Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: URDI,
070 IU
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Randhi Atiqi
Abstrak :
Pertumbuhan ekonomi dan bonus demografi mendorong tingginya laju urbanisasi di Indonesia. Namun, penerimaan pajak bumi dan bangunan di wilayah perkotaan masih rendah dibandingkan negara-negara G20. Rendahnya kinerja sektor pajak bumi dan bangunan di wilayah perkotaan salah satunya disebabkan oleh terbatasnya kapasitas Pemerintah Daerah dalam menetapkan nilai bangunan yang menjadi dasar perhitungan pajak. Penetapan nilai bangunan yang masih menggunakan metode pengukuran langsung di lapangan tidak dapat mengimbangi perkem-bangan kota sehingga basis data pajak tidak dapat menggambarkan realitas wilayah urban dan penerimaan pajak menjadi rendah. Sehubungan dengan itu, teknologi pemetaan dengan LiDAR dapat dijadikan salah satu terobosan untuk meningkatkan kinerja pajak Pemerintah Daerah karena dapat mengestimasi harga suatu bangunan secara cepat. Penelitian ini bertujuan untuk menge-tahui bagaimana perbedaan harga bangunan berdsarkan basis data paka dengan hasil pemetaan dan di mana perbedaan tersebut terjadi. Berdasarkan pemetaan LiDAR, di wilayah perumahan kerapatan tinggi, luas bangunan saat ini secara rata-rata 1,66 kali lebih luas daripada luas bangunan yang terdaftar dalam basis data pajak Pemerintah Kota Depok. Sementara, luas bangunan di wilayah perumahan kerapatan sedang dan wilayah perdagangan dan jasa mas-ing-masing 1,35 dan 1,08 kali lebih luas. Dengan melakukan appraisal menggunakan model 3D LiDAR berdasarkan biaya membangun suatu bangunan per meter persegi, harga bangunan di wilayah penelitian diketahui jauh lebih tinggi daripada harga bangunan dalam basis data pajak Pemerintah Kota Depok. Harga bangunan di wilayah permukiman kerapatan tinggi 9 kali lebih tinggi, perumahan kerapatan sedang 6 kali lebih tinggi, sedangkan di wilayah perdagangan dan jasa 3 kali lebih tinggi. ......Economic growth and its demographic benefits have enhanced the high rate of urbanization in Indonesia, although property tax revenues are still low compared to G20 countries. This low performance is partly due to the limited capacity of local governments, regarding the determination of building values for tax calculations. To improve local government tax performance, LIDAR mapping is capable of being used for quickly estimating the price of a building. Therefore, this study aimed to determine the patterns by which the spatial differences in building price values influence the tax databases and LiDAR mapping results. Based on this mapping process, the present building site size in high-density housing areas was on average 1.66-times larger than those in the Depok City Government tax database. Meanwhile, the sites in medium-density housing and trade/service areas were 1.35- and 1.08-times wider, respectively. Using a LiDAR 3D model, the observed level of construction was much higher in the highly-urbanized area compared to the price in the Depok City Government tax database. This was based on the construction cost of a building per square meter. Regarding these results, the building prices in high- and medium-density areas, as well as the trade/service area, were nine, six, and three-times higher, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sumirat
Abstrak :
ABSTRAK
Kesenjangan wilayah di Indonesia dipandang relatif masih cukup tinggi, khususnya kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Di samping itu juga terdapat kesenjangan antara wilayah desa dan kota. Kesenjangan pembangunan antara desa kota maupun antara kota kota perlu ditangani secara serius untuk mencegah terjadinya urbanisasi, yang pada gilirannya akan memberikan beban dan masalah sosial di wilayah perkotaan. Pada dasarnya kesenjangan pembangunan antarwilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu wilayah. Terjadinya ketimpangan antarwilayah ini berimplikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antarwilayah, yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara akibat kecemburuan masyarakat terutama yang berasal dari daerah dengan tingkat kesejahteraan lebih rendah. Pelaksanaan otonomi daerah pada dasarnya bertujuan agar daerah terdorong untuk kreatif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya dalam melakukan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing masing daerah. Bila hal ini dapat dilakukan, maka proses pembangunan daerah secara keseluruhan akan dapat lebih ditingkatkan dan secara bersamaan ketimpangan pembangunan antar wilayah dapat pula dikurangi.
