Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldo Owen Senlia
"

Latar belakang: Diabetes merupakan salah satu masalah yang semakin banyak di dunia modern. Pencegahan dan pengobatan diabetes beragam mulai dari cara modern dan juga tradisional. Pengobatan herbal merupakan salah satu metode untuk menangani diabetes. Salah satu tanaman herbal yang digunakan adalah jati cina atau Senna alexandrina. Manfaat dari pengobatan herbal diperngaruhi oleh pelarut yang digunakan. Pada proses pembuatan minuman baik pada skala industri atau rumahan, pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol dan pelarut air.

Tujuan: Menentukan pelarut terbaik untuk memberikan efek antidiabetes dan antioksidan

Metode: Penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan enzim α-glukosidase dan DPPH. Sampel daun jati cina dimaserasi dan direndam menggunakan pelarut etanol, campuran etanol : air (1:1), dan air. Ekstrak lalu diskrining untuk kandungan fitokimianya dan diprediksi kandungan senyawanya menggunakan LC-MS/MS. Jumlah kandungan fenolik dan flavonoid dihitung dengan membandingkan menggunakan asam galat dan quercetin. Ekstrak dengan kemampuan antioksidan dan antidiabetes terbaik lalu diuji untuk menghitung nilai IC50.

Hasil: Tanaman jati cina menunjukkan kemampuan sebagai antioksidan dan antidiabetes. Pelarut campuran etanol-air menunjukkan kemampuan terbaik sebagai antioksidan dan antidiabetes. Ekstrak etanol murni memiliki kemampuan antioksidan kedua terbaik namun memiliki kemampuan antidiabetes terburuk dan ekstrak air memiliki kemampuan antioksidan terburuk namun memiliki kemampuan antidiabetes kedua terbaik. Nilai IC50 ekstrak etanol-air sebagai antidiabetes terhadap enzim α-glukosidase adalah 33,151 µg/ml dan sebagai antioksidan terhadap radikal bebas DPPH adalah 160,502 µg/ml. Prediksi kandungan senyawa dari ekstrak etanol-air daun jati cina menggunakan LC-MS/MS adalah torachrysone-8-O-β-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[β-D-Glucopyranosyl-(12)]-β-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilakton.

Simpulan: Ekstrak etanol-air (1:1) daun jati cina menunjukkan kemampuan  aktivitas antioksidan dan aktivitas antioksidan dan antidiabetes terbaik.


Background: Diabetes is a growing problem in this modern time. Preventing and treating diabetes can be done using various ways from traditional to modern methods. Herbal medicine is one of the traditional forms of medication. One of the herbs used to treat diabetes is Senna Alexandrina or Jati Cina. The effects of herbal medicine is linked with the solvent used. In the process of making a herbal drink in industrial and private scale, the solvent used is ethanol and water.

Objective: Determining the best solvent to produce antioxidant and antidiabetic effect.

Methods:.This study was conducted in vitro using I±-glucosidase enzyme and DPPH. Senna Alexandrina leaves was maserated and soaked using ethanol, water, and ethanol-water mix (1:1). Extract was then screened for phytochemical contents and had its compounds predicted using LC-MS/MS. Total phenolic and flavonoid count were measured using gallic acid and quercetin. Extract with the best antioxidant and antidiabetic properties was further tested to measured its IC50.

Results: Senna Alexandrina leaves showed antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol-water mixed solvent produced the best antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol extract had the second best antioxidant properties but had the worst antidiabetic properties and water extract produced the worst extract with antioxidant properties but had the second best antidiabetic properties. The antidiabetic IC50 value of ethanol-water mix extract  by I±-glucosidase testing was 33,151 ug/ml and the IC50 value as antioxidant by DPPH testing was 160,502 ug/ml. The compounds predicted in ethanol-water extract using LC-MS/MS method was torachrysone-8-O-I²-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[I²-D-Glucopyranosyl-(12)]-I²-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilactone.

