Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isbell, Rebecca T.
Singapore : Wadsworth and Cengage Learning, 2013
372.5 ISB c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shoemaker, Cynthia
New Jersey : Prentice-Hall, 2000
372.12 SHO l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Iswi Deandra
"Di Indonesia, tekanan ekonomi seringkali memaksa kedua orang tua untuk bekerja. Hal ini dapat menyebabkan waktu untuk pengasuhan anak yang layak, terutama terkait dengan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang penting. Ibu yang bekerja, seringkali kekurangan dukungan yang diperlukan untuk memastikan nutrisi optimal bagi anak-anak mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara kebijakan tempat kerja dan praktik pemberian MPASI pada ibu bekerja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik pada ibu dengan anak usia 6-25 bulan yang bekerja di tempat kerja formal. Kuesioner kebijakan tempat kerja dikategorikan sebagai valid dan reliabel dengan uji Spearman dan Alpha Cronbach (α > 0,7). Sebanyak 294 jawaban dianalisis. Sebanyak 67,5% ibu memiliki diploma atau gelar sarjana. Mengenai tingkat keterampilan kerja, 37,6% dikategorikan sebagai pekerja dengan keterampilan dasar, 24,8% sebagai semi-skilled, dan 37,6% sebagai pekerja terampil. Penelitian ini menemukan bahwa 93,4% ibu mempraktikkan pemberian MPASI yang tepat sesuai dengan indikator diet minimum yang dapat diterima. Hasil yang signifikan secara statistik dilaporkan dalam kaitannya antara kebijakan tempat kerja ibu dengan praktik pemberian MPASI, domain fleksibilitas kerja dan domain fasilitas fisik. Analisis multivariat melaporkan nilai p yang signifikan yaitu 0,006 (aOR: 0.170; IC 95%: 0.048-0.602) dan 0,029 (aOR: 3,283; IC 95%: 1,127-9,564). Hal ini mungkin disebabkan oleh mereka yang berasal dari keluarga kaya dengan tingkat pendapatan lebih tinggi seperti yang terlihat dari pencapaian pendidikan mereka. Waktu kerja mungkin menjadi faktor penting, sedangkan pekerja dengan keterampilan dasar mungkin memiliki jam kerja lebih pendek karena shift kerja dan berpotensi memungkinkan praktik pemberian makan yang lebih fokus. Fasilitas fisik telah menjadi faktor penting bagi ibu untuk melanjutkan menyusui, tetapi hubungannya dengan pemberian MPASI belum diteliti.

In Indonesia, economic pressures often force both parents to work. This can leave little time for proper care of young children, particularly regarding essential complementary feeding practices. Working mothers, often lack the support needed to ensure optimal nutrition for their children. This research aims to understand the potential link between workplace policies and the complementary feeding practices of working mothers in Indonesia. The study employed an analytic cross-sectional design among mothers with children aged 6-25. Workplace policy questionnaire were categorized as valid and reliable with Spearman test and Cronbach’s alpha (α > 0.7). A total of 294 responses were analyzed from a pool of 905 completed questionnaires, drop out were done to incomplete answers and respondents who did not fit the inclusion criteria. 67.5% held diploma or bachelor's degrees. Regarding occupational skill levels, 37.6% were categorized for both basic-skilled and skilled labor whereas 24.8% semi-skilled. The study found that 93.4% of mothers practiced proper MAD practices. Significant results were reported between the working flexibility and physical facility domain with complementary feeding practices. Multivariate analysis shown p-value of 0.006 (aOR: 0.170; CI 95%: 0.048-0.602) and 0.029 (aOR: 3.283; CI 95%: 1.127 – 9.564) respectively. These individuals might come from wealthier households with higher income levels. Work time may be a crucial factor, whereas others in basic-skilled labor may have shorter work hours due to shifting and potentially allow for more focused feeding practices. Physical facility had been a crucial factor for mothers in continuing breastfeeding, but the connection to complementary feeding has not been studied."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitria
"Sistem pemaparan sangat dipengaruhi oleh agen-agen lingkungan, khususnya agen yang berasal dari udara, dan merupakan sstem pertahanan tubuh yang terdepan dari pemaparan agen-agen lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil survey kesehatan masyarakat di Kelurahan Cisalak 2001, gangguan pernapasan dianggap merupakan masalah kesehatan masyarakat di kelurahan tersebut, terutama pada bayi dan balita. Faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya gangguan pemapasan pada bayi dan balita adalah kualitas udara di dalam rumah tempat tinggal, mengingat sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh bayi dan balita tersebut adalah di dalam rumah.