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2019
330 BAP 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Morin Siska
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan wilayah terhadap kesehatan masyarakat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data pada level kabupaten/kota tahun 2011 dan tahun 2014. Pengukuran indeks urbanisasi dilakukan dengan menggunakan principal component analysis (PCA) untuk mendapatkan nilai yang menggambarkan tingkat perkembangan tiap wilayah pada kabupaten/kota. Pada masing-masing tahun dilakukan pengukuran indeks urbanisasi dengan menggunakan 12 (dua belas) variabel yang menunjukkan kondisi physical environment, social environment dan health and social service pada tiap wilayah. Berdasarkan pengukuran indeks urbanisasi, komponen yang memiliki pengaruh paling besar dalam perkembangan wilayah pada tahun 2011 dan 2014 yaitu akses terhadap air bersih, jalan beraspal dan jumlah rumah sakit di daerah tersebut. Pada tahun 2011 daerah yang memiliki nilai indeks urbanisasi yang tertinggi yaitu Kota Jakarta Pusat (Provinsi DKI Jakarta) dan yang memiliki nilai indeks urbanisasi terendah yaitu Kabupaten Pegunungan Bintang (Provinsi Papua). Pada tahun 2014 daerah yang memiliki nilai indeks urbanisasi yang tertinggi yaitu Kota Jakarta Pusat (Provinsi DKI Jakarta) dan yang memiliki nilai indeks urbanisasi yang terendah yaitu Kabupaten Tolikara (Provinsi Papua). Hasil empiris menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara indeks urbanisasi dengan morbidity rate. Daerah yang memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi atau lebih maju menyebabkan terjadinya peningkatan gangguan kesehatan masyarakat. ......This study aims to determine the effect of regional development on public health in Indonesia. Using district data in 2011 and 2014, an index of urbanicity constructed by using principal component analysis (PCA) to obtain a value that describes the level of development of each region. Each year, the urbanization index is measured using 12 (twelve) variables that indicate the physical environment, social environment and health and social service conditions in each region. Based on the measurement of the urbanization index, the components that have the greatest influence on regional development in 2011 and 2014 are access to clean water, asphalt roads and the number of hospitals in the area. In 2011, the region with the highest urbanization index value was Central Jakarta City (DKI Jakarta Province) and the region with the lowest urbanization index value was Gunung Bintang Regency (Papua Province). In 2014, the region with the highest urbanization index value was Central Jakarta City (DKI Jakarta Province) and the region with the lowest urbanization index value was Tolikara Regency (Papua Province). The empirical results show that there is a positive relationship between the urbanization index and the morbidity rate. Region with a high level of urbanization index are more advanced cause an increase in public health problems.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prawidya Hariani Rs
Abstrak :
Perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia merupakan proses dari aglomerasi ekonomi yang sangat besar dan biasanya diawali dari perkembangan meningkatnya skala produksi sektor industrI manufaktur. Aspek lokasi sangat penting dalam tahapan pembangunan ekonomi dari suatu negara. Aspek ruang memiliki dimensi geografis dan lansekap ekonomi (economic landscape) yang menjadi sangat penting dalam kerangka teori ekonomi pembangunan. Aspek ini dapat dianalisis dari ekonomi spasial dengan melihat dampak yang ditimbulkan dari konsenytasi ekonomi dan penduduk melalui proses aglomerasi ekonomi. Dengan menggunakan data panel dari tahun 2000-2012 pada 27 kota besar di Indonesia, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penentu dari konsentrasi ekonomi dan penduduk di Indonesia. Penelitian ini juga melakukan analisis pengaruh dari aglomerasi ekonomi di wilayah perkotaan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode estimasi OLS Panel Data untuk model konsentrasi ekonomi dan penduduk, serta GMM untuk model Pertumbuhan Ekonomi yang dipengaruhi oleh aglomerasi perkotaan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk aglomerasi yang terjadi pada wilayah perkotaan adalah jenis lokalisasi ekonomi dan berkembang menjadi urbanisasi ekonomi. Kondisi ini didorong oleh variabel PDRB signifikan terhadap produktifitas output sebagai representasi dari konsentrasi ekonomi. Semakin ke wilayah dataran rendah/pinggir pantai maka konsentrrasi ekonomi menjadi lebih tinggi. Variabel tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dan produktifitas dari modal juga memiliki hubungan yang positif dengan konsentrasi ekonomi di wilayah perkotaan Indonesia. Konsentrasi penduduk dengan variabel city