Conclusion: Ethanol-water mix (1:1) extract showed the best antioxidant and antidiabetic properties. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teni Ernawati
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati interaksi molekular antara alfa glukosidase dari Saccharomyces cerevisiae dengan senyawa turunan sinamamid yang disintesis dari asam sinamat. Dalam penelitian ini, senyawa turunan sinamamid disintesis dan dievaluasi untuk penghambatan alfa glukosidase. Struktur senyawa yang disintesis diidentifkasi dengan IR, H-NMR, C-NMR dan Mass Spektral. Semua senyawa turunan sinamamid menunjukkan penghambatan potensial yang lebih unggul dari bahan awal. Tiga belas senyawa turunan sinamamid menunjukkan aktivitas alfa glukosidase dengan nilai IC50 0,71-4,0 mM dengan standar 1-deoksinojirimisin dan akarbosa IC50 =0,97 mM dan IC50=1,78 mM . Studi molecular docking dilakukan untuk mengeksplorasi interaksi pengikatan kandidat turunan sinamamid dengan enzim alfa glukosidase.

The aim of this study was to observe molecular interactions between alpha glucosidase from Saccharomyces cerevisiae with cinamamide derivatives which were synthesized by amidation of cinnamic acid. In this study, a series cinamamide derivatives was synthesized and evaluated for alpha glucosidase inhibitory. The structure of synthesized compounds were characterized by IR, H NMR, C NMR and Mass Spectral analysis. All compound cinamamide derivatives showed a potent inhibition superior to the starting material. Thirteen compounds showed alpha glucosidase activity with IC50 value of 0.71 4.02 mM with the standard 1 deoxynojirimycin and acarbose IC50 0,97 mM and IC50 1.78 mM, respectively . Molecular docking studies were carried out to explore the binding interactions of cinnamamide derivative candidates with enzyme alpha glucosidase."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2378
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Andrea Siswanto
"Latar Belakang: Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia tinggi. Salah satu jenis
terapi yang sering digunakan yakni inhibitor α-glukosidase. Akibat efek samping yang
ditimbulkan obat sintetik dan sumber daya yang terbatas, berbagai studi menemukan
tanaman herbal memiliki berbagai senyawa bioaktif dan aktivitas inhibisi α-glukosidase
agar menjadi obat alternatif DM. Salah satunya ialah makroalgae atau rumput laut. Di
perairan Indonesia bagian timur terdapat alga hijau Bornetella oligospora yang
berlimpah.
Tujuan: Menguji aktivitas inhibisi α-glukosidase dan senyawa fitokimia yang
terkandung pada ekstrak etil asetat dan etanol Bornetella oligospora.
Metode: Dilakukan uji fitokimia terhadap saponin, flavonoid, tanin, glikosida,
triterpenoid, steroid, dan alkaloid; uji kromatografi lapis tipis; dan uji in vitro inhibisi α-
glukosidase pada ekstrak etil asetat dan etanol Bornetella oligospora
Hasil: Ekstrak etil asetat dan etanol Bornetella oligospora mengandung flavonoid,
glikosida, triterpenoid, dan steroid. Uji kromatografi lapis tipis ekstrak etanol
menunjukkan lima titik dengan Rf 0,545, 0,527, 0,5, 0,473, dan 0,154, sedangkan pada
ekstrak etil asetat ditemukan dua titik dengan Rf 0,58 dan 0,64. Uji inhibisi α-
glukosidase menunjukkan nilai IC50 ekstrak etanol 11,702 ppm dan ekstrak etil asetat
95,384 ppm.
Diskusi: Ekstrak etil asetat dan etanol Bornetella oligospora memiliki aktivitas inhibisi
α-glukosidase, meskipun tidak sebaik akarbosa. Kandungan fitokimia yang terkandung
pada ekstrak juga memiliki efek antidiabetes.
Kesimpulan: Ekstrak Bornetella oligospora berpotensi menjadi agen antidiabetes

