Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Rania Annisa
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam peringkat tiga tertinggi terkait penyebab kematian dan kecacatan pada anak-anak dan dewasa di seluruh dunia. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017, Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan persentase gejala ISPA pada balita tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Banten (6,3%) yaitu sebesar 5,8%. Jika dibandingkan dengan data SDKI 2012, prevalensi kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat juga mengalami kenaikan dari 4,1% di Tahun 2012 menjadi 5,8% di tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan gejala ISPA pada balita (6-59 bulan) di Provinsi Jawa Barat berdasarkan analisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan sampel yang bersumber dari data SDKI tahun 2017 sejumlah 1.356 responden balita usia 6-59 bulan. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor resiko yang berhubungan dengan Gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat adalah usia balita (PR 1,38; CI 95% 1,109–1,720) dan ASI eksklusif (PR 1,5; CI 95% 1,211–1,866). Kesimpulan dari penelitian ini adalah prevalensi kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat sebesar 51,3% dan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat adalah usia balita dan status ASI eksklusif. ......Acute Respiratory Tract Infection (ARI) is one of the diseases that is included in the third highest ranking of causes of death and disability in children and adults worldwide. Based on the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) data, West Java province is the province with the second highest percentage of ARI symptoms in children under five on Java Island after Banten province (6.3%) which is 5.8%. When compared with the 2012 IDHS data, the prevalence of ARI symptoms in children under five in West Java province also increased from 4.1% in 2012 to 5.8% in 2017. The purpose of this study was to determine the risk factors associated with symptoms. ARI in toddlers (6-59 months) in West Java Province based on data analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survei (IDHS). The results showed that the risk factors associated with ARI symptoms in children under five in West Java Province were toddler age (PR 1.38; 95% CI 1.109–1.720) and exclusive breastfeeding (PR 1.5; 95% CI 1.211–1.866). The conclusion of this study is that the prevalence of ARI symptoms in children under five in West Java Province is 51.3% and the risk factors associated with the incidence of ARI symptoms in children under five in West Java Province are toddler age and exclusive breastfeeding status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidding, K. A. H.
Bandung: Fakultas Sastra, Universitas Negeri Padjadjaran, 1972
959.82 HID at
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Pemerintah Propinsi Jawa Barat, 2005
R 959.824 WES
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nursahrizal
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membentuk dan menyajikan indeks komposit insiden kemiskinan menurut kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat sehingga dapat terlihat perbedaan tingkat kemiskinan antar kabupatenikota. Penelitian ini juga melakukan analisis Iduster menggunakan indikator insiden kemiskinan aspek ekonomi (4 variabel) dan aspek bukan ekonomi (6 variabel) untuk membentuk kelompok gabungan dari beberapa kabupaten/kota. Unit analisis dalam penelitian ini adalah wilayah kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat. Variabel tunggal (univariate) yang diperhatikan sebanyak 10 variabel kemiskinan yang terbagi menjadi dua aspek yaitu aspek ekonomi dan aspek bukan ekonomi. Variabel kemiskinan aspek ekonomi mencakup 4 variabel (EK1,EK2,EK3,EK4) dan aspek bukan ekonomi mencakup 6 variabel yang melihat dari sisi kesehatan (NEI, NE2) , perumahan (NE3, NE4), dan pendidikan (NE5, NE6). Penelitian mendapatkan fungsi faktor insiden kemiskinan aspek ekonomi (FAE), fungsi faktor insiden kemiskinan aspek bukan ekonomi (FBE), dan fungsi faktor insiden kemiskinan keseluruhan (FIK) dari