Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru Mukti
Abstrak :
Vaksinasi merupakan upaya kesehatan preventif terhadap penularan penyakit infeksi, terutama oleh bakteri dan virus. Vaksin hepatitis B yang tersedia di pasar berbentuk suspensi cair yang sensitif terhadap panas. Penelitian dilakukan untuk menghasilkan formula vaksin hepatitis B yang dapat dikelola di luar sistem rantai dingin. Optimisasi pada alat pengering menunjukkan bahwa formula vaksin cair dapat dikeringkan dan dimonitor untuk menghasilkan serbuk vaksin yang berkualitas. Teknik pengeringan yang digunakan meliputi : spray drying, freeze drying dan vacuum drying. Formula vaksin yang disiapkan sebanyak 6 sampel dengan kode A sampai F yang merefleksikan komposisi bahan pengisi dan teknik pengeringan. Serbuk vaksin dikarakterisasi secara fisik, kimia dan potensi antigenik serta dilakukan uji stabilitas dipercepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pengeringan berpengaruh terhadap penurunan pH dan potensi antigenik vaksin. Kombinasi trehalosa dan mannitol tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap pH dan potensi relatif vaksin kering. Vaksin yang dikeringkan secara freeze drying dengan komposisi trehalosa: mannitol 7:3 menunjukkan potensi relatif secara in vitro sebesar 97,78 dan in vivo 35,6 serta berpotensi untuk dikelola di luar sistem rantai dingin. ......Vaccination is a preventive health measure against the transmission of infectious diseases, especially by bacteria and viruses. Hepatitis B vaccines are available in the market in the form of liquid suspensions that is heat sensitive. The study was conducted to produce the hepatitis B vaccine formula which can be managed out of the cold chain system. Optimization of the drying instrument indicates that liquid vaccine formula can be dried and monitored to produce quality vaccines powder. Drying techniques used include spray drying, freeze drying and vacuum drying. Vaccine formulas were prepared as much as 6 samples with codes A through F, which reflects the composition of fillers and drying techniques. The powder vaccine was characterized by physical, chemical and antigenic potential as well as an accelerated stability test. The results showed that the drying technique affecting the decrease of pH and the potential of antigenic vaccine. The combination of trehalose and mannitol did not provide a significant difference to the pH and the relative potency of dried vaccine. The vaccine which was dried by freeze drying with the composition of trehalose mannitol 7 3 showed the relative potency in vitro at 97,78 and in vivo at 35,6 and has an opportunity to be managed out of the cold chain system.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T47878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suchi Rahmadani
Abstrak :
Etanol tidak hanya menyebabkan mabuk, akan tetapi pada tingkat tertentu dapat menyebabkan kematian. Oleh karena efek samping etanol yang cukup membahayakan bila terdapat dalam kadar yang cukup besar dan penetrasinya yang relatif mudah maka penting untuk mengetahui seberapa besar kadar etanol di dalam tubuh, khususnya pada pekerja pabrik minuman beralkohol. Metode kromatografi gas (KG) dengan menggunakan kolom kapiler CBP-10 dan detektor FID telah dicoba dan divalidasi untuk mendeteksi dan menetapkan kadar etanol dalam darah. Kondisi KG yang digunakan adalah sistem isotermal dengan suhu kolom 600C. Helium digunakan sebagai gas pembawa dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan 1-propanol sebagai baku dalam. Metode ini linier dalam rentang konsentrasi 0,001-0,8% v/v dengan koefisien korelasi 0,9998. Lower limit of quantification (LLOQ) adalah 0,001% v/v. Metode ini divalidasi dengan presisi (CV) 0,53-3,47% dan akurasi (%diff) -3,86-7,46%. Perolehan kembali etanol bervariasi dari 96,14-107,46%. Hasil dari validasi metode memenuhi untuk kriteria yang diberikan.