Background: Indonesia has a high prevalence of diabetes mellitus. One of the first line
theraphy of diabetes mellitus is α-glucosidase inhibitors. Due to its side effects caused
by syntethic drugs and limited sources, various studies have found that many herbal
plants consist of bioactive compounds and exhibit α-glucosidase inhibitory activity. One
of which are macroalgae or seaweed. In the eastern Indonesian ocean, there is an
abundant green algae called Bornetella oligospora.
Objective: To examine the inhibitory activity of α-glucosidase and phytochemical
compounds in ethyl acetate and ethanol extract of Bornetella oligospora.
Methods: A phytochemical tests on saponins, flavonoids, tannins, glycosides,
triterpenoids, steroids, and alkaloids; thin layer chromatography test; and α-glucosidase
inhibition assay was carried out on ethyl acetate and ethanol extract of Bornetella
oligospora.
Results: The phytochemical components of ethanol and ethyl acetate extract of
Bornetella oligospora are flavonoids, glycosides, triterpenoids, and steroids. The thin
layer chromatography test showed ethanol extract have five spots with Rf 0,545, 0,527,
0,5, 0,473, and 0,154, while the ethyl acetate extract has two spots with Rf 0.58 and
0.64. The α-glucosidase inhibition assay showed IC50 values of the ethanol extract was
11,702 ppm and ethyl acetate extract was 95,384 ppm.
Discussion: Both ethanol and ethyl acetate extracts of Bornetella oligospora showed α-
glucosidase inhibitory activity, although they are not as good as acarbose. The
phytochemical content of the extract also has an antidiabetic effect.
Conclusion: Bornetella oligospora extract has the potential to be an antidiabetic agent
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dea Firdaus
"

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup tinggi. Untuk mengobatinya, tanaman herbal seringkali digunakan, salah satunya tanaman kenikir (Cosmos caudatus) yang diketahui memiliki aktivitas antidiabetes dan antioksidan yang tinggi. Namun, perbandingan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi daun tanaman ini belum dipelajari secara utuh. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap aktivitas antidiabetes dan antioksidan ekstrak daun kenikir. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan 3 pelarut yang berbeda, yaitu air, etanol 50%, dan etanol teknis selama 3 malam, kemudian dilakukan beberapa pengujian kuantitatif: perhitungan total fenolik dan flavonoid; aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH; dan aktivitas antidiabetes dengan metode inhibisi enzim α-glukosidase. Selanjutnya dilakukan pengujian LCMS/MS untuk memprediksi senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan kadar total fenolik dan flavonoid serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes paling tinggi dimiliki oleh ekstrak etanol 50%. Analisis LCMS/MS menunjukkan prediksi senyawa fitokimia yang terkandung dalam masing-masing ekstrak dengan kuersetin adalah senyawa yang paling dominan yang terdeteksi pada ekstrak etanol 50%. Daun kenikir yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50% memiliki banyak keunggulan berupa kandungan zat aktif yang lebih banyak, serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak air dan etanol.


Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is one of the most common degenerative disorders. For therapeutic use, herbs are commonly used in Indonesia for T2DM treatment, one of them is (Cosmos caudatus) kenikir’s leaves. In previous studies, kenikir's leaves have high antidiabetic and antioxidant activity. However, a comparison of antidiabetic activity from many extracts of kenikir's leave is remain unclear. This study will compare the antidiabetic and antioxidant properties of various kenikir’s leave extract. Kenikir’s leaves are extracted by maceration methods for three days using three different solvents: boiling water, ethanol 50%, dan ethanol 100%. Then, phenolic and flavonoid content will be measured, as well as antioxidant properties by DPPH radical scavenging activity assay, and antidiabetic properties by α-glucosidase inhibition assay, also LCMS/MS will be used to predict the compound from each extract. The result shows that ethanol 50% extract has highest phenolic and flavonoid content than others. It also has significantly higher antioxidant (p<0.05) and antidiabetic (p<0.05) properties than others. Meanwhile, LCMS/MS result of ethanol 50% extract predicts 6 chemical component, which quercetin is the most dominant compound. Ethanol 50% extract of kenikir’s leaves is superior from other extracts on phenolic and flavonoid content, antioxidant properties, and antidiabetic properties.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Widiyarti
"ABSTRACT
Gambier (Uncaria gambier) is known to have antioxidant properties, and some studies have attributed it to the presence
of polyphenols such as catechin. The objective of this study is to investigate the potential of various gambiers available
in Indonesian market as a scavenger of reactive free
radicals and evaluate its anti-hyperglycemic activity as α-glucosidase inhibitor. Isolation of catechin was done by extraction method with technical grade of ethyl acetate as solvent. Analysis of catechin in the dried gambier extract was carried out with TLC method. The molecular weight and content of catechin of dried gambier extract was determined by analyzing its mass spectra and spectrophotometer,
respectively. The free radical scavenging activity of catechin of the resultant extracts was measured by using 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) as stable free radical compound. The anti-hyperglycemic activity of catechin of ethyl acetate extracts was analyzed as α-glucosidase inhibitor. The result showed that various gambiers available in the
market are very active as antioxidant, indicated by IC50
of catechin of ethyl acetate extracts which were 4.6 to 18.2μ
g/mL for DPPH inhibition. The IC50 for α-glucosidase inhibition is ranged from 40.45 to 52.43μ g/mL, so they can be classified as anti-diabetic."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Windraseptamadya Asrah
"Demam dengue adalah salah satu jenis demam yang umum terdapat pada negara beriklim tropis. Demam ini disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang umumnya bereproduksi di iklim tropis serta dapat berubah menjadi demam berdarah dengue (DBD) apabila penderita tidak dirawat dengan tepat yang dapat berakibat fatal. DENV melakukan replikasi di dalam retikulum endoplasma dari sel manusia dengan bantuan enzim ?-Glucosidase yang dapat diinhibisi dengan menggunakan senyawa berbasis iminosakarida yang mengakibatkan DENV mengalami misfold dan terdegradasi. Ligan standar dan modifikasi telah dilakukan studi ADMET dan RO5 sebelum dilakukan docking dengan protein. Ligan modifikasi tersebut adalah senyawa organoboron yang berbasis terhadap 1-deoxynojirimycin yang meningkatkan energi ikatan bebas pada kompleks protein-ligan yang terbentuk jika dibandingkan dengan senyawa yang tidak termodifikasi. Dari sepuluh ligan modifikasi, ligan nomor dua dan tiga memiliki interaksi terbaik dengan ?-Glucosidase I dan II secara berturut-turut dengan sebesar -8,622 kkal/mol dan -8,858 kkal/mol secara berturut-turut.

Dengue fever is a type of fever that is commonly found in tropical countries. It is caused by dengue virus (DENV) that transmitted by Aedes aegypti or Aedes albopictus mosquitos that mostly reproduces in tropical climates, that can develop into more severe and fatal disease called dengue hemorrhagic fever. DENV can replicate inside endoplasmic reticulum of human cells with the help of ?-Glucosidase enzymes, which can be inhibited using iminosaccharide based drug, that could lead to DENV degradation due to misfolded protein. Standard and modified ligand underwent ADMET and RO5 analysis before being prepared alongside with protein to be docked. The modified ligand is an organoboron compound based on 1-deoxynojirimycin that increases binding free energy on formed ligand-protein complex compared to non-modified compound. From ten modified ligands, ligand number two and three had the best interaction with ?-Glucosidase I and II respectively with of -8.622 kcal/mol and -8.858 kcal/mol respectively."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Delita
"Garcinia fruticosa Lauterb. merupakan anggota suku Clusiaceae. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak etil asetat kulit batang G. fruticosa Lauterb. dapat mengambat aktivitas enzim α-glukosidase dan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan uji aktivitas antioksidan dan penghambatan terhadap α-glukosidase secara in vitro dari ekstrak etil asetat kulit batang G. fruticosa Lauterb. Isolasi dilakukan dengan kromatografi kolom dan diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis. Hasil fraksinasi ekstrak etil asetat diperoleh fraksi dengan potensi penghambatan terhadap α-glukosidase dan antioksidan. Pemurnian dan isolasi lebih lanjut dilakukan pada Fraksi D dan I. Pemurnian Fraksi D menghasilkan isolat D7a yang memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase (IC50 297,42 μg/mL), dan aktivitas antioksidan (IC50 71,06 μg/mL dengan metode DPPH dan 7,76 μg/mL dengan metode FRAP). Hasil elusidasi struktur isolat dari data spektroskopi IR, LC-MS/MS, 1H-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR (HSQC, HMBC), dan literatur, menunjukkan bahwa isolat D7a adalah asam 4-hidroksi-3-metoksi benzoate (Asam Vanilat) dan isolat I-1 adalah β-Sitosterol dan Stigmasterol.

