Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soerjono Soekanto
Jakarta: Hill-co, 1987
364 SOE v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Herkutanto
Abstrak :
Latar Belakang: Penelitian pendahuluan pada tahun 1999-2000 menunjukkan bahwa kualitas VeR kecederaan pada korban hidup di DKI Jakarta masih rendah. Padahal VeR ini merupakan jenis pelayanan yang banyak dibutuhkan oteh masyarakat Faktor pengetahuan tentang struktur VeR, keterampilan rnembuat interpretasi medikolegal atas kecederaan dan belum diterapkannya metode skoring atas kecederaan tampaknya memegang peran penting. Sumber rendahnya kualitas VeR adalah pada bagian pemberitaan dan kesimpulan yang memiliki bobot lebih dalam kepentingan medikolega|. Oleh karena itu diperlukan intervensi sebagai upaya perbaikan pada kedua bagian tersebut. Tujuan: Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas pemberian buku pedoman dan pelatihan ?Penyusunan VeR dengan Orientasi Medikolegal", pemberlakuan metode TRISS kepada para dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit di DKI Jakarta, dan kesahihan ?Metode Skoring Berdasarkan Kelengkapan Struktur VeR" untuk menilai kualitas VeR dalam praktek sehari-hari. Subyek Penelitian dan Metode: Untuk menguji efektivitas pemberlakuan buku panduan ?Penyusunan VeR dengan Orientasi Medikolegal? beserta pelatihannya, desain yang diambil adalah ?randomized controlfed trial", sedangkan untuk mengetahui dampak pemberlakuan metode TRISS terhadap kualitas bagian kesimpulan VeR, desain yang diambil adalah before-and-after test. Populasi penelitian adalah dokter umum yang bekerja di UGD di rumah sakit umum di DKI Jakarta, sedangkan subyek penelitian adalah dokter umum UGD yang mengikuti pelatihan pemberlakuan buku pedoman penyusunan VeR dan metode TRISS. Jumlah subyek yang dihitung dengan rumus besar sampel untuk dua kelompok yang tidak berpasangan adalah 20 orang untuk setiap kelompok (A dan B). Kelompok A mendapat buku pedoman dan pelatihan "Penyusunan VeR dengan Orientasi Medikolegal?, sedangkan kelompok B mendapat buku pedoman tanpa pelatihan. Semua subyek penelitian kemudian mandapat pedoman dan pelatihan "Teknik Penetapan Kualitikasi Luka dengan Metode TRISS". Variabel tergantung pada penelitian ini adalah skor bagian pemberitaan dan bagian kesimpulan VeR dengan variabel bebas pemberlakuan buku pedoman, dengan atau tanpa pelatihan, serta metode TRISS. Analisis data dilakukan secara deskriptif maupun korelatif dengan Mann-Whitney U test dan Wilcoxon's signed rank test jika data tidak mengikuti kurva distribusi normal. Nilai p dianggap bermakna bila kurang dari 0,05. Hasil Penelitian: Sebanyak 48 orang dokter umum dari 28 rumah sakit umum di DKI Jakarta diikutkan sebagai subyek penelitian. Dua ofang dikeluarkan dari analisis karena tidak memenuhi kriteria "lama menjadi dokter" minimal dua tahun. Dari 44 orang, 23 orang (54,5%) secara acak ditempatkan dalam kelompok A, sedangkan 21 orang lainnya dalam ketompok B. Rerata lama menjadi dokter adalah 11,2 tahun (rentang: 2 - 28 tahun. Pengalaman bekerja di UGD adalah kurang dari satu tahun sampai 27 tahun. Pada pre-test, tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B untuk variabel rerata skor bagian pemberitaan (3,03 ± 1,97 vs 2,70 ± 0,71; p=0,205), kesimpulan (3,71 ± 1,97 vs 3,18 ± 2,04; p=0,669), dan skor VeR tota1 (42,138 kurang lebih 14.52% vs 38,39 ± 12,21%; p=0,280). Pada post-test, semua kelompok memperlihatkan peningkatan bermakna dibandingkan pre-test, pada baik pada rerata skor bagian pemberitaan (2,87 ± 0,79 vs 4,33 ± 0,85; p<0,001), kesimpulan (3.45 ± 2,00 vs 7,19 ± 1,83; p<0,001) maupun skor VaR total (39,138 ± 13.60% vs 72,71 ± 13,1-4%; p<0,001). Namun tidak ada perbedaan bermakna antara skor yang dihasilkan oleh