Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Ramadhan Eka Putra
"Indonesia mengalami pertumbuhan permintaan energi yang pesat, dengan kebutuhan energi listrik nasional meningkat sebesar 31% pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Potensi energi terbarukan di Indonesia, terutama tenaga surya, sangat besar dan dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan energi yang berkelanjutan. Namun, kemunculan teknologi baru baru seringkali dihadapkan pada masalah penerimaan sosial masyarakatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerimaan sosial dengan menggunakan metode Willingness to Adopt (WTA) bagi penduduk yang bermukim di Pulau Jampea dan Pulau Bembe di Sulawesi Selatan terhadap panel surya berdasarkan karakteristik pengetahuan dan sikap mereka serta kebutuhan listrik rumah tangga, dengan mempertimbangkan perbedaan geografis antara pulau yang terfasilitasi oleh PLN dan yang belum. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap penduduk berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, serta menggunakan data profil desa sebagai data pendukung. Analisis spasial dilakukan dengan cara mengasosiasikan karakteristik lokasi informan, dengan pengetahuan dan sikap mereka, serta kebutuhan listrik rumah tangga dengan tingkat WTA panel surya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 informan, sebanyak 18 informan menunjukkan adanya tingkat WTA yang tinggi (willing), 26 informan pada WTA sedang (conditional willing), sedangkan 4 informan lainnya menunjukkan WTA yang rendah (unwilling). Kesimpulan penelitian yang dihasilkan menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap WTA panel surya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap positif, kondisi ekonomi, dan kondisi kelistrikan yang terbatas. Secara geografis, temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat di pulau yang belum mendapatkan fasilitas listrik dari PLN memiliki WTA yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat di pulau yang sudah dilayani oleh PLN. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses listrik yang mendorong masyarakat di pulau-pulau tersebut untuk mencari alternatif energi yang lebih berkelanjutan.
Indonesia is experiencing rapid growth in energy demand, with national electricity needs increasing by 31% in 2022 compared to the previous year. However, meeting these electricity needs still relies heavily on fossil fuels, which negatively impact the environment. Indonesia's potential for renewable energy, especially solar power, is vast and could provide a sustainable solution to energy needs. Nonetheless, the introduction of new technologies often faces challenges related to societal acceptance. This study aims to analyze social acceptance using the Willingness to Adopt (WTA) method among residents of Jampea Island and Bembe Island in South Sulawesi towards solar panels, based on their knowledge, attitudes, and household electricity needs, while considering geographic differences between islands with and without PLN services. Data collection involved interviews with residents based on their location, supported by village profile data. Spatial analysis was conducted by associating informants' location characteristics with their knowledge and attitudes, as well as household electricity needs, to determine the level of WTA for solar panels. The results indicate that out of 48 informants, 18 showed a high level of WTA (willing), 26 had a moderate level of WTA (conditionally willing), and 4 had a low level of WTA (unwilling). The study concludes that factors influencing WTA for solar panels include knowledge levels, positive attitudes, economic conditions, and limited electricity supply. Geographically, the findings suggest that residents on islands without PLN electricity services have a higher WTA compared to those on islands served by PLN. This is due to limited access to electricity, which drives residents on these islands to seek more sustainable energy alternatives."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tuti Ita Kuswati
"Di tengah persaingan kerja yang cukup ketat dan banyaknya para pencari kerja, justru para karyawan yang bekerja di lembaga keuangan konvensional dengan rela berhenti dari pekerjaannya. Padahal gaji dan jabatan mereka di lembaga keuangan konvensional terbilang sangat menarik, namun mereka tanpa dipaksa bersedia mengundurkan diri dari pekerjaan. Ketika mereka ditanya alasannya, mereka selalu menjawab bahwa pekerjaan mereka adalah haram. Berawal dari hal ini dan dengan memerhatikan teori tentang hubungan religiusitas dan berhenti bekerja (turnover intention), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh religiusitas terhadap kesediaan para karyawan lembaga keuangan konvensional untuk berhenti dari pekerjaannya. Dengan menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap variabel “berhenti bekerja’ (turnover intention), nilai willingness to accept (WTA) digunakan sebagai variabel dependennya. Berdasarkan hasil tinjauan pustaka, diketahui bahwa nilai WTA dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi seseorang. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh kedua hal tersebut, yaitu religiusitas dan latar belakang sosial ekonomi terhadap nilai WTA seorang Muslim. Hasil regresi Ordered Logit Model (OLM) menunjukkan bahwa latar belakang sosial ekonomi seorang Muslim (gaji, jenis kelamin, dan pendidikan) berpengaruh signifikan positif terhadap nilai WTA seorang Muslim. Religiusitas berpengaruh negatif terhadap nilai WTA, namun tidak signifikan. Temuan lain dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata WTA yang bersedia diterima seorang Muslim sebagai kompensasi untuk berhenti bekerja dari lembaga keuangan konvensional adalah Rp 5.711.009. Nilai ini bisa menjadi referensi bagi lembaga keuangan syariah dalam menentukan gaji para karyawannya.
