Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: FKM. Universitas Indonesia, 1978
363.46 ABO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
McDonagh, Eileen L.
New York: Oxford University Press, 1996
363.46 McD b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maria Ulfah Anshor
Mitra Inti Foundation, 2004
363.46 MAR a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Hawari
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
297.56 DAD a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Amiarny Rusady
Abstrak :
Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin hari semakin berat. Hal ini diperberat lagi dengan adanya krisis ekonomi. Data LitBangKes (1996) menunjukkan bahwa pengeluaran biaya kesehatan di Indonesia meningkat lebih dari 3 kali lipat dalam kurun walctu 10 tahun yaitu dari Rp. 1,89 trilyun di tahun |984/1985 menjadj Rp. 7,03 trilyun pada tahun 1994/1995. Berbagai bentuk pembayaran pra upaya telah dilakukan sepcrti sistcm kapitasi unluk mengendalikan biaya dengan sistcm pcmbayaxan sebelumnya dengan sistem ?Fee for Services?, tetapi dari sudul pandang asuransi tumbuh pemikiran tcntang pcrlunya pengendalian biaya dengan mengembangkan sistem pembayaran pra upaya dengan cara lain sepcrti Diagnosis Related Groups (DRGs). Sistem ini terbukti dapat melakukan penghematan biaya yang Signifikan di Amerika dan semakin banyak digunakan scbagai dasar perhitungan biaya rawat inap oleh banyak rumah sakit dan perusahaan asuransi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional untuk mcngclompokkan diagnosa terkait Abortus dan melakukan analisa biaya untuk masing-masing jenis diagnosa tcrkait. Hasil dari penelitian yang dilakukan dalam mengelompokkan diagnosa terkait Abonus di Rumah Sakit Fatmawati pada tahun 2000 terhadap 330 sampel penelilian menunjukkan bahwa pcngclornpokkan diagnosa terkait dapat diterapkan di Rumah Sakit Fatmawati. Diagnose. Abonus yang diteliti dapat dibagi ke daiam 2 kelompok diagnosa yaitu kelompok diagnosa Abortus dengan tindakan (DRG 381) dan kelompok diagnosa Abortus tanpa tindakan (380). Adapun djagnosa abortus terbanyak adalah Abortus Inkomplit sebesar 78,2%. Ditemukan rata-rata biaya pada kasus Abortus dengan tindakan operasi besar sebesar Rp_l_125_37l,-, sedangkan rata-rata biaya abortus dengan operasi scdang adalah Rp_l.072. !?76,. Pada abortus dengan tindakan curet rata-rata biayanya Rp.334.243,- dan rata-rata biaya tanpa tindakan adalah 200.600,-. Diketahui rata-rata lama hari rawat pada kasus diagnosa Abortus dengan tindakan operasi besar 6 hari, dengan tindakan operasi sedang 2,13 hari , dengan tindakan curet 1,92 hari dan pada kasus tanpa tindakan adalah 3,07 hari. Tindakan yang terbanyak ditemukan adaiah tindakan curet sebanyak 83%. Diketahui pada kelompok umur 25-45 tahun lebih besar resiko untuk mendapatkan penyakit sekunder, tindakan operasi Sena biaya rawat inap yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur kurang dari 25 tahun. Ditemukan bahwa biaya rawat inap menjadi lebih tinggi bila disertai dengan adanya penyakit penyerta atau pemberat. Untuk mengetahui apal-:ah biaya rawat inap berdasarkan pengelompokkan diagnosa terkait dapat digunakan sebagai dasar pembayaran kepada rumah sakit, perlu dilalcukan penelitian Iebih lanjut lagi terhadap jenis diagnosa lain serta bcbcrapa rumah sakit yang lain. ...... Financing the health care for Indonesian people has been increasingly difiicult It is even worse during the economic crisis. Health care cost increases by three times in ten years, from 1,89 trillion rupiahs in 1984/1985 to 7.03 trillion rupiahs in |994/|995 in nominal terms (Litbangkes, 1996). Several methods of Prospective Payment System are available such as capitation therefore to control the Prospective Payment system such as "Fee For Services" However, fiom an insurance perspsective there is a growing world vdde concem on the efficiency of the health care cost by developing another Prospective Payment System such as Diagnosis Related Groups (DRGs). This system proved the significant cost efiicientcy in Amerika and can be used as a cost basic of hospitalization by the hospital and the insurance company. This research is an analitical descriptive research with cross sectional design to grouping the related abortus diagnosis and to analysis each cost. The results of this research that had been done at Fatmawati