kelompok A dan B baik pada bagian pemberitaan (4,27 ± 0,80 vs 4,39 ± 0,49; p=0,741), kesimpulan (7,30 ± 2,04 vs 7,08 ± 1,84; p=0,632), maupun skor VeR total (72,91 ± 14,96% vs 72,53 ± 11,51%; p=0,789). Satelah pelatihan metode TRISS, terdapat peningkatan yang bermakna pada rerata skor bagian kesimpulan (7.11 ± 1,90 vs 9,05 ± 1,89; p=0,001) dan skor VeR total (72,71 ± 13,14% vs 82,75 ± 12,13%; p=0,001). Hasil uji korelasi antara rarata nilai matode skoring berdasarkan kelengkapan struktur VeR dan rarata nilai metode Visual Analogue Scale (VAS) memperlihatkan korelasi yang kuat baik pada semua bagian VeR maupun VeR secara total (r > 0.7 dengan Pearson's correlatfon test). Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan buku pedoman "Penyusunan VaR dengan Orientasi Medikolegal" yang didasarkan pada kelengkapan struktur VeR kepada para dokter yang bekerja di UGD rumah sakit di DKI Jakarta dapat meningkatan skor kualitas bagian pemberitaan VeR tanpa diperlukan suatu pelatihan khusus. Pemberlakuan metode ?TRlSS" disertai dengan pelatihannya dapat meningkatan skor kualitas bagian kesimpulan VeR. Metode skoring berdasarkan kelengkapan unsur-unsur dalam struktur VeR yang dapat diterapkan unluk menilai kualitas VeR dalam praktek sehari-hari secara lebih objektif dibandingkan dengan metode VAS. ......Background: Preliminary study conducted in 1999-2000 revealed that the quality of medicolegal report for living victims in DKI Jakarta was still low. ln fact, this kind of medicolegal report is frequently needed by the society. Factors on the knowledge of medicolegal report structure, the skill of medicolegal interpretation of injury and the lack of trauma scoring method in injury cases are thought to play an important role to the quality of medicolegal reports. indeed, the low quality of medicolegal reporting lies on its body and conclusion parts. Therefore, an intervention is needed to improve the quality of both parts. Objectives: The objectives of this study were to assess the effectiveness of guidelines and training on "The Medicolegal Report Writing with Medicoiegal Orientation? and the use of TRlSS method to emergency unit medical doctors to increase the quality of medicolegal report writing, and the validity ol ?The Medicolegal Report Structure-Based Scoring Method" to assess the quality of medicolegal report in daily practice. Subjects and Method: The design ot study to test the effectiveness of guidelines and training on "The Medicolegal Report Wn`ting with Medicolegal Orientation" is randomized-controlled trial, whereas the design to know the effect of applying TRlSS method on the quality of medicolegal report conclusion is before-and-after test. The study population was general practitioners (GPs) who worked in the Emergency Unit in public or private hospitals in DKl Jakarta, whereas the subjects of this study were those who attend both of the training programs. The number of subjects, which has been calculated with sampling equation for two-independent groups, was 20 people for each group (A and B). Group A received guidelines and training on "The Medicolegal Report Writing with Medicolegal Orientation", whereas Group B received guidelines only. All study participants then received guidetines and training on ?The Technique of Wound Qualification with TRlSS Method". The dependent variable in this study was the scores of the body and conclusion parts of medicolegal report, whereas the independent variables included the use of guidelines, with or without training, and the TRlSS method. Descriptive and corretative data analyses were done with the Mann-Whitney U test and Witcoxon?s signed rank test if the data distribution were not normal. The p value less than 0.05 was considered significant. Study