Studi ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas udara dalam rumah dan kondisi lingkungan rumah dengan terjadinya gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Desain studi yang diterapkan adalah cross-sectional, dengan pengukuran kualitas udara yang meliputi parameter PM 10 dan Total Plate Count (TPC) Mikroorganisme Udara.
Sebanyak 200 anak diteliti, ditemukan 31,5 persen yang mengalami batuk pilek dengan demam dan 51,5 persen yang mengalami batuk pilek dengan atau tanpa demam dalam dua minggu terakhir. Pangukuran kualitas udara ditemukan sebanyak 52,5 persen dari rumah yang diukur temyata telah melewati ambang batas kadar PM10 sebesar 90 μg/m3, dan 77.8 persen dari rumah yang diukur udaranya mengandung lebih dari 750.000 koloni/m3 total plate count mikroorganisme udara. Analisis statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kualitas udara dengan terjadinya gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Namun demikian, terdapat perbedaan proporsi gangguan pernapasan yang cukup besar antara anak yang tinggal di rumah dengan kualitas udara yang buruk dengan anak yang tinggal di rumah dengan kualitas udara yang baik.
Hubungan yang bermakna terdapat antara variabel rasio luas lubang angin/luas kamar dan variabel kebiasaan merokok dengan gangguan pernapasan. Pada anak yang tidur di kamar dengan ventilasi yang kurang. peluangnya untuk mengalami gangguan pernapasan adalah 3 - 3,589 kali lebih besar dari anak yang tidur di kamar dengan ventilasi yang cukup. Anak yang tinggal di rumah dengan perokok berpeluang untuk mengalami gangguan pernapasan 1,997 kali lebih besar daripada anak yang tinggal di rumah tanpa perokok. Variabel-variabel lingkungan rumah yang lain, walaupun tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, namun memperlihatkan adanya perbedaan proporsi gangguan pernapasan yang cukup besar antara anak yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungna rumah yang buruk dibandingkan anak yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungan rumah yang baik.
Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis obat nyamuk, suhu dan kelembaban relatif udara, jumlah perokok dalam tiap rumah, serta jumlah rokok yang dihisap per hari dengan kadar PM10 di dalam rumah. Analisis linier ganda menghasilkan sebuah persamaan yang menjelaskan variasi kadar PM10 melalui variabel-variabel rasio luas lubang angin/luas rumah, kepadatan hunian rumah, kelembaban relatif udara, dan jumlah perokok dalam tiap rumah. Antara kelembaban relatif udara dengan TPC mikroba udara terdapat hubungan yang bermakna. Analisis regresi linier ganda menghasilkan persamaan yang menjelaskan variasi jumlah koloni mikroorganisme udara melalui variabel suhu dan kelembaban relatif udara dalam rumah. Secara keseluruhan, terdapat beberapa variabel yang patut mendapat perhatian karena secara konsisten berhubungan ataupun menunjukkan kecenderungan untuk berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah dan dengan gangguan pemapasan pada bayi dan balita. Yaitu rasio luas lubang angin/luas kamar, rasio luas lubang angin/luas rumah, kepadatan hunian rumah, penggunaan obat nyamuk, dan kebiasaan merokok.

The respiratory system is commonly affected by environmental agents and is often the body's first line of defense against them. According to the public health survey conducted in Kelurahan Cisalak in year 2001. respiratory disease was one of public health concern, especially in infants and voting children. Factors that influence the disease seemed to be indoor air quality, since infants and young children spent almost all of their time in home.
The purpose of this study was to analyze the relationship between indoor air quality, housing environment, and respiratory disease in infants and young children. Study design was cross-sectional survey, including the measurement of PM to and total plate count (TPC) of airborne microorganisms as parameters of indoor air quality.