Garcinia fruticosa Lauterb. is the member of Clusiaceae family Previous research reported that the ethyl acetate extract of G. fruticosa Lauterb stem bark was able to inhibit α-glucosidase enzyme activity and as an antioxidant activity. This research's aim is to isolate, identify, and antioxidant activity test and inhibition of α-glucosidase in vitro from ethyl acetate extract of G. fruticosa Lauterb. stem bark. Isolation was performed by column chromatography and identified by thin-layer chromatography. The fractionation result of ethyl acetate extract was obtained fractions with potential inhibition of α-glucosidase and as antioxidant. Further purification and isolation were carried out at fractions D and I. Purification of fraction D resulting isolate D7a with α-glucosidase enzyme inhibitory activity (IC50 297.42 μg/mL), and antioxidant activity (IC50 71.06 μg/mL with DPPH method and 7.76 μg/mL with FRAP method). The results of structural elusidation by spectroscopy IR, LC-MS/ MS, 1H-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR (HSQC, HMBC), and literature, showed that the isolate D7a is 4-hydroxy-3-methoxy benzoic acid (Vanillic acid) and isolate I-1 are β-Sitosterol and Stigmasterol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavia Rahmawati
"ABSTRAK
Madu dari stingless bee telah diteliti untuk mengetahui pengaruhnya sebagai anti-diabetes namun belum ada penelitian yang meneliti aktivitas anti-diabetes dari madu jenis Tetragonula biroi dan Tetragonula laeviceps. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas anti-diabetes dari kedua jenis stingless bee honey tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian aktivitas penghambatan enzim ?-glukosidase secara in vitro dan pengaruh madu pada metabolisme tikus yang diinduksi diabetes. Pada penghambatan aktivitas enzim ?-glukosidase dilakukan dengan mengamati absorbansi dari campuran pereaksi dengan tambahan sampel madu dengan konsentrasi 50, 100, 250, 500, dan 1000 ppm. Pengujian dilakukan pada sampel madu murni dan ekstrak metanol dari kedua sampel. Absorbansi campuran pereaksi diamati pada panjang gelombang 410 nm. Pengujian dengan tikus hanya dilakukan pada madu dari T. biroi pengujian dengan tikus model diabetes melitus. Tikus terlebih dahulu diinduksi dengan streptozotocin dan kemudian diberi sampel madu secara oral dengan dosis 0.5 g/kg BB, 1 g/kg BB dan 2 g/kg BB. Kadar glukosa dan berat badan tikus diamati setiap minggunya selama 4 minggu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa madu dari T. biroi dan T. laeviceps memiliki aktivitas anti-diabetes. Madu T. biroi dan T. laeviceps memiliki aktivitas penghambatan enzim ?-glukosidase walaupun persentase penghambatannya lebih kecil dibandingkan dengan kontrol positif acarbose . Persentase penghambatan tertinggi dari keempat sampel dimiliki oleh ekstrak metanol madu T. laeviceps dengan persentase penghambatan sebesar 40,10 pada konsentrasi 500 ppm. Pada pengujian secara in vivo untuk madu T. biroi juga menunjukkan adanya aktivitas anti-diabetes. Berat badan kelompok tikus yang diberi sampel madu mengalami pengurangan penurunan berat badan mendekati besar penurunan yang terjadi pada kelompok tikus yang diberi glibenklamid. Pengurangan penurunan berat badan terbesar terjadi pada kelompok yang diberi glibenklamid 21,5 g diikuti oleh kelompok yang diberi madu dengan dosis 2 g/kg BB 38 g, dosis 1 g/kg BB 44 g, dosis 0,5 g/kg BB 56,8 g dan kontrol negatif 71,5 g. Kadar glukosa darah dari tikus model diabetes melitus yang diberikan sampel madu dan glibenklamid belum menunjukkan adanya penurunan. Namun kelompok tikus yang diberikan glibenklamid dan madu menunjukkan data kadar glukosa darah yang lebih stabil dibandingkan tikus yang tidak diberi apa pun kontrol negatif. Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa madu T. biroi dan T. leaviceps memiliki aktivitas anti-diabetes.