Hospital in year 2000 against 330 samples showed that grouping related diagnosis can be implemented in Fatmawati Hospital. In this research abortion can be devided into two group of diagnosis as Abortion with operational procedures (DRG 381) and Abortion without operational procedures (DRG 380). Incomplete abortion is the most common diagnose that gain 78,2% of the samples. The research showed that the average cost of abortion with main operational procedures is I.l25.37l IDR, where the midle operational procedures is 1.072.176 IDR and the average cost of abortion with curetage is 200.600 IDR. The reseacrh showed that the average length of stay of inpatient abortion with main operational procedures is 6 days, for patients middle operational procedures about 2,13 days and , for patient with euretage is 1,92 days and in the case of without operational procedures is 3.07 days. The most common procedures that found is curetage which about 83%. The research found that the group of age beetwen 25-45 years old have more risk to had a secunder disease, an operational procedures and a higher cost compared with the group under 25 years old. It showed that the inpateint cost increased if the comorbidity and complication diseases were found. There is need another rcascarch have to be conducted if we want to see wether the hospitalization cost based on DRG can be used as a basic payment to the hospital in diEerent kind of diagnose and hospitals.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T6416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triovva Elsy Armita
Abstrak :
Terjadi peningkatan kasus abortus pada perawat hamil dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu kurang lebih 30 % dari seluruh perawat hamil yang bertugas pada unit-unit kerja, yang meliputi : unit rawat jalan, unit rawat inap dan kamar operasi. Jenis abortus yang terbanyak dan tersering adalah abortus spontan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor eksternal apakah yang paling berperan dalam hubungannya dengan kejadian abortus, faktor-faktor adalah : faktor lingkungan kerja, faktor aktivitas kerja dan faktor kebiasaan hidup. Proses analisa data dilakukan dengan disain metode Case-Control Study, dengan membandingkan kelompok perawat hamil yang melakukan aktivitas kerja keperawatan dan mengalami abortus, dengan kelompok yang tidak mengalami abortus dengan aktivitas yang sama. Dengan tujuan didapatkannya suatu angka perbandingan odd ratio (OR) diantara kedua kelompok tadi. Dari pengolahan data didapatkan 231 orang perawat hamil yang tidak mengalami kelainan internal, seperti : kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan plasenta, dan penyakit ibu, terdiri dari : 169 orang tidak mengalami abortus, dan 62 orang yang mengalami abortus. Hasil akhir dengan multivariat analisis diperoleh bahwa faktor yang berperan secara bermakna terhadap kejadian abortus pada perawat dalam penelitian ini adalah faktor aktivitas kerja yang ditunjukkan dengan odd ratio (OR) 2.6 (95.0 % CI = 1.145 - 5.904). Sebagai kesimpulan akhir, didapatkan bahwa faktor eksternal utama yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian abortus pada perawat hamil di Rumah Sakit Pusat Pertamina adalah faktor aktivitas kerja, dengan odd ratio 2.6. Penelitian ini membutuhkankan kajian lebih lanjut untuk mencari pemecahan yang lebih baik. ......The Factors Which Have Correlation with Incident of Abortion of the Nurse in the Workplace in Pertamina Central HospitalThe increasing of abortion of the nurse in the last five years term, more less 30 % of the all of pregnant nurse who came to Obstetrics department which worked at : inpatient unit, outpatient unit and the operation room. The most type of abortion that Spontaneous Abortion. The aim of this study to find out what is the main external factor that has correlation with this abortion. In this study, the external factors include: workplace environment factors, nursing activity factors, and behavior of life. Analysis processing of data use Case-Control Study design method, with compare the pregnant nurse group which have miscarriage and the other group are the pregnant nurse which not miscarriage in the same of activity in the workplace. The result of the analysis to achieve the odd ratio between the two groups. The data found that 231 nurses has pregnant and have not internal complication, such as: intra uterine growth defect, placental defect, and mother's disease, which consist of: 169 nurses have not abortion, and 62 nurses with abortion. The final result from multivariat analysis found that nursing activity factors a statistically significant have correlation with spontaneous abortion with an odd ratio (OR) of 2.6 (95.0 % C.I = 1.145 - 5.904) For the conclusion, the main external factor have a role is abortion of the nurse a statistically significant found the nursing activity factors with odd ratio (OR) of 2.6 (95.0% C.I. = 1.145 - 5.904). This condition need further study to find out the way of a good solution.