A number of 200 hundred children were randomly selected. As much as 31.5 percents of the children had runny nose and cough with fever and 51.5 percents had runny nose and cough with or without fever in the last two weeks. The measurement of indoor air quality showed that 52.5 percents of houses had indoor PMI0 concentration over 90 µglm3, and 77.8 percents of the houses had more than 750.000 CFU/m3 of total plate count of airborne microorganisms. Bivariate analysis showed that there were no relationship between indoor air quality and respiratory disease in infants and young children. But the proportions of respiratory diseases were different between children who lived in bad indoor air quality and children who lived in good indoor air quality,
Significant relationship was showed between bedroom ventilation and smoking with respiratory disease. Probability of having respiratory disease in children sleeping in inadequate bedroom ventilation was 3 - 3.589 times higher compared with children sleeping in adequate bedroom ventilation. Probability of having respiratory disease in children living with smokers was 1.997 times higher compared with children living in a house with no smoker. Although there were no significant relationship showed by other housing environment variables, the proportions of respiratory diseases were different between children who lived in bad housing-environment and children who lived in good housing environment.
There were significant correlations between the use of mosquito killer, indoor air temperature and relative humidity, number of smoker in a house, and number of cigarrete per day with indoor PMi0 concentration. Multiple linear regression analysis showed a formula that could explain the variation of indoor PMio concentration from variables of house ventilation, living density in a house, relative humidity, and number of smoker in a house. There was a significant correlation between indoor relative humidity and total plate count of airborne microorganisms. Multiple linear regression analysis showed a formula that could explain the variation of total plate count of airborne microorganisms from variables of indoor air temperature and relative humidity,
Some variables were important to be our concern because consistently showed significant relationships or tend to be related with indoor air quality and respiratory diseases in infants and young children. The variables were bed room ventilation, house ventilation, living density in a house, the use of mosquito killer, and smoking.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Rospita
"Studi cross sectional ini bertujuan untuk membuat Iembaran data HACCP dan mengetahui praktek pembuat makanan di Kotamadya Bekasi. Hasil Studi menemukan 10 makanan yang paling sering dikonsumsi oleh anak 6-24 buian adalah sayur bening bayam, sayur sop, nasi, nasi tim, biskuit, bubur ayam, bubur instant, tempe goreng, ikan goreng, dan telur dadar dengan CCP yaitu pemasakan, pendinginan, penyimpanan, pemanasan ulang, pembelian, penyiapan, dan penambahan bahan setelah pemanasan. Praktek pembuat makanan yang diiclentifikasi meliputi tidak memasak secara menyeluruh, tidak segera memakan makanan, tidak memanaskan makanan, tidak membaca tanggal kadaluarsa, tidak memeriksa kondisi kemasan ketika pembelian, dan tidak mencuci tangan dengan benar.

This cross sectional study aimed to develop HACCP data sheet and assess food handler's practices in Bekasi municipality. The study found 10 foods mostly consumed by 6-24 months old children were spinach soup, vegetable soup, cooked rice, nasi tim, biscuit, ready to eat rice porridge, instant porridge formula, fried temps, fried lish, and egg omelet. The CCPS commonly found were cooking, holding, storing, reheating, purchasing, preparation, and addition of ingredients after heat treatment. Food handler's practices identified were not thoroughly cooking; not eating cooked food promptly; not reheating; not reading expiry date; not observing broken package; and improper hand washing."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32901
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suyatmin
"ABSTRAK
Tesis ini membahas Interaksi Antar Komponen Sistem Ekologi Dalam
Mendukung Pengasuhan, Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Di
Taman Anak Sejahtera Yayasan Sejahtera Insani Kelurahan Pejaten Timur
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan). Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa dalam setting mikrosistem terdapat komponen Orang tua, Pengasuh, Ketua
TAS YASNI, dan Petugas Kesehatan. Pada setting eksosistem terdapat komponen
Ketua Yayasan Sejahtera Insani, Ketua Forum Komunikasi TAS DKI Jakarta, dan
Pekerja Sosial, kemudian dalam Setting makrosistem terdapat Kementerian Sosial
Republik Indonesia. Dalam mendukung pengasuhan, perawatan, dan pendidikan
anak usai dini, komponen tersebut saling berinteraksi, dan pada interaksi tersebut
terdapat bentuk dan faktor yang menyertainya.