analisis faktor. Selanjutnya, melakukan pembentukan indeks komposit yaitu IAE (indeks insiden kenskinan aspek ekonorni), IBE (indeks insiden kemiskinan aspek bukan ekonomi), dan IIK (indeks insiden kemiskinan). Nilai koefisien korelasi antara IAE, IBE dan IIK dengan HPI (Human Poverty Indeks) masing-masing adalah 0.822 , 0.793 dan 0.87 dengan tingkat signifikasi yang sangat kecil. Sementara itu, hasil analisis kluster membentuk tiga kelompok wilayah di provinsi Jawa Barat yaitu kelompok wilayah mencakup sebanyak 4 kota, wilayah II mencakup sebanyak 10 kabupaten dan wilayah III mencakup 8 kabupatenikota. Kabupaten/kota yang mempunyai nilai IIK terendah adalah kota Bekasi dan nilai IIK tertinggi adalah kabupaten Sukabumi. Kemiskinan pada kelompok wilayah II menunjukkan kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemiskinan provinsi Jawa Barat (Nilai IIK diatas 100). Tujuh kabupaten yang terklasifikasi buruk dan sangat buruk sehingga perlu mendapatkan prioritas dalam program pengentasan/penanggulangan kemiskinan yaitu kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Ciamis, Kuningan, Cirebon dan Bogor.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurwan Nugraha
Abstrak :
Minyak nilam merupakan salah satu komoditi ekspor yang dimiliki Indonesia yang cukup tinggi nilainya, namun demikian hal tersebut tidak bisa dirasakan manfaatnya secara signifikan di tingkat petani maupun penyuling sebagai produsen utama komoditas ini, ditambah lagi dengan masalah tingkat permintaan dunia yang kian tak seimbang dengan pertumbuhan produksi nilam di Indonesia. Fenomena terjadinya naik-turun harga komoditi minyak nilam memainkan peranan penting dalam perkembangan agroindustri komoditi ini. Banyak para pengusaha yang tidak dapat bertahan, akhirnya memberhentikan sementara atau bahkan menutup usahanya pada saat harga komoditi ini jatuh pada nilai terendah (< Rp.150.000). Begitupun juga sebaliknya, pada saat harga komoditi ini berada pada nilai tertinggi (> Rp.1.200.000), banyak pula bermunculan pemain-pemain baru pada bidang usaha ini, yang pada akhirnya hal ini juga menyebabkan terjadinya kembali penurunan harga komoditi ini. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk memperoleh faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi perubahan harga produk minyak nilam. Selain itu, perlu ditentukan faktor yang memiliki kontribusi pengaruh relatif lebih besar dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya terhadap perubahan harga produk minyak nilam di Jawa Barat. Faktor-faktor yang dijadikan konstruk atau variabel berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya adalah 1).Sistem Permodalan, 2).Peran Pemerintah, 3).Sumber Daya Manusia, 4).Sistem Pemasaran, 5).Ketersediaan Produk, 6).Kualitas Produk, dan 7).Harga sebagai variabel dependen. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah dengan mengaplikasikan Structural Equation Modeling yang diperoleh melalui pengolahan data dengan menggunakan software Lisrel 8.50 . Garis besar tahapan-tahapan di dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengujian terhadap model pengukuran masing-masing konstruk dan model struktural untuk dapat menjawab hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, semua variabel atau konstruk yang telah dihipotesiskan secara signifikan mempengaruhi terhadap kontruk harga produk minyak nilam, kecuali pengaruh konstruk sistem permodalan terhadap kualitas produk pada responden petani, dan pengaruh konstruk sistem permodalan terhadap ketersediaan produk pada responden penyuling. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, faktor yang memiliki nilai kontribusi terbesar pada kedua kelompok responden adalah pada faktor sistem pemasaran, sehingga disarankan pada pihak pemerintah sebagai salah satu stakeholder pada bidang agroindustri ini untuk dapat memfasilitasi terbangunnya sistem kemitraan yang dapat mempersatukan seluruh pihak yang terlibat pada rantai pemasaran komoditas minyak nilam ini, agar dicapai tujuan pengembangan agroindustri minyak nilam di Jawa Barat yang berkelanjutan dan dapat dijadikan salah satu motor penggerak ekonomi di daerah Jawa Barat.