Universitas Indonesia, 2007
S32634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryogi Rama Putra
Abstrak :
Latar belakang: Bayamduri (Amaranthus spinosus L.) adalah herbal tradisional yang digunakan untuk pengobatan malaria dan belum banyak data penelitian tentang ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas skizontisidal ekstrak air bayam duri (Amaranthus spinosus L) (EABD) terhadap mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei secara in vivo. Metode: Mencit jantan (galur Balb/c) dengan berat 28-30 g, 7-8 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Kelompok K: kontrol, Kelompok A: kontrol negatif, 2 Kelompok perlakuan (B dan C). Kelompok B: ekstrak Amaranthus 120 mg/kgBB, 1 kali per hari selama 4 hari. dan kelompok C: klorokuin 10 mg/kgBB sekali sehari selama 3 hari. Seluruh perlakuan diberikan melalui oral. Hasil: Aktivitas skizontisidal darah terlihat pada semua kelompok perlakuan (B dan C), Aktivitas tertinggi terlihat pada kelompok B yaitu 91,20 ± 0,73 %, sedang kelompok C sebesar 88,92 ± 1,10 %. Kedua kelompok berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kontrol, p≤0,05, namun kedua kelompok tidak berbeda bermakna satu sama lain, p≥0,05. Terjadi peningkatan berat badan pada kelompok EABD yang hampir sama dengan kelompok kontrol dan lebih besar dibanding kelompok klorokuin (7,6 % vs 7,05% dan 5,48%). Kesimpulan: Ekstrak air bayam duri (Amaranthus spinosus) (EABD) dosis 120 mg/kgBB menunjukkan aktivitas skizontisidal darah yang sama baik dengan pemberian klorokuin 10 mg/kgBB terhadap mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei secara in vivo. ......Background: Amaranthus spinosus is a traditional herb used for the treatment of malaria, but the information of it?s activity still limited. The aim of this study was to determine the schizonticidal effect of a water extract of Amaranthus spinosus against Plasmodium berghei-infected mice. Methods: Male mice (Balb/c strain) weighing 28-30 g, 7-8 weeks old, were randomly devided into 4 groups of 5 animals each. Group K: controls (nil), Group A: negative controls, and 2 treatment groups (B and C). Group B: Amaranthus 120 mg/kgBW, once per day for 4 days and group C: Chloroquine 10 mg/kgBW, once a day for 3 days. All treatments administrated orally. Results: Blood schizonticidal activity was seen in all treatment groups, the highest activity was seen in group B ( 91.20 ± 0.73%), and group C was 88.92 ± 1.10%. Both groups were significantly different compared to control, p≤0,05), but there were no different within both group. An increase in body weight in group B are almost the same as group K and greater than group C (7.6% vs 7.05% and 5.48%). Conclusion: The Amaranthus spinosus water extract (ASWE) at a dose 120 mg/kgBW demonstrated a good blood schizonticidal activity as well as chloroquine against Plasmodium berghei-infected mice.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gugum Permana
Abstrak :
Carbon nanotubes CNT merupakan terobosan penghantar obat kanker yang mampu menuju ke dalam sel dengan meminimalisasi kerusakan jaringan normal di luar jaringan kanker. Fungsionalisasi dilakukan untuk memperbaiki dispersibilitas dan toksisitas CNT sehingga mampu memenuhi standar penghantar obat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan HCl terhadap dispersibilitas dan toksisitas akut CNT. Fungsionalisasi menggunakan campuran H2SO4 6M dan HNO3 6M dan HCl dengan variasi molaritas sebesar 6M, 8M, 10M dan 12M. CNT yang telah difungsionalisasi f-CNT dikarakterisasi dengan FTIR, Uji dispersi, dan SEM-EDS serta dilakukan pengujian toksisitas akut in vivo. Karakterisasi menunjukkan bahwa f-CNT dengan konsentrasi HCl 10 molar memiliki kandungan oksigen tertinggi sebanyak 6,84, dispersibilitas selama lebih dari 24 hari dan bersifat praktis tidak toksik setelah di uji menggunakan uji toksisitas akut selama 14 hari. ......Carbon nanotubes CNT are novel strategy for cancer drug delivery and equipped with a cell targeting agent to increase target specificity. Functionalization needed to fix the dispersibility and toxicity of CNT as a drug delivery. This study aims to obtain The Effect of Optimation Hydrochloric Acid HCl against dispersibility and toxicity. Functionalization used a mixture of 6 M HNO3 and 6 M H2SO4 and variation of HCl molarity from 6M, 8M, 10M, and 12 M. Functionalized CNT f CNT were characterized by FTIR, dispersion tests, SEM EDS and acute toxicity In vivo. The characterization resulted f CNT with HCl concentration 10M has the best oxygen percentation from functionalization for 6,84, dispersion up to 24 days and practical non toxic after using acute toxicity method for 14 days.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hegar Ayu Utami
Abstrak :
School refusal behavior (SRB) merupakan penolakan anak untuk datang ke sekolah atau mengikuti pelajaran di kelas sampai dengan jam sekolah usai (Kearney, 2007). Pada penelitan ini, peneliti memberikan intervensi modifikasi perilaku dengan metode in vivo desensitization pada anak laki-laki berusia 10 tahun yang menunjukkan perilaku school refusal karena dilatari motif menghindari pelajaran yang sulit. Intervensi terdiri dari dua kali sesi latihan relaksasi dan 15 kali sesi exposure ke sekolah. Hasil penelitian menunjukkan di akhir sesi anak berhasil kembali masuk ke sekolah dan mengikuti seluruh pelajaran termasuk yang ditakuti. Terlihat juga penurunan masalah perilaku di pagi hari sebelum berangkat sekolah.