Results: As many as 46 GPs from 28 hospitals in DKI Jakarta was recruited as the study subjects. Two of them were excluded because they did not fit the criterion on ?practice experience? for at least two years. From the rest 44 GPs, 23 people (54.5%) were randomized into Group A and the other 21 people into Group B. The mean of ?practice experience" was 11.2 years (2- 28 years). The working experience in Emergency Unit was less than a year to 27 years. At pre-test, there is no signilicant difference between Group A and B in the mean score of medicolegal report's body (3.03 ± 1.97 v 2.70 ± 0. 71; p=0.205), conclusion (3.71 ± 1.97 v 3.18 ± 2.04; p=0.669), and total score (42.38 ± 14.52% v 36.39 ± 12.21 %, p=0.280). At post-test, all groups showed a signihcant increase compared to the pre-test scores, either in the mean score of medicolegal report?s body (2.87 ± 0.79 v 4.33 ± 065; p<0.001), conclusion (3.45 ± 2-00 v 7.19 ± 1.83; p<0.001) or total score (39.38 ± 13.60% v 72.71 ± 13.14%; p<0.001). Howeven there is no significant difference between the results from Group A and Group B either in the mean score of medicolegal report?s body (4.27 ± 0.80 v 4.39 ± 0.49; p=0.741), conclusion (7.30 ± 2.04 v 7.08 ± 1.64; p=0.632), or total score (72.91 ± 14.96% v 72.53 ± 11.51%; p=0. 789). After the training of TRlSS method, there was a signiHcant increase in the mean score of medicolegai report conclusion (7.11 ± 1.90 v 9.05 ± 1.89,' p=0.001) and total score (72.71 ± 13.14% v 82.75 ± 12.13%; p=0,001). The result of correlation test of medicolegat quality mean scores by using ?The Medicolegal Report Structure- Based Scoring Method? and Visual Analogue Scale (VAS) method showed a strong correlation in ail parts of medicolegal reports or the total report (r > 0,7 with Pearson 's correlation test). Conclusion: The study concluded that the use of guidelines of ?The Medicolegal Report Writing with Medicolegal Orientation", which were based on the complete structure of medicolegai report to GPs who worked in Emergency Unit in hospitals in DKI Jakarta, increase the quality score of medicolegal report's body without special training. The use of TRlSS method, with its relevant training, increases the score of medicolegal report's conclusion. The scoring method, which was based on the complete structure of medicolegal report's elements, could be applied to assess the quality of medicolegal reporting in daily practice, mor objectively than the VAS method.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D713
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herkutanto
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Penelitian pendahuluan pada tahun 1999-2000 menunjukkan bahwa kualitas VeR kecederaan pada korban hidup di DKI Jakarta masih rendah. Padahal VeR ini merupakan jenis pelayanan yang banyak dibutuhkan oteh masyarakat Faktor pengetahuan tentang struktur VeR, keterampilan rnembuat interpretasi medikolegal atas kecederaan dan belum diterapkannya metode skoring atas kecederaan tampaknya memegang peran penting. Sumber rendahnya kualitas VeR adalah pada bagian pemberitaan dan kesimpulan yang memiliki bobot lebih dalam kepentingan medikolega|. Oleh karena itu diperlukan intervensi sebagai upaya perbaikan pada kedua bagian tersebut. Tujuan: Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas pemberian buku pedoman dan pelatihan ?Penyusunan VeR dengan Orientasi Medikolegal", pemberlakuan metode TRISS kepada para dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit di DKI Jakarta, dan kesahihan ?Metode Skoring Berdasarkan Kelengkapan Struktur VeR" untuk menilai kualitas VeR dalam praktek sehari-hari. Subyek Penelitian dan Metode: Untuk menguji efektivitas pemberlakuan buku panduan ?Penyusunan VeR dengan