Patchouli oil is one of export commodity of Indonesia that has high value. But however, this fact could not give any significant contribution to the prosperity of the farmers and distillers as the main producer of the commodity, and the other problem is the excelsior demand of the world is not followed by the increasing of the Indonesian patchouli oil production. The phenomena of price rise and fall by the commodity is playing the important role in the development of this agro industry. There are many distillers who could not survived due to the price fluctuation, finally given up the business, when the price falls to the lower level (< Rp.150.000). And so does when the situation changed to the highest level of price (> Rp.1.200.000), there will be a lot of new players to the business, that eventually leads to the falls of the commodity price. The objective of this research is to obtain the factors that significantly affect the price of the patchouli oil product. On the other hand, it necessary to determine the main factor that has a biggest contribution compared to the other factors toward the change of the commodity price. The factors taken based on the previous researchs are to become the constructs or variables on the research are 1).Capital System, 2).Government Roles, 3).Human Resources, 4).Marketing System, 5).Product Availability, 6).Product Quality, and 7).The Price of product as the dependent variable. The method of this research is by applying the Structural Equation Modeling that gained by mining the data using the Lisrel 8.50 software. The main steps on this method is to test the measurement of variables and structural model to answer the research hypothesis. Based on the conducted research, all the variables that have been hypothesised significantly affect toward the product price?s construct, except on the effect of capital system?s construct toward the product quality at farmers respondent, and on the effect of capital system?s construct toward the product availability at distillers respondent. Based on conducted test, the factor that has the biggest contribution among all others at both of sample groups is marketing system, so it suggested to the government, as one of the stakeholder of this agro industry to facilitate the partnership that could unite all the parties involved on the marketing chain of this commodity, in order to develop the sustainable patchouli oil agro industry in West Java to take the role of economic motor activator in West Java.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: Nissan Science Foundation, 1985
R 304.2 HUM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Sarwenda
Abstrak :

Hipertensi masih menjadi masalah utama penyakit tidak menular baik secara global maupun nasional. Tahun 2019 hipertensi berkontribusi terhadap 10,8 juta kematian dan 235 juta kecacatan di dunia. Hipertensi terus mengalami peningkatan di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2013 (29,4%) hingga tahun 2018 (39,51%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan faktor risiko level individu, rumah tangga, dan Kab/Kota secara bersamaan terhadap kejadian hipertensi. Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dengan teknik analisis multilevel, dan pengumpulan data dilakukan secara sekunder. Penelitian ini dilaksanakan dari Maret-Juni 2024. Penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 46438 responden dari data survey Riskesdas 2018. Penelitian ini menunjukkan bahwa level individu merupakan level yang paling besar kontribusinya terhadap kejadian hipertensi (VPC=75,79%), adapun faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipertensi diantaranya faktor umur (umur≥60; OR=17,57), pendidikan (pendidikan rendah; OR=1,31), dan gangguan mental emosional/GME (individu dengan GME; OR=1,10). Kemudian diikuti oleh level rumah tangga (VPC=29,40%), dan kontribusi paling kecil yaitu level kabupaten/kota (VPC=4,81%), hasil analisis terhadap variabel-variabel kontekstual di level rumah tangga dan level kabupaten/kota menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi. Penelitian ini merekomendasikan program intervensi lebih difokuskan pada faktor-faktor di level individu yaitu berdasarkan kelompok usia, meningkatkan edukasi/kampanye terkait hipertensi, dan intervensi terhadap GME di masyarakat. ......Hypertension remains a major non-communicable disease problem both globally and nationally. In 2019, hypertension contributed to 10.8 million deaths and 235 million disabilities in the world. Hypertension continues to increase in West Java Province from 2013 (29.4%) to 2018 (39.51%). This study aims to analyze the role of individual, household, and district/city-level risk factors simultaneously on the incidence of hypertension. The design of this study was a cross-sectional study with multilevel analysis techniques, and data collection was carried out secondarily. This study was conducted from March to June 2024. This study used a total sampling of 46438 respondents from the 2018 Riskesdas survey data. This study shows that the individual level is the level that contributes the most to the incidence of hypertension (VPC=75.79%), while the factors that increase the risk of hypertension include age (age ≥60; OR=17.57), education (low education; OR=1.31), and mental-emotional disorders/MED (individuals with MED; OR=1.10). Then followed by the household level (VPC=29.40%), and the smallest contribution is the district/city level (VPC=4.81%), the results of the analysis of contextual variables at the household level and district/city level showed no significant influence on the incidence of hypertension. This study recommends that intervention programs focus more on factors at the individual level, namely interventions based on age groups, improving education/campaigns related to hypertension, and interventions on mental-emotional disorders in the community.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yadrison