School refusal behavior (SRB) refers to a child's difficulty attending school or remaining in classes for an entire day (Kearney, 2007). This present research utilized behavior modification for a 10 years old boy who refused school in order to avoid difficult subjects with in vivo desensitization technique. Treatment consisted of 2 relaxation training sessions and 15 school exposure sessions. In the end of the session, the boy achieved the target behavior, by attending school and staying in all classes included the subjects he feared of. This study also showed the decrease of morning behavior problem.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia;, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Karolina
Abstrak :
Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan dalam peralatan keseharaian. Penambahan zat tertentu pada alat berbahan plastik ini diketahui dapat menambah kualitas, yaitu lebih elastis, kuat dan tahan lama. Salah satu bahan aditif yang biasa digunakan yaitu ftalat. Senyawa ftalat dapat berpotensi menghasilkan terjadinya DNA adduct. Penelitian ini mempelajari mengenai pembentukan 8-OHdG akibat paparan senyawa ftalat dan logam Cu (II) secara in vitro dan in vivo pada tikus (Rattus novergicus). Pembentukan 8-OHdG dianalisa secara in vitro dengan menggunakan HPLC, dengan variasi pH, waktu inkubasi dan perbandingan konsentrasi. Sedangkan secara in vivo pada tikus, sampel darah dianalisa menggunakan ELISA Kit dan sampel urin menggunakan instrumen LC-MS/MS. Secara umum, konsentrasi 8-OHdG paling besar pada sampel 2-dG diinkubasi dengan kombinasi larutan H2O2, ftalat, dan Cu (II). Pada studi in vitro dengan variasi pH menunjukkan konsentrasi 8-OHdG yang lebih tinggi pada pH 7,4; pada variasi waktu inkubasi lebih besar kosentrasi 8-OHdG pada 32 jam; dan pada variasi konsentrasi lebih besar pada perbandingan 1:20. Hasil studi in vivo menggunakan ELISA Kit, konsentrasi 8-OHdG yang terbentuk menunjukkan nilai paling besar pada sampel darah kelompok tikus terpapar ftalat kombinasi Cu (II) yaitu 5,26 ppb; kelompok tikus terpapar ftalat sebesar 4,29 ppb; dan kelompok tikus kontrol (tanpa paparan) sebesar 2,58 ppb. Sedangkan uji in vivo menggunakan LC-MS/MS pada sampel urin tikus juga menunjukkan konsentrasi 8-OHdG paling besar pada tikus kelompok ftalat kombinasi Cu (II) sebesar 174,1 ppb; dan tikus kelompok ftalat sebesar 156,5 ppb. ......Plastic is a material that is widely used in everyday appliances. The addition of certain substances to plastic tools is known to add quality, namely more elastic, strong and durable. One of the additives commonly used is phthalate. Phthalate compounds can potentially produce DNA adducts. This research studies the formation of 8-OHdG due to exposure to phthalate compounds and Cu (II) metal in vitro and in vivo in rats (Rattus novergicus). The formation of 8-OHdG was analyzed in vitro using HPLC, with variations in pH, incubation time and concentration ratio. While in vivo in rats, blood samples were analyzed using ELISA Kit and urine samples using LC-MS/MS instrument. In general, the concentration of 8-OHdG was greatest in 2-dG samples incubated with a combination of H2O2, phthalate, and Cu (II) solutions. In vitro studies with variations in pH showed higher concentrations of 8-OHdG at pH 7.4; at variations in incubation time the concentration of 8-OHdG was greater at 32 hours; and at variations in concentration greater at a ratio of 1:20. The results of the In vivo study using ELISA Kit, the concentration of 8-OHdG formed showed the greatest value in the blood samples of the rat group exposed to phthalate combined with Cu (II), which was 5.26 ppb; the rat group exposed to phthalate was 4.29 ppb; and the control rat group (without exposure) was 2.58 ppb. While the In vivo test using LC-MS/MS on rat urine samples also showed the highest concentration of 8-OHdG in rats of the Cu (II) phthalate combination group at 174.1 ppb; and rats of the phthalate group at 156.5 ppb.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Delly Apriyarni
Abstrak :
