Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mabey, Yudith
Buckingham: Open University Press, 1995
362.71 MAB c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Machin, Linda
Harlow : Longman Information and Reference, 1993
362.7 MAC w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Butarbutar, Ria Noviari
Stockholm: Division of Urban Studies, 2005
363.59 BUT y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Hanifah, 1906-
Jakarta: Depsos, 1995
369.4 ABU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Endro Winarno
Yogyakarta: Departemen Sosial, 2004
369.4 END p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jacomine Nortier
Abstrak :
The language of young people is central in sociolinguistic research, as it is seen to be innovative and a primary source of knowledge about linguistic change and the role of language. This volume brings together a team of leading scholars to explore and compare linguistic practices of young people in multilingual urban spaces, with analyses ranging from grammar to ideology. It includes fascinating examples from cities in Europe, Africa, Canada and the US to demonstrate how young people express their identities through language, for example in hip-hop lyrics and new social media. This is the first book to cover the topic from a globally diverse perspective, and it investigates how linguistic practices across different communities intersect with age, ethnicity, gender and class. In doing so it shows commonalities and differences in how young people experience, act and relate to the contemporary social, cultural and linguistic complexity of the twenty-first century.
United Kingdom: Cambridge University Press, 2015
e20528215
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Most studies on HIV/AIDS revealed that young people are highly at risk to that epidemic mainly because of their physical, psychological, social, and economical attributes. AIDS is incurable but preventable disease. HIV, the virus causes ofAlD.S1 spreads through unique means and preventable. A significant effort on preventing HIV/AIDS among young people may come from the family who generally has big influences over them- and that influence can last a lifetime. In other words, working with families as early as possible in young people is lives could help solidify their healthy behaviors on HIV/AIDS and prevent the risk before it happens. Yet, studies _found that families in Indonesia have unique barriers in preventing their teens to escape from the HIV/AIDS epidemic. This paper aims to explore family barriers in preventing HIV/AIDS in the context of Indonesia. Qualitative method with in- depth interview and focus group discussion was employed The results of the study found at least five cultural barriers faced by family, (1) cultural constraints, (2) lack of understanding about the extend of H1 V/A IDS problem; its causes and its solution, (3) lack of understanding about how to resolve the Hi' V/A IDS problem, (4) lack of awareness of the HIV/AIDS problem, and (5) lack of support and encouragement.
Journal of Population, 11 (2) 2005 : 131-160, 2005
JOPO-11-2-2005-131
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The justification of this paper is to see how Indonesia's socio-cultural, religious and political settings surrounding reproductive health education and services for young people have evolved and whether any progresses have been made since the i994 lCPD Population Program of Action. Why do the Indonesian government still demonstrate a very conservative approach towards sexuality even though increasing numbers of STDs/HW/AIDS, premarital sex and unsafe premarital abortion are more apparent among young people? Why is reproductive health still absent from the public policy agenda? And why has these issues been forgotten- hidden ' and nat being properly addressed? Discussion will also be focus on how the government still treats young Indonesian as a non-sexual being. This paper is based on the l994/95 Sexuality and Marriage Values Survey and field research in indonesia during August 2000-March 2001. The survey was funded by the Demography and Sociology Program, Australian National University while the Australian ?s Department of Education, Training and Youth Affairs through the Merdeka Fellowship program sponsored the second part of the data collection.
Journal of Population, 12 (2) 2006 : 185-202, 2006
JOPO-12-2-2006-185
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Unteari Binawaty
Abstrak :
Penelitian dilakukan dengan adanya pertimbangan dan pemikiran tentang perlunya meningkatkan perhatian kepada masalah-masalah yang dihadapi oleh pemuda yang selama pembangunan sebagai kelompok yang tersisihkan serta berbagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan mereka. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan pemberdayaan pemuda melalui pendekatan "Human Power" Alinsky. Pendekatan Alinsky mengedepankan "Human Power" yaitu kekuatan untuk menggunakan energi manusia, spirit manusia, dan kemampuan untuk merealisasikannya pada yang lain . Jadi upaya-upaya pemuda, spirit pemuda (dan upaya untuk merealisasikannya pada orang lain) untuk mempengaruhi keluaran sosial (social outcomes). Upaya pemberdayaan pemuda melalui pendekatan "Human Power" Alinsky adalah suatu aksi atau reaksi yang bertujuan pergeseran atau pengalihan sumber daya dan relasi kekuasaan, atau perubahan institusi dasar. Asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi permasalahannya adalah ketidak adilan, kesenjangan sosial, perampasan hak dan populasi yang dirugikan. Strategi perubahan dasarnya adalah kristalisasi dari isu dan pengorganisasian massa untuk menghadapi sasaran. Taktiknya didasarkan pada 8 (delapan) taktik Aturan Minsky yang bercirikan konflik, kontes, konfrontasi, aksi yang bersifaf langsung dan negosiasi. Program diupayakan berfokus pada upaya-upaya pernbangunan pemuda yang dikreasikan oleh pemuda sendiri didalam suatu komunitas perkotaan. Kata pemuda disini mempunyai arti semangat pemuda balk perempuan maupun laki-laki. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) mendefinisikan remaja adalah mereka yang berusia 10 -19 tahun. Sementara PBB menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam terminologi pemuda (young people) yang mencakup usia 10 -24 tahun. Pemberdayaan yang dipilih adalah melalui pendekatan "Human Power" Alinsky, seorang krimonolog dan organiser komunitas terkemuka di Amerika Serikar dengan misi utamanya pemberdayaan dan ekspansi demokrasi. Program yang disesuaikan dengan pendekatan "Human Power" Alinsky bertujuan menciptakan dan mendukung kondisi-kondisi dimana pemuda berdaya. Berdaya disini memiliki arti pemuda yang mandiri yang dicirikan dengan kemampuan pemuda mengedepankan pandangan dan pendapatnya tentang pemuda sendiri serta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam setiap level kehidupan karena hal ini berkaitan dengan upaya mendorong gerak demokratisasi agar sebanyak mungkin rakyat kecil (kategori pemuda) berangsur-angsur naik kelas mejadi bahagian dari anggota kelas menengah. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh evaluasi secara lengkap mengenai pemberdayaan pemuda melalui pendekatan "Human Power" Alinsky yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur dan observasi partisipasi, kemudian diolah dan diinterpretasikan secara deskriptif analitis. Dalam penelitian ini tidak ada tujuan atau justifikasi untuk menggeneralisasikan karakteristik dari sampel terhadap populasi sehingga menggunakan "teknik non probability sample". Hasil dari penelitian ini untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pemberdayaan pemuda dalam suatu komunitas sehingga wawancara tidak terstruktur digunakan sebagai instrumen utama penelitian dalam mengoleksi informasi mendalam. Pertanyaannya berupa pertanyaan terbuka sehingga subjek dapat menggunakan kalimat sendiri disamping memungkinkan peneliti mendapatkan jawaban tidak terduga. Hasil dari penelitian ini memberikan evaluasi mengenai pemberdayaan pemuda melalui pendekatan "Human Power" Alinsky disamping memberikan saran dalam melaksanakan pemberdayaan pemuda dan dalam membangun model perencanaan sosial melalui pendekatan "Human Power" Alinsky. Model perencanaan sosial tersebut merspakan suatu proses pembelajaran sosial dimana pada tahap awal organiser perlu diterima oleh pemuda di komunitasnya, dan selanjutnya dilakukan kajian pemuda, persiapan-persiapan sosial dan pembangunan organisasi (perencanaan bottom-up).
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarumaha, Aloma
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang pemahaman kaum muda tentang gereja di Paroki Trinitas Cengkareng, Jakarta Barat. Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (sebuah) akumulasi pengetahuan, penghayatan, dan interpretasi kaum muda tentang gereja. Pemahaman itulah yang akan menjadi alat untuk memperlakukan gereja. Kaum muda yang dimaksud dalam studi ini adalah sejumlah orang, baik laki-laki maupun perempuan, yang umurnya antara 15 s.d. 35 tahun dan belum menikah, yang selalu datang dan aktif di gereja. Pendekatan yang dipergunakan untuk mendeskripsi pemahaman tersebut adalah pendekatan kualitatif, dengan tekanan pada pemahaman informan. Maksudnya dengan pendekatan ini, peneliti berusaha memahami orang-orang secara personal dan memandang mereka sebagaimana mereka sendiri mengungkapkan pandangannya tentang gereja. Untuk mendapatkan pemahaman tersebut, saya melakukan field work dan kajian pustaka. Field work untuk mendapatkan data primer dan kajian pustaka untuk data-data sekunder. Data-data primer diperoleh dengan menggunakan teknik pengamatan, wawancara, diskusi terfokus. Informan penelitian ini adalah anak-anak muda, umat, tokoh umat, pimpinan Paroki. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan teori. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa pemahaman kaum muda tentang gereja cenderung tidak dilihat (semata-mata) sebagai tempat sakral, berdoa; tetapi sebagai sebuah arena sosial, tempat berkumpul dan berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Gereja dipandang sebagai arena sosial, dalam mana potensi-potensi yang dimiliki dapat diakomodir dan dikembangkan. Dengan hasil studi ini, peneliti menduga bahwa apa yang dilakukan oleh informan atau kaum muda yang tercakup dalam pemahaman tersebut, dapat direfleksi bahwa di dalam kaum muda ada kebudayaan yang berkembang sesuai dengan pemahamannya. Gereja bermakna sebagai sebuah arena untuk menjawab kebutuhan sosial kaum muda. Misalnya, ketika tidak mempunyai pekerjaan, mengalami masalah dalam keluarga, maka solusinya adalah kembali ke gereja, dimana ia dapat bertemu dengan orang-orang yang dapat menolongnya (yang awalnya berupa informasi bagaimana seseorang dihubungkan dengan sumber informasi). Ketika mau belajar untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki, maka gereja dipandang sebagai tempat yang aman untuk berlatih, karena diberi peluang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki; hal ini operasional dalam munculnya kelompok kegiatan kaum muda di gereja.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>