Abstrak :
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah yang karena lokasi dan kondisi geografisnya termasuk dalam daerah yang rawan bencana, terutama bencana alam seperti banjir, tanah Iongsor, gempa bumf tektonik, gempa bumi vulkanis dan bencana kebakaran. Oleh karena itu, diperlukan adanya kewaspadaan dan kesiapan dari segenap unsur terkait yang mempunyai fungsi dibidang penanggulangan bencana dan perlindungan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap implementasi fungsi penanggulangan bencana pada Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk membahas implementasi fungsi Program Penanggulangan Bencana yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Barat; dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses penanggulangan bencana di Provinsi Sumatera Barat. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan studi kepustakaan, teknik wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan dengan 4 informan dari unsur pemerintah serta 10 informan dari unsur masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat lokal yang dianggap mewakili masyarakat Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi penelitian. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian maka didapat pokokpokok kesimpulan sebagai berikut : Implementasi Fungsi Program Penanggulangan Bencana sebelum terjadi bencana oleh Badan Kesbang Linmas Provinsi Sumatera Barat. meliputi penyusunan kebijakan penanggulangan bencana yang dilakukan secara terkoordinasi dengan melibatkan instansi-instasi pemerintah serta stakeholders yang terkait dalam implementasi program penanggulangan bencana. Kegiatan yang dilakukan antara lain membuat peta daerah-daerah rawan bencana dan menginformasikannya kepada pihak-pihak terkait; menyusun potensi Linmas dan Satgas PBP; menetapkan daerah-daerah alternatif pengungsian; menyusun program PBP; mengadakan kegiatan pendidikan dan pelatihan; Geladi Posko dan Geladi Lapangan PBP; menyusun Prosedur Tetap (Protap) PBP; dan menetapkan anggaran PBP dalam APBD Provinsi Sumatera Barat. Implementasi Fungsi Program Penanggulangan Bencana saat terjadi bencana oleh Badan Kesbang Linmas Provinsi Sumatera Barat meliputi kegiatan peningkatan dan pengerahan sumber daya penanggulangan bencana; kegiatan relokasi dan rekonstruksi serta pelaksanaan rehabilitasi mental korban bencana; kegiatan peningkatan peranserta masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana, penyelamatan dan rehabilitasi korban bencana; dan kegiatan sosialisasi kewaspadaan terhadap ancaman dan akibat bencana. Implementasi Fungsi Program Penanggulangan Bencana sesudah terjadi bencana Dinas Badan Kesbang Linmas Provinsi Sumatera Barat meliputi kegiatan pelaporan jumlah korban bencana, perkiraan jumlah kerugian, jumlah kebutuhan rehabilitasi/rekonstruksi dan rencana penempatan kembali korban bencana kepada Menteri Dalam Negeri dan Ketua BAKORNAS PBP; serta pemberian bantuan rehabilitasi dan atau rekonstruksi pemukiman, fasilitas sosial dan fasilitas umum di daerah rawan bencana; dan mendorong terciptanya situasi dan kondisi bagi kelancaran kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Implementasi Fungsi Program Penanggulangan Bencana oleh Badan Kesbang Linmas Provinsi Sumatera Barat sudah sesuai dengan kebijakan BAKORNAS PBP, dan secara prinsip sudah selaras dengan teori Manajemen Risiko sebagaimana yang disekripsikan oleh Asian Disaster Preparedness Center, namun secara teknis masih menunjukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut : kebijakan penanggulangan bencana tidak tersosialisasi secara efektif kepada masyarakat di daerah-daerah rawan bencana; tidak ada penggalangan secara khusus sumber daya masyarakat di lokasi-lokasi bencana atau rawan bencana; pemberian bantuan sangat terlambat, jumlah bantuan tidak mencukupi, dan kontribusi Pemerintah Provinsi lebih kecil bila dibanding dengan kontribusi Pemerintah Kabupaten; penggalangan peranserta masyarakat di lokasi-lokasi bencana/rawan bencana dari pemerintah Provinsi/Badan Kesbang Linmas tidak ada.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecep Dani
Abstrak :
Semangat Kerja pegawai pada Kanwil Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat masih rendah, hal ini terlihat antara lain dari indikator-indikator berikut ini Disiplin pegawai rendah, dalam bidang kepegawaian banyak dialami keluhan-keluhan, keresahan, dan perasaan ketidakpuasan, serta Produktivitas, hasil kualitas maupun kuantitas cenderung menurun. Masalah tersebut di atas diduga disebablkan antara lain oleh pelaksanaan Kepemimpinan yang kurang sesuai keinginan. Teknik-teknik Kepemimpinan, kurangnya pemberian motivasi belum sepenuhnya sesuai dengan teknik komunikasi vertikal dan komunikasi saat ini lebih banyak dari atas ke bawah ( Top down) dibanding dari bawah ke atas (bottom up). Tujuan penelitian ini adalah untuk :mengetahui lebih jauh tentang pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan Komunikasi terhadap Semangat Kerja pegawai di lingkungan Kanwil Badan pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat, serta diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran untuk perbaikan pada pelaksanaan Kepemimpinan, pemberian motivasi serta dalam pelaksanaan Komunikasi di Kanwil Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis koefisien determinasi dengan derajat kepercayaan 5 %, taraf kesalahan 5 %, maka diperoleh hasil perhitungan :
- Pengaruh Kepernimpinan terhadap Semangat kerja sebesar 81,75 %. Pengaruh Motivasi terhadap semangat Kerja pegawai sebesar 83,88 %.