Peningkatan DNA adduct yaitu 8-OHdG dipengaruhi oleh adanya xenobiotik yang bersifat toksik dan karsinogenik. Xenobiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah paraquat diklorida sebagaimana diketahui paraquat diklorida merupakan pestisida golongan II berdasarkan WHO yang memikili efek berbahaya karena dapat menyebabkan mutasi gen sehingga berdampak karsinogenik. Penambahan ion logam Cu(II) dan Ni(II) sebagai media yang dapat berekasi dengan hidrogen peroksida untuk mengahasilkan reaksi Fenton. Rekasi fenton akan menghasilkan hidroksil radikal yang dapat menyebabkan peningkatan stress oksidatif sehingga menghasilkan rekatif oksigen spesies (ROS) yang berakibat pada mutasi DNA. Pada penelitian ini baik secara in vitro maupun in vivo diperoleh hasil bahwa dengan penambahan dua ion logam, Cu(II) dan Ni(II), menghasilkan efek yang supresif, artinya nilai konsentrasi 8-OHdG yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan nilai masing-masing logam. Hal itu disebabkan ion logam Ni(II) akan menekan oksidasi DNA sehingga oksidasi DNA dengan ion logam Cu(II) akan terganggu. 8-OHdG terbanyak diperoleh dengan pencampuran paraquat diklorida dan ion logam Cu(II). Kajian in viro ini menggunakan kondisi inkubasi pada suhu 370C mewakili kondisi tubuh dan pH 7,4 serta 8,4 dengan waktu inkubasi 24 jam dan 6 jam. Diperoleh untuk kadar 8-OHdG dari ion logam Cu(II) dan paraquat diklorida sebesar 101,48 ppb dan 134,60 ppb. Sedangkan nilai kadar urin dan serum dari proses in vivo hari 14 dan 28 adalah 6,76 ppb& 3,48 ppb dan 1,22 ppb dan 0,76 ppb. ......Increased DNA adduct, which is 8-OHdG is influenced by the presence of xenobiotics which are toxic and carcinogenic. Xenobiotics used in this study are paraquat dichloride, known as paraquat dichloride, a group II pesticide based on WHO which has a dangerous effect because it can cause gene mutations, so it has a carcinogenic impact. Adding Cu(II) and Ni(II) metal ions as a medium can reject hydrogen peroxide to produce Fenton reactions. Fenton's reaction will produce radical hydroxyl, which can cause an increase in oxidative stress to have oxygen species (ROS), resulting in DNA mutations. In this study, both in vitro and in vivo obtained the result that the addition of two metals, Cu(II) and Ni(II) ions, produced a suppressive effect, meaning that the 8-OHdG concentration value obtained was smaller than the respective values metal. That is because Ni(II) metal ions will suppress DNA oxidation, so DNA oxidation with Cu(II) metal will be disrupted. 8-OHdG is obtained by mixing paraquat dichloride and Cu(II). In vitro study uses incubation conditions at 370C, representing the condition of the body and pH of 7.4 and 8.4 with an incubation time of 24 hours and 6 hours. They obtained 8-OHdG levels of Cu(II) metal ions and paraquat dichloride of 101.48 ppb and 134.60 ppb. While the concentration of urine and serum from in Vivo process days 14 and 28 is 6.76 ppb & 3.48 ppb and 1.22 ppb and 0.76 ppb.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Nabila
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian secara in vitro telah membuktikan jahe (Zingiber officinale Rosc.) dan kayu secang (Caesalpinia sappan L.) memiliki aktivitas antitrombotik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji khasiat kombinasi kedua tanaman tersebut secara in vivo dengan parameter waktu perdarahan (bleeding time) dan angka harapan hidup (survival rate). Enam puluh enam (66) ekor mencit dibagi ke dalam dua percobaan (bleeding time dan survival rate). Kelompok perlakuan terdiri dari kontrol normal (CMC), kontrol negatif (CMC), kontrol positif (Aspirin), kelompok kombinasi ekstrak dosis 1, 2, dan 3. Bahan tersebut diberikan secara oral selama 7 hari. Pada kelompok percobaan bleeding time, dilakukan pengamatan bleeding time pada ekor mencit yang telah dipotong. Untuk kelompok percobaan survival rate, dilakukan induksi trombosis menggunakan kolagen ? epinefrin secara intravena, lalu dilakukan perhitungan survival rate. Hasil pada kelompok dosis 2 yang diberi ekstrak jahe ? secang dengan dosis 56 mg : 14 mg/20 g BB menunjukkan peningkatan bleeding time yang bermakna (p ≤ 0,05) dibandingkan dengan kontrol normal. Kelompok dosis 2 juga memiliki survival rate lebih tinggi dari kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak jahe ? secang pada dosis 56 mg : 14 mg/20 g BB berpotensi sebagai antitrombotik karena mampu meningkatkan bleeding time dan survival rate.