Orientasi Medikolegal? beserta pelatihannya, desain yang diambil adalah ?randomized controlfed trial", sedangkan untuk mengetahui dampak pemberlakuan metode TRISS terhadap kualitas bagian kesimpulan VeR, desain yang diambil adalah before-and-after test. Populasi penelitian adalah dokter umum yang bekerja di UGD di rumah sakit umum di DKI Jakarta, sedangkan subyek penelitian adalah dokter umum UGD yang mengikuti pelatihan pemberlakuan buku pedoman penyusunan VeR dan metode TRISS. Jumlah subyek yang dihitung dengan rumus besar sampel untuk dua kelompok yang tidak berpasangan adalah 20 orang untuk setiap kelompok (A dan B). Kelompok A mendapat buku pedoman dan pelatihan "Penyusunan VeR dengan Orientasi Medikolegal?, sedangkan kelompok B mendapat buku pedoman tanpa pelatihan. Semua subyek penelitian kemudian mandapat pedoman dan pelatihan "Teknik Penetapan Kualitikasi Luka dengan Metode TRISS". Variabel tergantung pada penelitian ini adalah skor bagian pemberitaan dan bagian kesimpulan VeR dengan variabel bebas pemberlakuan buku pedoman, dengan atau tanpa pelatihan, serta metode TRISS. Analisis data dilakukan secara deskriptif maupun korelatif dengan Mann-Whitney U test dan Wilcoxon's signed rank test jika data tidak mengikuti kurva distribusi normal. Nilai p dianggap bermakna bila kurang dari 0,05. Hasil Penelitian: Sebanyak 48 orang dokter umum dari 28 rumah sakit umum di DKI Jakarta diikutkan sebagai subyek penelitian. Dua ofang dikeluarkan dari analisis karena tidak memenuhi kriteria "lama menjadi dokter" minimal dua tahun. Dari 44 orang, 23 orang (54,5%) secara acak ditempatkan dalam kelompok A, sedangkan 21 orang lainnya dalam ketompok B. Rerata lama menjadi dokter adalah 11,2 tahun (rentang: 2 - 28 tahun. Pengalaman bekerja di UGD adalah kurang dari satu tahun sampai 27 tahun. Pada pre-test, tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B untuk variabel rerata skor bagian pemberitaan (3,03 ± 1,97 vs 2,70 ± 0,71; p=0,205), kesimpulan (3,71 ± 1,97 vs 3,18 ± 2,04; p=0,669), dan skor VeR tota1 (42,138 kurang lebih 14.52% vs 38,39 ± 12,21%; p=0,280). Pada post-test, semua kelompok memperlihatkan peningkatan bermakna dibandingkan pre-test, pada baik pada rerata skor bagian pemberitaan (2,87 ± 0,79 vs 4,33 ± 0,85; p<0,001), kesimpulan (3.45 ± 2,00 vs 7,19 ± 1,83; p<0,001) maupun skor VaR total (39,138 ± 13.60% vs 72,71 ± 13,1-4%; p<0,001). Namun tidak ada perbedaan bermakna antara skor yang dihasilkan oleh kelompok A dan B baik pada bagian pemberitaan (4,27 ± 0,80 vs 4,39 ± 0,49; p=0,741), kesimpulan (7,30 ± 2,04 vs 7,08 ± 1,84; p=0,632), maupun skor VeR total (72,91 ± 14,96% vs 72,53 ± 11,51%; p=0,789). Satelah pelatihan metode TRISS, terdapat peningkatan yang bermakna pada rerata skor bagian kesimpulan (7.11 ± 1,90 vs 9,05 ± 1,89; p=0,001) dan skor VeR total (72,71 ± 13,14% vs 82,75 ± 12,13%; p=0,001). Hasil uji korelasi antara rarata nilai matode skoring berdasarkan kelengkapan struktur VeR dan rarata nilai metode Visual Analogue Scale (VAS) memperlihatkan korelasi yang kuat baik pada semua bagian VeR maupun VeR secara total (r > 0.7 dengan Pearson's correlatfon test). Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan buku pedoman "Penyusunan VaR dengan Orientasi Medikolegal" yang didasarkan pada kelengkapan struktur VeR kepada para dokter yang bekerja di UGD rumah sakit di DKI Jakarta dapat meningkatan skor kualitas bagian pemberitaan VeR tanpa diperlukan suatu pelatihan khusus. Pemberlakuan metode ?TRlSS" disertai dengan pelatihannya dapat meningkatan skor kualitas bagian kesimpulan VeR. Metode skoring berdasarkan kelengkapan unsur-unsur dalam struktur VeR yang dapat diterapkan unluk menilai kualitas VeR dalam praktek sehari-hari secara lebih objektif dibandingkan dengan metode VAS.