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanyfer Claudia Fetris
Abstrak :
Kehamilan tidak diinginkan yang dialami oleh perempuan dapat berakhir pada upaya penghentian kehamilan berupa aborsi. Aborsi dianggap sebagai perilaku negatif yang bertentangan dengan norma masyarakat di Indonesia. Penelitian deskriptif ini melibatkan 427 perempuan dewasa berusia 20-49 tahun di Jakarta Pusat dengan menggunakan metode convenience. Data dikumpulkan menggunakan Stigmatizing Attitudes, Beliefs, and Action Scale (SABAS) yang telah diterjemahkan dan didistribusikan secara online. Penelitian menunjukan tingginya stigma perempuan terhadap aborsi yaitu 52 ± 12 (rentang 19-86; 95% CI 45,6-47,89) serta terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik suku, agama, status perkawinan, jumlah anak, dan pendidikan terakhir (p value 0,007; 0,001; 0,000; 0,000; 0,006 dengan p<0,05). Peru adanya edukasi dan sosialisasi yang lebih mendalam mengenai hak reproduksi perempuan dan peraturan yang berkaitan dengan hak reproduksi perempuan kepada perempuan dan masyarakat. ...... Unwanted pregnancy experienced by women can lead to terminate the pregnancy, including abortion. Abortion is considered a negative behavior, which contradicts to the society norm in Indonesia. This descriptive study involved in 427 adult women aged 20-49 years in Central Jakarta using a convenience method. The data was collected with the translated Stigmatizing Attitudes, Beliefs, and Action Scale (SABAS), which was distributed online. The findings show the high stigma of women towards abortion 52 ± 12 (range 19–86; 95% CI 45.6–47.89) and there are significant differences in the characteristics of ethnicity, religion, marital status, number of children, and latest education (p value 0.007; 0.001; 0.000; 0.000; 0.006 with p <0.05). There needs to be more in-depth education and outreach regarding women's reproductive rights and regulations related to women's reproductive rights to women and the community.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affan Solihin
Abstrak :
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penggunaan misoprostol 600 mcg dosis tunggal per oral untuk evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode Quasi Eksperimental dengan one group pretest-posttest design. Populasi pada penelitian adalah semua wanita yang terdiagnosa abortus inkomplit pada usia kehamilan < 12 minggu di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan Rs Jejaring pada bulan Juni 2018 sampai dengan Juni 2019 dengan jumlah subjek 31 orang, dan pengambilan sampel secara konsekutif. Evaluasi efektivitas terlihat setelah 7 hari dosis tunggal 600 mcg misoprostol dengan mengukur <15 mm ketebalan endometrium pada USG transvaginal Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas penggunaan misoprostol 600 mcg dosis tunggal per oral pada subjek penelitian adalah sebesar 93,55%, yaitu sebanyak 29 dari total 31 subjek. Efek samping yang dialami subjek setelah diberikan misoprostol adalah perdarahan yang jumlahnya kurang dari hingga sama dengan menstruasi (71,0% dan 9,0%), diare (6,5%), dan menggigil (67,7%), serta tidak ditemukan efek samping muntah. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji T berpasangan pada saat sebelum dan 24 jam sesudah pemberian misoprostol, didapatkan adanya perbedaan bermakna antara ketebalan endometrium (nilai p < 0,001). Kesimpulan: efektifitas misoprostol dosis tunggal 600 mcg per oral untuk evakuasi sisa konsepsi akibat abortus inkomplit pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu adalah sebesar 93,55%. Efek samping yang ditemukan adalah perdarahan, diare, dan menggigil. Efek samping dari muntah tidak ditemukan pada penelitian ini. Terdapat juga perbedaan signifikan antara ketebalan endometrium sebelum dan 24 jam setelah pemberian misoprostol. ......Objective This study is aimed to find out the effectiveness of oral 600 mcg single dose misoprostol for the evacuation of conception remnant in cases of incomplete abortion. Method This research is done by quasi experimental method with one group pretest-posttest design. The population of the study is all women who were diagnosed with incomplete abortion in less than 12 weeks of gestation in Cipto Mangunkusumo National general Hospital and affiliations hospital from June 2018 to June 2019. Women who met the study criteria, were treated with oral misoprostol 600 mcg single dose and then undergo conception evacuation evaluation and side effects evaluation. Effectiveness evaluation was seen after 7 days of single dose 600 mcg of misoprostol by measuring <15 mm endometrial thickness on transvaginal ultrasound. Results the effectiveness of using single dose oral misoprostol 600 mcg in the study subjects was 93.55%, which was 29 out of a total of 31 subjects. The side effects experienced after being given misoprostol were bleeding with less than the same amount as menstruation (71.0% and 9.0%), diarrhea (6.5%), and shivering (67.7%), and not found side effects of vomiting. Based on data analysis using paired T test before and 24 hours after administration of misoprostol, there was a significant difference between endometrial thickness (p value <0.001). Conclusion The effectiveness of oral 600 mcg single dose misoprostol for the evacuation of incomplete abortion conception tissue in less than 12 wga is 93,55%. The side effects found were bleeding, diarrhea, and shivering found in this research.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Latar Belakang : Abortus merupakan salah satu masalah di Indonesia dengan prevalensi sebanyak 10-15%. Abortus juga berperan dalam kematian ibu sebanyak 5%. Namun pendataan prevalensi abortus tidak dilakukan secara rutin. Terdapat beberapa faktor resiko abortus, diantaranya anemia. Data Riskesdas 2013 didapatkan 37,1% itu hamil mengamai anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi abortus spontan dan hubungan dengan anemia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional analitik. Data berupa data sekunder dari departemen Obstetrik dan Ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011. Data tersebut kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan program SPSS versi 20. Hasil : Pada penelitian ini didapatkan prevalensi abortus sebanyak 8,1%. Prevalensi anemia pada kehamilan sebesar 29,9% dan pada kelompok abortus 32,5. Kategori anemia terbanyak adalah anemia ringan sebanyak 15,2%. Hasil uji analisis bivariat dengan Chi-Square didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kategori anemia dengan kejadian abortus (P=0,069). Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kategori anemia dengan kejadian abortus pada ibu hamil di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo 2011., Background : Abortion is one of Indonesia’s mayor health problem which is found in 10-15% of women’s population. Abortion also contributes to 5% of total maternal mortality. However, the epidemiological data for abortion itself has not been routinely conducted. One of risk factor of miscarriage is anemia. Besed on Riskesdas 2013, 37,1% pregnant women experiences anemia. This study aim to find the correlation between prevalence of spontaneous abortion with anemia in Cipto Mangunkusumo Hospital 2011 Methods : The study is a analitical cross-sectional method was applied in this study by doing univariate and bivariat analysis on the data taken from medical records in Obstetrics and Gynecology Department of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, 2011. SPSS version 20 aids the statistical analysis process. Results : This study found that prevalence of miscarriage is 8,1% and prevalence of Anemia is 29,9%. Prevalence anemia in abortion population is 32,5%. Majority is found to have mild anemia (15,2%). Result of bivariate analysis with Chi-Square, was no association between miscarriage and category of anemia (P=0,069). Conclussion : There was no association between miscarriage and category of anemia in pregnant women in Cipto Mangunkusumo Hospital 2011]
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>