ABSTRACT
In vitro studies have proven that ginger (Zingiber officinale Rosc.) And sappan wood (Caesalpinia sappan L.) have antithrombotic activity. This study aimed to prove efficacy of the combination of both these plants by doing in vivo antithrombotic activity test with bleeding time and survival rate as the parameters. Sixty-six (66) mice were divided into two experimental groups (bleeding time and survival rate). The treatment groups consisted of normal control (CMC), negative control (CMC), positive control (Aspirin), extract groups divided into dose 1, 2, and 3. All substances were administered orally for 7 days. For the experimental groups of bleeding time, bleeding time was observed on mice tail that had been cut. For the experimental groups of survival rate, trombosis induction was done by injecting collagen ? epinephrine intravenously, then calculation of survival rate was performed. Results showed that bleeding time of mice in dose 2 group that was given ginger ? sappan extract at dose 56 mg : 14 mg/20 g BW increased significantly (p ≤ 0.05) compared with the normal control. Dose 2 group also has survival rate which is higher than the negative control. Based on these results, it can be concluded that the combination of ginger ? sappan extract at dose 56 mg : 14 mg/20 g has a potential as antithrombotic drugs because it can increase bleeding time and survival rate;
2016
S65075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mahdi Ramadhan
Abstrak :
ABSTRAK
Tahapan pasien spesifik QA bertujuan untuk menjamin kualitas parameter-parameter penyinaran sesuai dengan perencanaan terapi, verifikasi dilakukan sebelum dan saat penyinaran dilakukan. Riset menunjukkan terdapat 9 dari 17 kasus tidak dapat mendeteksi kesalahan saat verifikasi pre-treatment namun terdeteksi saat verifikasi treatment. Oleh karena itu, dibutuhkan dosimetri In-vivo yang cepat dan mudah digunakan. Penelitian dilakukan menggunakan pesawat Varian Unique milik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan detektor a-Si 1000 Electronic Portal imaging Device(EPID). Dosimetri In-vivo dibuat berdasarkan informasi citra EPID yang diolah menggunakan algoritma rasio korelasi. teknik pengambilan citra adalah continuous acquisition. proses pembuatan dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap commissioning sebagai pengambilan data set karakter EPID dan tahap pengujian dosimetri, selain itu dilakukan pengecekan karakter EPID dengan variasi MU dan laju dosis. Pengujian dosimetri menggunakan fantom homogen tipe slab ketebalan 5 cm dengan variasi lapangan 5×5,10×10,15×15,dan 20×20 cm2 dan fantom inhomogen tipe Rando female. Pada teknik IMRT dilakukan pengujian pada satu kasus pasien yang dipindahkan medianya ke fantom homogen tipe slab. Analisis dilakukan pada profile sebelum kalkulasi dan setelah kalkulasi ,yaitu full width half maximum (FWHM), beam symmetry, dan beam flatness. Kedua citra juga dibandingkan menggunakan gamma indeks 3%/3mm dan 2%/2mm. Dihasilkan citra distribusi dosis dosimetri dengan passing-rate > 95% untuk kriteria 3%/3mm dan > 80% untuk kriteria 2%/2mm pada kasus fantom homogen dan 84.464 % untuk kriteria 5%/3mm pada fantom Rando female dengan kesesuaian profil FWHM, beam symmetry, dan beam flatness memiliki rata-rata deviasi ≤ 2%.