ABSTRACT
Honey from stingless bee has been studied to determine its effect as anti diabetic but no studies have examined anti diabetic activity of honey from Tetragonula biroi and Tetragonula laeviceps. This study was conducted to determine the anti diabetic activity of both types of stingless bee honey SLBH. This study was conducted by testing the inhibitory activity of glucosidase enzyme in vitro and the effect of honey in metabolism of diabetic induced rats in vivo. Inhibition of glucosidase enzyme was done by observing the absorbance of reagent mixture with additional honey samples with concentration of 50, 100, 250, 500, and 1000 ppm. Tests were performed on pure honey and methanol extract of both samples. Absorbance of the reactant mixture was observed at 410 nm. Study with rats were performed only on honey from T. biroi with diabetic induced rats. Rats were induced with streptozotocin and then given oral samples of honey with doses of 0.5 g kg BW, 1 g kg BW and 2 g kg BW. Levels of glucose and body weight of rats were observed every week for 4 weeks. The results of this study indicate that honey from T. biroi and T. laeviceps has anti diabetic activity. Honey T. biroi and T. laeviceps has inhibitory activity of glucosidase enzyme although their percentage of inhibition is smaller than the positive control acarbose. The highest percentage of inhibition between the four samples honey was possessed by T. laeviceps honey methanol extract with 40.10 at 500 ppm. In vivo study for T. biroi also showed anti diabetic activity. The body weight of the group rats that was given honey samples experienced a reduction in the weight loss close to the group that was given glibenclamide. The largest reduction in body weight loss occurred in the group given glibenclamide 21.5 g followed by the group given honey with a dose of 2 g kg BB 38 g, dose 1 g kg BB 44 g, dose 0.5 g kg BW 56.8 g and negative control 71.5 g. Blood glucose levels of the diabetic rats that was given honey and glibenclamide have not shown any decrease. However, the group of rats that were given glibenclamide and honeys showed a more stable of blood glucose levels that the group of rats that were not given anything negative control. Therefore, it can be concluded that SLBH T. biroi and T. laeviceps have anti diabetic activity. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puja Andana
"Kawasan tropis dan subtropis merupakan tempat yang sesuai untuk berkembangnya virus dengue. Virus ini penyebarannya kepada manusia melalui nyamuk aedes aegypti. Dari data WHO sekitar 50-100 juta kasus infeksi dengue terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, tetapi belum terdapat vaksin maupun antivirus yang bisa mencegah dan mengobati penyakit ini. Pengembangan antiviral untuk infeksi DENV seringkali mengalami kendala. Hal ini disebabkan karena DENV memiliki lebih dari satu jenis serotipe. Pengembangan sebuah antiviral yang dapat menangani infeksi dari semua jenis serotipe DENV sangat diperlukan. Antiviral ini dapat dikembangkan melalui inhibisi protein inang yang terlibat dalam siklus hidup DENV. Salah satu protein inang yang dapat dijadikan target adalah enzim α- glucosidase I. Enzim ini memiliki peran penting dalam proses pematangan envelope glikoprotein dari DENV. Pengembangan antiviral berbasis penautan fragmen secara in silico dapat menghasilkan kandidat obat terbarukan dengan afinitas pengikatan yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan bahan alam flavonoid untuk menghibisi aktivitas enzimatis dari sisi aktif enzim alfa-glukosidase 1 yang berperan dalam mensintesis cap- RNA virus dengue. Metode yang digunakan pada penelitian secara in silico ini adalah metode penapisan virtual (virtual screening). Senyawa inhibitor yang digunakan adalah ligan flavonoid yang diunduh dari pangkalan data PubChem. Penelitian ini akan melakukan penambatan molekul (molecular docking) terhadap inhibitor pada sisi aktif protein target. Selanjutnya, pada senyawa inhibitor terbaik dilakukan uji farmakologi untuk mengetahui kesesuaian karakteristik senyawa kandidat dengan karakteristik senyawa obat yang telah beredar di pasaran.

