapatkan penanganan psikologis terkait kedukaan sebelumnya. Desain penelitian adalah one group before-after (pretest-posttest) untuk mengevaluasi pengaruh intervensi dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Data kuantitatif didapatkan menggunakan alat ukur Bereavement Guilt Scale (BGS), Acceptance and Action Questionnaire-II (AAQ-2), Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ), dan Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ), sedangkan data kualitatif didapatkan lewat hasil wawancara dan observasi selama intervensi. Hasil kuantitatif menunjukkan adanya penurunan skor rasa bersalah dan meningkatnya fleksibilitas psikologis partisipan. Secara kualitatif, intervensi terbukti dapat membantu partisipan dalam proses pemaafan dirinya terhadap perilaku yang dilakukan selama almarhum masih hidup, mengurangi kecenderungannya untuk menyalahkan diri, keluar dari pemikiran bahwa ia merupakan penanggung jawab atas kematian almarhum, dan menerima bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan usaha terbaik yang telah diusahakannya saat almarhum masih hidup. Dapat disimpulkan bahwa ACT dengan total 4 sesi terbukti mengatasi rasa bersalah pada partisipan penelitian. ......Guilt in grieving is an emotional response when individuals feel they have failed to meet their standards and expectations concerning the deceased and/or death. Intense and prolonged feeling of guilt has the risk of hampering the functioning and well-being of individuals in everyday life, increasing the likelihood of individuals experiencing mental health problems, to the risk of suicide. The study aims to evaluate the effectiveness of Acceptance and Commitment Therapy (ACT) intervention, totaling four sessions, to reduce feelings of guilt experienced by individuals. Three participants were aged 18-30 years, experienced the loss (passed away) of a loved one, has experienced guilt during their grieving period, and had never received any psychological treatment. The research design was a one group before-after (pretest-posttest) design to evaluate the effect of the intervention by comparing the results of measurements before and after the intervention. Quantitative data obtained using the Bereavement Guilt Scale (BGS), Acceptance and Action Questionnaire-II (AAQ-2), Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ), and Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ), while qualitative data obtained through interviews and observations during the intervention. Quantitative results show a decrease in the score of guilt and an increase in the psychological flexibility of the participants. Qualitatively, the intervention was proven to be able to help participants in the process of forgiving themselves for the behavior they committed during the life of the deceased, reducing the tendency to blame themselves, getting out of thinking that they are responsible for the death, and accepting that the decisions made were the best they could take. It is shown that ACT of 4 sessions is proven to overcome guilt in research participants.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Sulistiyowati
Abstrak :
Penyalahguna NAPZA merupakan masalah terbesar di Indonesia. Setiap tahun meningkat sebesar 1,9% dari total penduduk Indonesia. Provinsi Sumatera Selatan menduduki peringkat ke lima dengan prevalensi tertinggi setelah Jawa barat. Dampak psikologis yang menimbulkan dari penyalahgunaan NAPZA antara lain ansietas, terjadinya perubaha  emosi, panik, gangguan memori, depreesi. Dalam mengatasi permasalahannya penyalahguna NAPZA membutuhkan pertolongan untuk pulih baik secara medis maupun non medis. Rehabilitytasi NAPZA merupakan cara efektif dalam mengatasi masalah ketergantungan. Selama menjalani program rehabilitasi penyalahguna nAPZA mengalami ansietas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui perubahan penyalahguna NAPZA sebelum diberikan intervensi dan setelah diberika  intervensi  Acceptance and Commitment therapy (ACT) dan Asertivenes Training (AT), perubahan tanda dan gejala GME (ansietas), perubahan kemampuan komitmen serta perubahan kemampuan asertif sebelum diberikan terapi dan setelah diberikan terapi. penelitian ini mengunakan desain quasi eksperimen dengan jumlah sampel 62 orang, dibagi menjadi 31 orang kelompok intervensi 1 yang mendapatkan tarik nafas dalam (TND), teraupeutic community (TC), Acceptance and Commitment therapy (ACT) dan 31 orang kelompok intervensi 2 yang mendapatkan tarik nafas dalam (TND), Theraupeutuiuic Community (TC), Asertivenes Training (AT). Uji analisis yang digunakan adalah non parametrik. Hasil penelitian menunjukan intervensi ACT efetif menurunkan tanda dan gejala GME (ansietas) pada kelompok intervensi 1 dan intervensi AT dapat menurunkan tanda dan gejala GME (ansietas) pada kelompok intervensi 2 secara bermakna (p Value < 0,05). Intervensi ACT dan AT direkomendasikan pada penyalahguna NAPZA yang menjalani rehabilitasi untuk menurunkan tanda dan gejala GME (ansietas). ......Drug abuse is the biggest problem in Indonesia. everry years it is increasing by 1,9% of the total population of Indonesia. South Sumatera is ranked fifth with the higest prevalence after West java. Psicologycal factor that influence drug abuse due to lack of confidence, expriencing tests, emotional change, panic, memory impairment, depresion. in overcoming the problem, drug abusers need help to recover both medically and non medically. Drug rehabilitation is an effective way to overcome the problem of dependence. During the rehabilitation program, drug abusers experience anxiety. The purpose of this study was to influence changes insigns snd symtoms of drug abuses befor intervention and after  acceptance and commitmrnt therapy (ACT) and asertivenes Training (AT), changes in signs and symptoms of GME (anxiety), changes ability to conccept commitments, change assertive ability befor and after intervention. this study used a quasi eksperimental design with a sample 62 people divided into 31 people intervention group 1 who received deep breathing therapy (TND), Theraupeutic Community (TC), Acceptance and commitment therapi (ACT) and 31 people intervention group 2 who were given deep breathing therapy (TND), theraupeutic community (TC), Asertives Training (AT). The analisis test  use is a non parametric test. The result showed that the ACT intervention was effective in reducing anxiety in drug abusers and the AT intervention was effective significantly (p Value < 0,05). ACT and ATT intervenstionn is recommended for drug abusers undergoing rehabilitation to reduce anxiety.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>