ABSTRACT Background: Preliminary study conducted in 1999-2000 revealed that the quality of medicolegal report for living victims in DKI Jakarta was still low. ln fact, this kind of medicolegal report is frequently needed by the society. Factors on the knowledge of medicolegal report structure, the skill of medicolegal interpretation of injury and the lack of trauma scoring method in injury cases are thought to play an important role to the quality of medicolegal reports. indeed, the low quality of medicolegal reporting lies on its body and conclusion parts. Therefore, an intervention is needed to improve the quality of both parts. Objectives: The objectives of this study were to assess the effectiveness of guidelines and training on "The Medicolegal Report Writing with Medicoiegal Orientation? and the use of TRlSS method to emergency unit medical doctors to increase the quality of medicolegal report writing, and the validity ol ?The Medicolegal Report Structure-Based Scoring Method" to assess the quality of medicolegal report in daily practice. Subjects and Method: The design ot study to test the effectiveness of guidelines and training on "The Medicolegal Report Wn`ting with Medicolegal Orientation" is randomized-controlled trial, whereas the design to know the effect of applying TRlSS method on the quality of medicolegal report conclusion is before-and-after test. The study population was general practitioners (GPs) who worked in the Emergency Unit in public or private hospitals in DKl Jakarta, whereas the subjects of this study were those who attend both of the training programs. The number of subjects, which has been calculated with sampling equation for two-independent groups, was 20 people for each group (A and B). Group A received guidelines and training on "The Medicolegal Report Writing with Medicolegal Orientation", whereas Group B received guidelines only. All study participants then received guidetines and training on ?The Technique of Wound Qualification with TRlSS Method". The dependent variable in this study was the scores of the body and conclusion parts of medicolegal report, whereas the independent variables included the use of guidelines, with or without training, and the TRlSS method. Descriptive and corretative data analyses were done with the Mann-Whitney U test and Witcoxon?s signed rank test if the data distribution were not normal. The p value less than 0.05 was considered significant. Study Results: As many as 46 GPs from 28 hospitals in DKI Jakarta was recruited as the study subjects. Two of them were excluded because they did not fit the criterion on ?practice experience? for at least two years. From the rest 44 GPs, 23 people (54.5%) were randomized into Group A and the other 21 people into Group B. The mean of ?practice experience" was 11.2 years (2- 28 years). The working experience in Emergency Unit was less than a year to 27 years. At pre-test, there is no signilicant difference between Group A and B in the mean score of medicolegal report's body (3.03 ± 1.97 v 2.70 ± 0. 71; p=0.205), conclusion (3.71 ± 1.97 v 3.18 ± 2.04; p=0.669), and total score (42.38 ± 14.52% v 36.39 ± 12.21 %, p=0.280). At post-test, all groups showed a signihcant increase compared to the pre-test scores, either in the mean score of medicolegal report?s body (2.87 ± 0.79 v 4.33 ± 065; p<0.001), conclusion (3.45 ± 2-00 v 7.19 ± 1.83; p<0.001) or total score (39.38 ± 13.60% v 72.71 ± 13.14%; p<0.001). Howeven there is no significant difference between the results from Group A and Group B either in the mean score of medicolegal report?s body (4.27 ± 0.80 v 4.39 ± 0.49; p=0.741), conclusion (7.30 ± 2.04 v 7.08 ± 1.64; p=0.632), or total score (72.91 ± 14.96% v 72.53 ± 11.51%; p=0. 