- Pengaruh Komunikasi terhadap Semangat Kerja pegawai sebesar 80,29 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kepemimpinan, Motivasi dan Komunikasi memberikan pengaruh yang kuat terhadap Semangat Kerja pegawai di lingkungan Kanwil Badan Pertanahan Nasional propinsi Jawa Barat. Dilain pihak berdasarkan pengujian t-test Satu Sampel, dalam pelaksanaannya variabel-variabel tersebut masih rendah.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyat Miko
Abstrak :
Gizi buruk merupakan kekurangan gizi tingkat berat terutama pada anak-anak umur dibawah lima tahun (balita) dan merupakan salah satu masalah gizi utaman di Indonesia yang perlu ditanggulangi karena berdampak terhadap kesehatan dan Human Devolopment Index manusia Indonesia 15-20 tahun yang akan datang. Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah social, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antara wilayah ataupun antara kelompok masyarakat, bahkan akar masalah ini dapat berbeda antara kelompok usia balita. Kondisi krisis ekonomi sejak tahun 1997 dan tentu berkelanjutan sampai saat ini, menyebabkan daya beli pada masyarakat secara umum menjadi menurun, karena disatu pihak relatif banyak yang kehilangan sumber mata pencaharian sementara di pihak lain adanya peningkatan harga barang dan jasa. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan dan gizi masyarakat, terutama balita. Masalah gizi pada anak balita di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat dari tahun ketahun cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi khususnya gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita umur 6 bulan sampai < 5 tahun di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat tahun 2002. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metoda potong lintang (cross sectional)1. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dan anak balita umur 6-60 bulan dengan jumlah sampel sampel sebanyak 758, 5 desa di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Analisis data dilakukan dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Di masa yang akan datang dalam pemilihan dan perencanaan upaya yang berkaitan dengan masalah gizi buruk ini agar mempertimbangkan ukuran dampak potensial yang berkontribusi terhadap terjadinya kasus gizi buruk pada anak balita. Dalam melakukan intervensi untuk memperbaiki status gizi anak umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun di Kecamatan Bojongasih agar memperhatikan kedelapan variabel diatas yang berpengaruh munculnya kejadian KEP dan perlu penelitian lebih lanjut dengan melihat pola asuh anak dengan desain yang sama scara skala besar.
Severe Malnutrition is the chronic nutrient deficiency, which usually occurs at under five years old children. It also the main nutrient problems in Indonesia that should have to decline and reducing it's effects to health and Indonesians Human Development Index for the next 15 - 20 years. The nutrition problem has a very wide dimension, not just public health problems but also social, economic, culture, care, education, and environment. The ignitions of nutrition problems in one region or society to another could be different, in fact the occurrence among under five years old children could be different. Indonesia's economic crisis conditions in 1997 and still continuing today caused public's purchasing power decreasing generally, as effect of un-employments and the raise of goods and services prices. Those conditions could make worst for public's health and nutrients, especially toddlers. Nutrient problems in West Java Province inclination increase years after years. The goals of this research is to search the connection factors of severe malnutrition incidences, age between 6 months - 60 months at Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya, in 2002. This research is an observational research with cross sectional method. The respondents of this research are the mothers that have children of under five years, with the numbers of sample is 758. The conclusion of the research, that eight variables status has a significant connection to incidence severe malnutrition cases, therefore any dealing and prevention acts with public's nutrients and health problems should pay attention to that variables by doing full planning works. In determining and planning acts to prevent the nutrient problems, we have to considering the potential effect values that make contributions to severe malnutrition cases.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>