ABSTRACT
This thesis discusses the interactions among the components of system ecology in
supporting for treatment of the care, and early childhood education (Analysis in
TAS YASNI, East Pejaten, Pasar Minggu Sub district, South Jakarta). The results
of this study concluded that a component in setting Microsystems is Parents,
caretakers, Chairman of TAS YASNI, and Health Officer. In the settings in the
component ecosystems is Human Welfare Foundation Chairman, Chairman of the
Forum Communications TAS Jakarta, and Social Workers, then in there
Microsystems setting is Social Ministry of Indonesia Republic. In support of the
care, treatment, and education of children after early, these components interact
with each other, and in such interactions are forms and accompanying factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duma Octavia Fransisca
"Pendahuluan. Anak perawakan pendek mempengaruhi sekitar sepertiga dari anak-anak balita di negara berkembang dan berhubungan dengan kesehatan dan pembangunan yang buruk. Golden 2009 mengusulkan bahwa anak perawakan pendek mungkin perlu MP-ASI densitas gizi lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal untuk mengejar pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh MP-ASI densitas standard SND-CF dan lebih tinggi HND-CF yang dikembangkan dari Rekomendasi MP-ASI dioptimalkan dan makanan fortifikasi pada pertumbuhan anak perawakan pendek berusia 12-23 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Metodologi. Sebuah percobaan terkontrol berbasis masyarakat, acak-ganda-buta, dilakukan di antara anak perawakan pendek berusia 12-23 mo. Penelitian ini terdiri dari dua tahap: Tahap I untuk mengembangkan Rekomedasi MPASI dioptimalisasi menggunakan pendekatan program linear LP dan merumuskan tingkat densitas gizi yang berbeda dari MP-ASI. Tahap II, intervensi 6 bulan dengan 3 kelompok intervensi a HND-CF menerima Rekomendasi MP-ASI dioptimalisasi dan biskuit fortifikasi lebih tinggi, b SND-CF menerima Rekomendasi MP-ASI dioptimalisasi dan biskuit fortifikasi standar dan c ND-CF menerima Rekomendasi MP-ASI dioptimalisasi dan biskuit tidak difortifikasi/kontrol. Panjang badan dan berat badan diukur setiap bulan. Konsumsi biskuit dicatat pada kunjungan mingguan.
Hasil. Survei pola makan menunjukkan bahwa niasin diidentifikasi sebagai zat gizi masalah sebagian dan tujuh nutrisi tidak bisa mencapai 65 kebutuhan diet. Ada peningkatan proporsi anak yang memenuhi frekuensi konsumsi makanan padat gizi mingguan yang direkomendasi oleh Rekomendasi MP-ASI, seperti makanan fortifikasi, buah semua kelompok, hati ayam SND-CF dan HND-CF dan ikan teri ND-CF. Energi, protein, vit B1, intake B6 meningkat pada semua kelompok. Kelompok HND-CF cenderung memiliki episode yang lebih tinggi dan durasi diare dan demam. Studi ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pertambahan panjang dan LAZ antara kelompok intervensi setelah disesuaikan untuk faktor perancu. Dibandingkan dengan ND-CF, ukuran efek pada pertambahan panjang -0,39 dan -0,39 untuk HND-CF dan SND-CF, masing-masing. Tidak ada pertambahan yang nyata pada berat badan, WAZ dan WHZ antara kelompok intervensi antara HND-CF dibandingkan dengan SND-CF dan kontrol. Tapi ada tren bahwa SND-CF memiliki pertambahan WAZ lebih besar. Dalam semua kelompok ada 8,5 ND-CF, 8,7 SND-CF dan 11,1 HND-CF anak perawakan pendek menjadi normal setelah intervensi 6-mo.
Kesimpulan dan Rekomendasi. Data kami menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dari MP-ASI densitas lebih tinggi pada pertumbuhan anak perawakan pendek dibandingkan dengan SND-CF dan ND-CF. Studi lebih lanjut harus menyelidiki efek MP-ASI dioptimalisasi dengan kecukupan gizi dirancang pada Estimated Average Requiement EAR dibandingkan dengan Rekomendasi MP-ASI dioptimalisasi dengan makanan fortifikasi. Program fortifikasi harus dirancang setelah mengidentifikasi kesenjangan zat gizi antara kebutuhan dan asupan gizi dioptimalkan.

Introduction. Stunting affects about one third of children underfive in developing countries and is associated with poor health and development. Golden 2009 proposed that stunted children may need higher nutrient density diets as compared to normal children to catch up their growth. The purpose of this study is to investigate the effect of Standard SND CF and higher HND CF nutrient density complementary food diets developed from optimized complementary feeding recommendation CFR and fortified foods. on growth of stunted children aged 12 23 month compare to control.