789). After the training of TRlSS method, there was a signiHcant increase in the mean score of medicolegai report conclusion (7.11 ± 1.90 v 9.05 ± 1.89,' p=0.001) and total score (72.71 ± 13.14% v 82.75 ± 12.13%; p=0,001). The result of correlation test of medicolegat quality mean scores by using ?The Medicolegal Report Structure- Based Scoring Method? and Visual Analogue Scale (VAS) method showed a strong correlation in ail parts of medicolegal reports or the total report (r > 0,7 with Pearson 's correlation test). Conclusion: The study concluded that the use of guidelines of ?The Medicolegal Report Writing with Medicolegal Orientation", which were based on the complete structure of medicolegai report to GPs who worked in Emergency Unit in hospitals in DKI Jakarta, increase the quality score of medicolegal report's body without special training. The use of TRlSS method, with its relevant training, increases the score of medicolegal report's conclusion. The scoring method, which was based on the complete structure of medicolegal report's elements, could be applied to assess the quality of medicolegal reporting in daily practice, mor objectively than the VAS method.
2005
D759
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handoko Tjondroputranto
Jakarta: Universitas Indonesia, 2001
363.25 HAN i (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Mun`im Idries
Jakarta: Binarupa aksara , 1997
363.25 ABD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Julianto
Abstrak :
Pendahuluan: Polisi adalah petugas yang bertugas melindungi dan menangani kasus kekerasan. Polisi dapat dibantu oleh psikiater dalam menangani kasus kekerasan. Meski sudah ada kerjasama antara departemen psikiatri forensik dan kepolisian yang diatur dalam undang-undang, namun belum diketahui bagaimana tingkat pengetahuan kepolisian di Indonesia mengenai peran psikiater dan peran VERP dalam penanganannya. kasus kekerasan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik quasi-experimental design dengan metode pretest-posttest pada sampel peneliti, yaitu untuk mengukur tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan. Uji analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan SPSS 20, menggunakan uji utama menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Analisis dengan uji Wilcoxon menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengetahuan polisi sebelum (7(0-22)) dan setelah pendidikan (9(0-22)) (p=0,001). Terdapat korelasi negatif yang sangat lemah (p=0,048 r= -0,251) antara skor pengetahuan pretest pada usia dan lama bekerja. Kesimpulan: Ditemukan hubungan yang signifikan dalam pendidikan kepada polisi tentang peran psikiater dan peran VERP.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
G. Yoga Tohjiwa
Abstrak :
Latar Belakang: Kasus kejahatan susila perkosaan pada korban hidup masih sangat tinggi. Pembuktian yang sulit pada kasus perkosaan karena minimnya bukti dan tidak adanya saksi. Sehingga pengumpulan bukti sangat penting untuk membuat terang suatu perkara. Salah satunya adalah Visum et Repertum, dimana penyidik akan meminta bantuan ahli yakni dokter spesialis Forensik dan Medikolegal atau dokter dalam memeriksa korban ataupun pelaku serta membuatkan laporan hasil pemeriksaan tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut, perlu dilakukan upaya untuk menggali informasi tentang kebutuhan para penegak hukum dalam hal ini penyidik, terhadap hasil Visum et Repertum kasus forensik klinik perkosaan. Tujuan: Untuk mengetahui kebutuhan penyidik terhadap Visum et Repertum kasus perkosaan, sehingga Visum et Repertum kasus perkosaan pada korban hidup dapat memenuhi kebutuhan penyidik serta meningkatkan nilai Visum et Repertum sebagai alat bukti yang dapat membantu menyelesaikan kasus perkosaan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi yang berupa in-depth interview untuk mengeksplorasi pendapat, persepsi, dan kebutuhan penyidik terhadap Visum et Repertum kasus