The tropical and subtropics area is a suitable place to develop its viral dengue, this virus is a message to mankind through the mosquito Aedes egypti, from the data WHO around 50- 100 million cases of dengue worldwide infections each year. But there is no vaccine or antivirus that can prevent and treat this disease. The antiviral development for DENV infections is often subjected to problems. This is due to DENV having more than one type of serotype. The development of an antiviral that can handle infections of all types of DENV serotypes is indispensable. This antiviral can be developed through the inhibition of host proteins involved in the DENV lifecycle. One of the host proteins that can be targeted is the enzyme α-glucosidase I. This enzyme has an important role in the proeses of maturation of envelope glycoprotein from DENV. The development of fragment-based antiviral in silico can result in renewable drug candidates with good binding affinity the purpose of this study is to utilize natural ingredients of flavonoids to hyddate the enzymatic activity of The active side of the enzyme alpha-glucosidase 1 which plays a role in synthesizes cap-RNA virus with dengue. The method used in silico in this study is a virtual screening method. The inhibitor compounds used are the Flavonod ligands downloaded from the PubChem database. This research will conduct molecular docking against inhibitors on the active side of the target proteins. Furthermore, the best inhibitor compounds will be conducted pharmacological test to be used as a candidate for drug."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Khairina Fathin
"Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Salah satu terapi diabetes melitus adalah dengan menurunkan kadar glukosa post-prandial melalui penghambatan enzim yang menghidrolisis karbohidrat yaitu α-amilase dan α-glukosidase.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penghambatan aktivitas enzim pada kulit batang Garcinia hombroniana Pierre serta kandungan pada ekstrak teraktif. Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi bertingkat dengan pelarut yang kepolarannya meningkat, yaitu n-heksana, etil asetat dan metanol. Uji penghambatan α-amilase dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ=490 nm). Sedangkan, uji penghambatan α-glukosidase dilakukan menggunakan microplate reader (λ=405 nm).
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre memiliki memiliki aktivitas penghambatan α-amilase terbaik dengan nilai IC50 8,91μg/mL. Sedangkan hasil penghambatan α-glukosidase menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre memiliki memiliki aktivitas penghambatan terbaik dengan nilai IC50 37,18 μg/mL. IC50 dari standar akarbose adalah sebesar 91,17 μg/mL. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa pada ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre mengandung golongan senyawa flavonoid, glikosida, saponin, dan tannin.

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by high blood glucose levels. One therapy for treating diabetes mellitus is to decrease postprandial glucose levels by inhibition of carbohydrates-hydrolysing enzymes, α-amylase and α-glucosidase.
The aim of this research was to determine enzyme inhibition activity of Garcinia hombroniana Pierre barks and to identify chemical constituent group in the most active extract. Extraction was done by maceration with n-hexane, ethyl acetate and metanol. α-Amylase inhibition was tested using spectrophotometer UV-Vis (λ=490 nm). Meanwhile, α-glucosidase inhibition was tested using microplate reader (λ=405 nm).
The result showed that methanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks had the best inhibition α-Amylase activity with IC50 of 8.91 μg/mL. Methanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks also had the best inhibition α-glucosidase activity with IC50 of 37.18 μg/mL. Acarbose as a standard had IC50 of 91.17 μg/mL Phytochemical screening showed metanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks generally contain flavonoids, glycosides, saponins, and tannins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>