Methodology. A community based, double blind randomized, controlled trial was conducted among stunted children aged 12 23 mo. This study consisted of two phases Phase I to develop optimized CFR using linear programming LP approach and to formulate different nutrient density level of CF. Phase II, 6 month intervention with 3 intervention groups a HND CF received optimized CFR and higher fortified biscuit, b SND CF received optimized CFR and standard fortified biscuit and c ND CF received optimized CFR and unfortified biscuit control. Body length and weight were measured every month. Biscuit consumption was recorded on weekly visit.
Results. Dietary survey shows that niacin was identified as partial problem nutrient and seven nutrients could not achieve 65 dietary requirements. There were improvement on proportion of children meeting the recommended weekly frequency of promoted nutrient dense foods such as fortified foods, fruits all groups, chicken liver SND CF and HND CF groups and anchovy ND CF group. Energy, protein, vit B1, B6 intakes increased in all groups. HND CF group tend to have higher episode and duration of diarrhea and fever. Findings show there were no significant differences on length gain and LAZ gain between intervention groups after adjusting for covariates. Compared to ND CF, effect size on length gain were 0.39 and 0.39 for HND CF and SND CF, respectively. There was no significant weight gain, WAZ gain and WHZ between intervention groups between the HND CF as compared to SND CF and control. But there is a trend that SND CF has better WAZ gain. In all groups there were 8.5 ND CF, 8.7 SND CF and 11.1 HND stunted children became non stunted normal after 6 mo intervention.
Conclusion and Recommendation. Our data shows that there is no significant difference of higher nutrient density CF on the growth of stunted children as compared to SND CF and ND CF. Further study should investigate the effect of optimized CFR with nutrient adequacies designed at Estimated Average Requirement level in comparison to optimized CFR with fortified food. Fortification program should be designed after identifying nutrient gaps between the requirements and optimized intakes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrnawati
"Dalam upaya membantu mempercepat penurunan AKB dan AKAB di Propinsi Jawa Barat, khususnya Dati II Cianjur, telah dilakukan penelitian yang menguji coba penanganan penyakit pada bayi/anak balita secara terpadu, yaitu Manajemen Terpadu Penyakit Anak (MTPA). Pendekatan ini dianjurkan oleh WHO untuk diterapkan di negara-negara berkembang yang mempunyai AKB di atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kualitas Tatalaksana Kasus dan Kepatuhan Follow Up di Puskesmas yang mendapat intervensi dibandingkan di Puskesmas yang tidak mendapat intervensi MTPA, serta untuk mengetahui besarnya risiko kematian Bayi/Anak Balita yang memanfaatkan Pelayanan Puskesmas yang mendapat intervensi MTPA, dibandingkan yang tidak memanfaatkannya. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan ketiga hal di atas. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi Departemen Kesehatan, untuk membantu menurunkan angka kematian Bayi/Anak Balita, sehingga tujuan Pembangunan Kesehatan, yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, dapat segera diwujudkan.
Karena data awal tentang Kualitas Tatalaksana Kasus dan Kepatuhan Follow Up tidak diketahui, serta tidak dilakukan randomisasi, maka disain yang dipergunakan untuk menilai kedua hal tersebut adalah Pra eksperimen dengan jenis The Static Group Comparison. Kematian merupakan kejadian yang relatif jarang terjadi, sehingga disain yang dipergunakan untuk menilai risiko kematian bayi/anak balita adalah Kasus Kontrol. Metoda yang disebutkan terakhir ini paling tepat digunakan untuk mengukur variabel hasil akhir yang kecil. Sebelum penelitian dimulai, telah dilakukan tiga studi yaitu (1) survei data dasar untuk mengetahui AKB dan AKAB, (2) Rapid Health Service Assessment untuk mengetahui Kualitas Tatalaksana Kasus yang dilakukan oleh Petugas Kesehatan, dan (3) Rapid Ethnography Assesment untuk melihat secara lebih mendalam interaksi sosial masyarakat, yaitu kepercayaan dan kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk pengobatan bayi/anak balita.
Untuk melihat hubungan antara seperangkat faktor risiko secara bersama-sama dengan variabel hasil akhir, digunakan analilisis regresi linier ganda, analisis regresi logistik ganda dan analisis regresi logistik politomi. Untuk mendeteksi adanya multikoliniaritas, dibuat matriks korelasi Pearson. Untuk mendapat kategori yang optimal dalam memprediksi hasil akhir dari variabel yang mempunyai skala kontinu, dibuat kurva ROC (Receiver Operating Characteristic). Model akhir diupayakan agar robust (tepat) dan parsimonious (sederhana). Untuk mengetahui apakah model yang telah tersusun itu fit, dilakukan pengujian Pearson Chi Square dan uji untuk melihat besarnya daerah di bawah kurva ROC.