rank dipengaruhi oleh pendapatan per kapita, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan belanja pemerintah. Semakin ke Pulau Jawa maka konsentrasi penduduk perkotaan di Indonesia akan semakin tinggi. Jadi orang memilih untuk tinggal di kota karena memiliki peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar, dibanding wilayah pinggiran. Kota Jakarta tetap menjadi dominasi (super primate city) baik untuk konsentrasi ekonomi maupun penduduk dibannding dengan kota lainnya di Indonesia. Model rank size menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sangat terkonsentrasi pada 3 kota utama dengan nilai koefisien paretonya dibawah 0,9. Penduduk sangat terkonsentrasi pada kota utama (urban primacy) yakni Jakarta, Surabaya dan Bandung dimana ketiganya berada di Pulau Jawa. Distribusi ekonomi justru jauh lebih tidak merata dibanding dengan konsentrasi penduduk, karena koefisien pareto nya sebesar 0,2. Variabel aglomerasi perkotaan yakni konsentrasi ekonomi dan penduduk juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga kota akan menjadi lebih besar skala ekonominya secara terus menerus. Belanja pemerintah akan mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih tinggi lagi.
The development of urban areas in Indonesia is a process of agglomeration economies are very large and usually starts from the development of increased production scale manufacturing. Location is very important aspect in the stage of economic development of a country. Aspects of space as a geographic dimension and economic landscape, which became very important in terms of the theory of economic development . This aspect can be analyzed from the spatial economy by looking at the impact of economic and population concentration through the process of agglomeration economies. By using panel data from the years 2000-2012 in 27 major cities in Indonesia , the study aims to look at the determinants of economic concentration and the population in Indonesia . This study was also conducted an analysis of the effects of economic agglomeration in urban areas to the economic growth . This study uses panel data OLS estimates for the concentration of economic and population models , as well as the GMM for Economic Growth models are affected by urban agglomeration in Indonesia. The results showed that the shape of agglomeration occurs in urban areas is a kind of economic localization and urbanization evolved into the economy. This condition is driven by the GDP variable significantly to productivity output as the representation of economic concentration . The more to the lowlands / beachside then economic concentration becomes higher .Variable workforce with higher education and productivity of capital also have a positive relationship with the concentration of the economy in the region. The more to the lowlands / beachside then konsentrrasi economy becomes higher. Variable workforce with higher education and productivity of capital also have a positive relationship with economic concentration in urban areas of Indonesia. The concentration of residents with city rank variables influenced by income per capita, population , population density and government spending . Getting to the island of Java , the concentration of urban population in Indonesia will be higher. So people choose to live in the city because it has a chance to earn a larger income , compared to a suburb. Jakarta city remains a domination ( super primate city ) for both economic and population concentration than with other cities in Indonesia . The model shows that the rank size of the Indonesian population is highly concentrated in three major cities with pareto coefficient below 0.9 . Residents are concentrated in major cities (urban primacy ) namely Jakarta , Surabaya and Bandung which three are located in Java Economic distribution is far more uneven than the concentration of population , because of its Pareto coefficient of 0.2. Variable urban agglomeration namely economic and population concentration also has a significant relationship to economic growth , so that the city will be greater economies of scale continuously. Government spending will drive economic growth rate towards higher again.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malviansyah Gautama Bustami
Abstrak :