In the midst of fierce job competition and the large number of job seekers, employees who work in conventional financial institutions are willing to quit their jobs. Even though their salaries and positions in conventional financial institutions are very attractive, they are without being forced to resign from their jobs. When they are asked why, they always answer that their work is haram. Starting from this and by paying attention to the theory of the relationship of religiosity and stop work (turnover intention), this study aims to analyze the effect of religiosity on the willingness of conventional financial institution employees to quit their jobs. By using a different approach to the variable "stop working" (turnover intention), the value of willingness to accept (WTA) is used as the dependent variable. Based on the literature review, it is known that the value of WTA is influenced by a person's socioeconomic background. Therefore, this study seeks to analyze the influence of these two things, namely religiosity and socioeconomic background on the value of a Muslim's WTA. Results of Ordered Logit Model (OLM) show that the socioeconomic background of a Muslim (salary, sex, and education) significantly positively influences the value of a Muslim's WTA. Religiosity negatively affect value of WTA but not significanly. Another finding in this study is that the average value of a WTA that a Muslim is willing to accept as compensation for stopping working from a conventional financial institution is Rp 5.711.009. This value can be a reference for Islamic financial institutions in determining the salaries of their employees."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cucun Roslina
"Sejak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil alih kegiatan pengelolaan sampah di TPST Bantargebang menjadi swakelola, dasar penganggaran dana kompensasi yang dianggarkan setiap bulannya tidak lagi menggunakan prosentase dari biaya pengolahan sampah yang dibayarkan kepada pihak swasta. Untuk itu diperlukan suatu rumusan sebagai dasar penganggaran dana kompensasi yang baru. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya mencari dasar penganggaran dana kompensasi yang lebih menggambarkan nilai kerugian yang dirasakan oleh masyarakat. Metode survei dilakukan untuk mengetahui kesediaan masyarakat terhadap besaran dana kompensasi yang ingin mereka terima (willingness to accept) sebagai akibat kerusakan lingkungan. Hasil survei menunjukkan bahwa dana kompensasi yang mereka terima saat ini masih dibawah kerugian akibat kerusakan lingkungan, mengingat perbaikan untuk kerusakan lingkungan belum tangani secara komprehensif dan dampaknya masih harus mereka terima dalam jangka panjang. Selama belum ada perbaikan lingkungan yang signifikan, hasil analisis willingness to accept pada penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penganggaran bagi dana kompensasi.
Since the Provincial Government of Jakarta takes over waste management activities in Bantargebang Integrated Waste Disposal Site (TPST) and makes it self-managed, the budgeting for monthly compensation funds is no longer based on the percentage of waste management fee paid to the private operator. It is therefore required a formula as the new basis for compensation funds budgeting. This study aims to seek a compensation funds budgeting basis that better reflects the loss value experienced by the community. A survey method is conducted to find out the people's willingness to accept the amount of funds they wish to receive to compensate the environmental damage. The survey results indicate that the compensation they receive is still under the value of loss from environmental damage, given the environmental damage that has not been fixed comprehensively and the long-term impact they will have to face. As long as there is no significant environmental improvement, the willingness to accept analysed in this study can be used as the basis for compensation funds budgeting."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library