ABSTRACT
The purpose of patients specific QA stage is to ensure the quality of radiation parameters in accordance with therapeutic planning, verification is carried out pre- and during treatment. Research shows that 9 out of 17 cases cannot detect errors when verifying pretreatment but are detected verification during treatment. Therefore, fast and easy In-vivo dosimetry is needed to solve that problem. The study was using a Varian Unique Linear Accelerator (Linac) at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) with a-Si 1000 Electronic Portal Imaging (EPID). The aim of this study is to development and validation 2-D EPID In-vivo Dosimetry (IVD) based on correlation ratio algorithm. The image was taking by continuous acquisition technique. The manufacturing process is divided into two stages, namely the commissioning stage as data characteristic of EPID image and calculation stage. In addition, it also checks the EPID character of increasing MU and dose rate. The validation dosimetry was test using a 5 cm homogeneous slab phantom with variations of field are 5×5,10×10,15×15,20×20 cm2 and one cases using inhomogeneous phantom, that is female Rando phantom. The IMRT technique was tested in one of the patient cases who was transferred to a homogeneous slab phantom with the thickness is 10 cm. Analysis is carried out on the profile before calculation and after calculation, that is full width half maximum (FWHM), beam symmetry, and beam flatness, the images was also compare with gamma index 3%/3mm and 2%/2mm. The result is the doses distribution image produced by dosimetry have passing-rate > 95% for criteria 3%/3mm and > 80% for criteria 2%/2mm on homogeneous phantom cases and 84.464% for criteria 5%/3mm on female Rando phantom with profile suitability in FWHM, beam symmetry, and beam flatness parameters has an average deviation ≤ 2%.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Stefanus
Abstrak :
Stroke memiliki insiden yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dengan gejala sisa terutama berupa hemi/paraplegia. Obat konvensional yang dipakai untuk pengobatan stroke relatif mahal dan memiliki banyak efek samping. Ekstrak air akar dari tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn.) dipercaya masyarakat dapat mengatasi gejala hemi/paraplegia. Akar kucing memiliki efek antiradang, diuretik, antibiotik, laksatif, hemostasis, antidiabetes, dan menurunkan asam urat. Sampai saat ini, belum ada uji mengenai efek ekstrak air akar dari tanaman akar kucing tersebut, baik in vitro, eks vivo, maupun in vivo (uji praklinik) sebagai neuroterapi. Oleh karena itu, akan dilakukan uji efek neuroterapi ekstrak akar air dari Acalypha indica Linn. secara eks vivo. Penelitian eksperimental ini menggunakan sampel otot gastroknemius katak Bufo melanostictus Schneider. Pertama-tama setiap sampel direndam dengan ringer selama 10 menit, dicatat kontraksinya, kemudian dibilas. Selanjutnya direndam dengan pankuronium bromida 2 mg selama 10 menit, dibilas, saraf dirangsang dan dicatat kontraksinya. Sampel kemudian direndam ekstrak air akar Acalypha indica Linn. dengan dosis 5 mg dan 10 mg selama 10 menit, saraf dirangsang dan dicatat kontraksinya. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah aktivitas listrik otot katak seperti jumlah dan lama repolarisasi, depolarisasi, flat, dan amplitudo setelah distimulasi. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Anova satu arah. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan pada lama depolarisasi pada kelompok dosis 5 mg dan 10 mg (p=0,941) dan lama repolarisasi pada kelompok dosis 10 mg (p=0,657), walaupun hasil ini secara statistik tidak signifikan. ......Stroke incidence is likely to increase over time, with hemi/paraplegia as the common symptoms after stroke. Conventional drugs use for treatment of stroke is relatively expensive and have many side effects. People believed that extract water from the root of Acalypha indica Linn. can overcome the symptoms of hemi/paraplegia. Acalypha indica Linn. have the effect anti-inflammation, diuretics, antibiotics, laxative, hemostatis, anti-diabetic, and anti-urosemic. Until now, there has been no test of the effect of water extract from the roots of Acalypha indica Linn. both in vitro, ex vivo or in vivo (preclinical trial) as neurotherapy. Therefore, a test will be conducted to test the neuro-therapy effect of water extract from the roots of Acalypha indica Linn. ex vivo. M. gastrocnemius of frog Bufo melanostictus Schneider used in this experimental study as a sample. First each sample soaked with the ringer for 10 minutes, and the contraction is recorded, then rinsed. Second sample soaked with pancuronium bromide 2 mg for 10 minutes, rinsed, nerve stimulated, contraction recorded then rinsed. Then sample soaked with extract with dose of 5 mg and 10 mg for 10 minutes, nerve stimulated and contraction recorded. Parameters measured in this study were electrical activities of frog muscle, such as amount and duration of repolarization, depolarization, flat (resting potential), and amplitude after stimulation. Data are analyzed statistically with the one way Anova test. Results of this study indicate the improvement in the long depolarization in the 5 mg and 10 mg dose group (p=0.941) and long repolarization in the 10 mg dose group (p=0,657), although these result is not statistically significant.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>