Kampus Unika Atmajaya Jakarta merupakan satu - satunya Universitas di Jakarta yang terletak diwilayah perkotaan. Saat ini kampus tersebut dihadapkan pada masalah penyediaan fasilitas ruang parkir. Salah satu diantaranya adalah kesulitan untuk pengadaan fasilitas ruang parkir yang sesuai dengan tingkat permintaan yang sebenarnya. Efisiensi penyediaan ruang parkir dapat dicapai jika tingkat penyediaan fasilitas parkir sesuai dengan tingkat permintaan yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik parkir, tingkat keterkaitan kebutuhan parkir dan variabel - variabel apa saja yang menentukan dalam pembentukan model penyediaan fasilitas parkir yang optimal, bagaimana model kebutuhan parkir pada area kampus diwilayah perkotaan. Untuk mengetahui karakteristik parkir diperlukan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung dilapangan meliputi : data kendaraan parkir, jumlah pengunjung dan inventarisasi parkir. Data primer diperoleh dengan cara melakukan survey cordon counts selama satu minggu (6 hari), mulai jam 08.00 hingga 17.00 dan satu hari terpisah untuk melakukan survey license plate untuk mendapatkan angka durasi parkirnya. Data sekunder diperoleh dari bagian akademik , bagian rumah tangga, dan bagian pemeliharaan Universitas Katolik Atmajaya, yaitu berupa data akademis mahasiswa dan data parameter lainnya. Pemodelan kebutuhan parkir dilakukan dengan memakai metoda analisis regresi berganda, dan dipisah antara pemodelan kebutuhan parkir untuk mobil dan sepeda motor. Variabel bebas yang ditinjau meliputi data jumlah mahasiswa yang mengikuti kelas perkuliahan (X1), data staff pengajar dan karyawan (X2), serta data kelas perkuliahan yang ada dalam satu hari (X3). Sedangkan variabel terikatnya adalah berupa data rata - rata akumulasi parkir mobil ataupun sepeda motor. Standar kebutuhan parkir diperoleh dengan perbandingan antara kebutuhan parkir kendaraan dengan parameter yang ada dalam kampus. Dari hasil hubungan kebutuhan parkir dengan variabel yang disebutkan tadi, didapat hubungan yang memberikan tingkat akurasi terbaik serta memenuhi syarat pengujian statistik. Hubungan kebutuhan parkir untuk mobil didapat persamaan regresi y = 123,055 + 2,038 x1 - 0,059 x2 + 0,698 x3 dengan koefisien determinasi (R2) = 0,794 sedangkan hubungan kebutuhan parkir untuk sepeda motor didapat persamaan regresi y = 58,066 + 0,392 x1 + 4,451 x2 + 0,623 x3 dengan koefisien determinasi (R2) = 0,787. kedua permodelan tersebut cukup memenuhi kuota persamaan regresi (signifikan). ...... Catholic University of Atmajaya, Jakarta nowaday faced with parking supply problems. One of the problems is the difficulty in providing sufficient parking spaces based on actual demand. Efficiency of parking supply can be achieved if parking supply meets actual demand. This research is conducted in order to know parking characteristic, the degree of relationship between parking demand and parameters of urban campus as independent variables, to develop parking demand model and to analyse parking demand standard for urban campus. Primary and secondary data are required in order to know parking characteristics. Primary data were obtained from direct observation on site which includes : parking vehicles data and parking inventory. Primary data were obtained from six days cordon count survey between 08.00 am to 05.00 pm, and one day separated for license plate survey in order to know the parking duration. Secondary data (i.e. parameters of urban campus) were obtained from the University's Academic and Technical office. Parking demand models were developed by using multiple regression methods. Independent variables included in this study are : summary data of students were coming to class (X1) and both lectures and staff data (X2) also the usage of classrooms as well (X3) in one day observation. The dependent variables are average parking accumulation for car and motor cycle. Parking demand standard were calculated based on regression analysis of parking demand parameters. The results of multiple regression analysis from the relations of all variables that mentioned above, was indicated by the regression formula for car's parking demand : y = 123,055 + 2,038 x1 - 0,059 x2 + 0,698 x3 with coefficient of determinant (R2) = 0,794. in the other way, the regression formula for motor cycle's parking demand : regresi y = 58,066 + 0,392 x1 + 4,451 x2 + 0,623 x3 with coefficient of determinant (R2) = 0,787. Both formulations of parking demand models are required to predict the future's demand.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50527
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kornelius Septyo Pramudito
Abstrak :
ABSTRAK