Berdasarkan teori yang telah dirangkum, kerangka konsep yang telah disusun, hasil analisis yang telah dikerjakan, dan juga berdasarkan pembahasan yang telah diutarakan, ditegakkan tiga tesis utama dan sebelas subtesis. Kualitas Tatalaksana, Kasus ternyata dipengaruhi oleh Intervensi MTPA dan Pengetahuan Petugas. Kepatuhan Follow Up tidak dipengaruhi oleh Intervensi MTPA, melainkan oleh Tingkat Keparahan Penyakit, Pengambil Keputusan Berobat dan Kesibukan Ibu. Sedangkan Kematian Bayi/Anak Balita dipengaruhi oleh Pencarian Pengobatan ke Puskesmas yang mendapat intervensi MTPA, Tingkat Keparahan Penyakit dan Perolehan Imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa untuk mempercepat penurunan AKB dan AKAB, Departemen Kesehatan perlu segera menerapkan pendekatan MTPA dalam tatalaksana penyakit bayi/anak balita di seluruh pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia. Pendekatan ini tepat dilaksanakan di era krisis moneter seperti saat ini, karena sarana dan obat-obatan yang perlu disediakan sederhana sehingga memungkinkan disediakan di tempat terpencil sekalipun.

Evaluation on the Quality of Case Management, Compliance With Follow Up, and Death Risk in Infants/Young Children, a study in areas with MTPA Intervention and Non Intervention in Cianjur Regency, 1997In effort to accelerate the decrease of AKB and AKAB in west Java Province, particularly in Cianjur Regency, study on the Integrated Management of Childhood Illness i.e. management Terpadu Penyakit Anak (MTPA) was conducted. This approach has been recommended by WHO to be implemented in developing countries with AKB more than 40 per 1000 living birth. The objectives of study were to determine the quality of case, management, and the compliance with follow up in puskesmas with MTPA, intervention compared with those puskesmas without MTPA intervention, and to determine the extent of risk of death in infants / young children who take advantage of the services of Puskesmas with MTPA intervention compared with those who are not. In addition, this study was also intended to determine other factors related to the above three considerations. It is hoped that result of this study may provide a valuable input to the Department of Health in help reducing infants/young children mortality rate, so that one of the objectives of the Department of Health, i.e. to achieve the ability of living healthy for all citizens, may soon be realized.
Since preliminary data on the Quality of Case Management and Compliance With Follow Up Is not available, and randomization could not be performed, the design used to evaluate the above two things was pre experiment with The Static Group Comparison type. Death is relatively rare, so that the design used-to evaluate death risk in infants/young children was case control. The last method is most suitably used to measure small end results. Before performing this study, three studies were already performed: (1) base line survey to determine AKB and AKAB, (2) Rapid Health Service Assessment to determine the quality of Case management performed by health providers, and (3) Rapid Ethnography Assessment to look in detail social interaction between community, i.e. community's beliefs and habits in relation with treatment of infants/young children in health facilities.
Multiple linear regression analysis, multiple logistic regression analysis and polytomy logistic regression analysis were used to discover the relationship between several risk factors and variables of end results. To detect muticolinearity, Pearson correlation matrix was made. Receiver Operating Characteristic (ROC) curve was made to establish optimal category of continuing scales variables. It was attempted to make end models robust (accurate) and parsimonious (simple), to determine the fitness of the models, Pearson Chi Square and the extent of area under ROC curve was used.
Based on summarized theories, organized framework concepts, results of analysis, and the above-mentioned discussion, three main thesis and eleven sub-thesis have been established. The Quality of Case Management is found to be affected by MTPA Interventions and Providers knowledge. Compliance with Follow Up is not affected by MTPA intervention but by the severity of disease, decision to seek treatment, and occupied mother. While infants/young children death is affected by seeking treatment to Puskesmas with MTPA intervention, severity of disease, and application of immunization.
Based on the results of this study, the investigator concluded that in order to accelerate the decrease of AKB and AKAB. The Department of Health should immediately apply MTPA approach in the management of infants / young children diseases in all Puskesmas in Indonesia. This approach is suitably conducted in this era of monetary crisis due to the simplicity of equipments and medications to be prepared, especially in remote area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
D228
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>