Daya tarik perkotaan telah mendorong terjadinya urbanisasi yang ditandai dengan perpindahan penduduk dan perubahan kegiatan dari pertanian menjadi non pertanian. Secara fisik hal ini terlihat dari perembetan lahan terbangun ke wilayah pinggiran perkotaan. Sebagai daerah pinggiran Kota Jakarta, Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan yang tinggi dan alih fungsi lahan yang meluas. Sebagai wilayah penyangga, perkembangan wilayah perkotaan di Kabupaten Bogor tentu harus dikendalikan karena pertumbuhan perkotaan yang terjadi di wilayah ini tentu akan berdampak pada munculnya dampak negatif seperti berkurangnya lahan pertanian produktif. Penurunan jumlah lahan pertanian produktif ini tentu akan berdampak pada menurunnya jumlah produksi pangan dan mengakibatkan semakin lebarnya kesenjangan kebutuhan pangan yang harus dipenuhi. Tingginya konversi lahan menjadi lahan terbangun mendorong perlunya upaya pengendalian perkembangan lahan terbangun di Kabupaten Bogor. Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai pola perkembangan lahan terbangun dan pengaruhnya terhadap lahan pertanian serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan lahan terbangun. Penelitian ini bersifat experimental research dengan menggunakan teknik penelitian spatial statistik yang merupakan kombinasi pemanfaatan data statistik yang terdistribusi secara spasial yang ditampilkan dan dianalisis dengan menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG). Beberapa teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, analisis spasial, analisis korelasi dan anaisis kebijakan. Penelitian ini menggunakan data citra satelit LANDSAT dengan periode perekaman antara 2000, 2005 dan 2010. Untuk data sekunder penelitian ini menggunakan basis data Potensi Desa (PODES). Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa pola perkembangan lahan terbangun di wilayah perkotaan memiliki laju konversi dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi (14% per tahun dan indeks sprawl sebesar 3,61) sehingga ini akan mendorong perubahan lahan terbangun yang cukup pesat. Tetapi berdasarkan hasil uji korelasi, perkembangan lahan terbangun yang tinggi tersebut ternyata tidak memiliki hubungan korelasi terhadap penurunan jumlah luas lahan pertanian. Hal ini disebabkan kemampuan elastisitas lokasi lahan pertanian yang cenderung berpindah dan/atau meningkat luasannya pada daerah peralihan dan zobikotdes. Selain itu, faktor yang mempengaruhi pola perkembangan lahan terbangun secara berurutan tingkat pengaruhnya adalah (1) Ketersediaan jalan; (2) Kepadatan Penduduk, (3) Kesesuaian Lahan; (4) Rasio Jalan per luas lahan terbangun; (5) Rasio fasilitas kesehatan; (6) Jumlah Fasilitas Ekonomi; (7) Rasio jalan per penduduk (8) Jumlah Penduduk dan (9) jumlah rumah tangga pengguna listrik PLN.
ABSTRACT
The attractiveness of urban areas, has led to the occurrence of urbanization that is marked by the movement of population and activity changes from agricultural to non-agricultural. Physically , it is seen from the spillovers of built up area to the urban fringe areas. As a suburb of Jakarta , Bogor Regency influenced by high growth rates and widespread land conversion. As a buffer area , development of urban areas in Bogor Regency necessarily have to be controlled due to urban growth that occurred in the region will certainly have an impact on the emergence of negative impacts such as reduced productive agricultural land. The decrease in the number of productive agricultural land will certainly decrease the amount of food production and lead to the widening gap of food needs. The high conversion of land into built-up areas, requiring the need to control the development of the built up area in Bogor Regency. For that in this study will analyze the patterns of development of the built up area , and its effect on agricultural land as well as to identify the factors that influence the development of the built up area. This study is an experimental research study using spatial statistical techniques that combine the use of statistical data that are spatially distributed and displayed and analyzed using the Geographic Information System (GIS). Some of the analytical techniques used in this research is descriptive statistical analysis, spatial analysis, correlation analysis and policy analysis. This study uses LANDSAT satellite image data with recording period between 2000, 2005 and 2010. This study used secondary data obtained from the Village Potential data (PODES). Based on the results of this study found that the pattern of urban development in Bogor Regency has a high conversion rate and population growth (14 % per year and the sprawl index by 3.61 ) so that this will encourage changes in the built up area quite rapidly. But based on the results of the correlation, the correlation between the development of the built up area to decrease the amount of agricultural land showed no significant value. This happens due to the elasticity of the location capability of agricultural land is likely to shift and / or increase its range in the "daerah peralihan" and zobingkotdes. In addition , factors that influence the development of the built up area in sequence rate effect is (1) Availability of roads , (2) Population Density , (3) Land Suitability ; (4) Ratio Road to the extensive built-up area ; (5) Ratio of facility health, (6) number of facilities Economics ; (7) Ratio of road per resident (8) population and (9) the number of household users of electricity.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library