perkosaan. Hasil: Terdapat tiga tema utama terkait kebutuhan penyidik yaitu, kebutuhan secara teknis, kebutuhan terkait isi Visum et Repertum, dan kebutuhan terkait berita acara pemeriksaan ahli. Secara teknis terdapat kebutuhan koordinasi, kecepatan, biaya, dan kebutuhan terkait resume medis. Terkait isi Visum et Repertum pada masing-masing bagian yakni bagian pendahuluan, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, konsultasi, dan kesimpulan. Kebutuhan terkait berita acara pemeriksaan ahli yakni pembuktian, pendapat, serta administrasi. Kesimpulan: Kebutuhan penyidik terhadap Visum et Repertum kasus perkosaan korban hidup dimulai dari awal penyidik merujuk kasus ke rumah sakit hingga hasil Visum et Repertum, dimana isi Visum et Repertum serta pendapat dokter terkait kasus tersebut sangat penting untuk membuat terang suatu perkara. ......Background: The incidence of sexual violence rates are quite high. Lack of evidences and absence of witnesses are some of the challenges found in investigation of those cases. Therefore, collection of evidences is crucial in order to prove the case. One of valid evidences is Visum et Repertum, of which investigators seek experts, either Forensic and Medicolegal Specialist or general practitioner, regarding examination of victims or perpetrators and result report of the examinations that has been carried out. According to this phenomenon, a profound information on subjects needed by the investigators from the Visum et Repertum, must be collectec. Aims: The aim of this article is to understand subjects needed by the investigators from Visum et Repertum of sexual violence cases. Therefore, Visum et Repertum in sexual violence cases will be more valuable as valid evidences. Method: This study uses a qualitative phenomenological method in the form of in-depth interviews to explore the opinions, perceptions, and needs of investigators on the Visum et Repertum of rape cases. Result: There are three main themes related to the needs of investigators, technical needs, needs related to the contents of Visum et Repertum, and needs related to the police investigation report. Technically there are coordination, celerity, cost, and technical related to medical resume. Related to the contents of Visum et Repertum in each section, preliminary, anamnesis, physical examination, laboratory examination, consultation, and conclusion. Needs related to the police examination report are proof, opinion, and administration. Conclusion: The need of Investigators in Visum et Repertum of Sexual Violence starts from the beginning of the investigators, refer the case to the hospital until the results of Visum et Repertum, where the contents of the Visum et Repertum and the opinion of the expert related to the case are very important to make a case clear.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anthonius Yongko
Abstrak :
ABSTRAK Pendahuluan: Badan Pusat Statistik (BPS) memperoleh peningkatan pada korban kekerasan dari 14,33% menjadi 43,58% pada rentang tahun 2012 hingga 2015. Infomasi tersebut mengindikasikan suatu masalah dalam tata laksana kekerasan Indonesia saat ini. Dalam menghadapi kasus kekerasan, pihak hukum akan memerlukan psikiater untuk mengkaji korban dan pelaku terlebih dahulu yang dilaporkan dalam Visum et Repertum Psikiatrikum (VeRP). Akan tetapi, belum diketahui pemahaman pihak hukum mengenai peran VeRP dalam sistem peradilan Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengetahuan calon sarjana hukum terhadap penggunaan VeRP dalam kasus kekerasan serta pengaruh edukasi berupa kuliah terhadap pengetahuan calon sarjana hukum. Metode: Desain studi adalah kuasi-eksperimental dengan intervensi dalam bentuk kuliah. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia semester enam. Perubahan tingkat pengetahuan diamati dengan kuesioner pretest-posttest sebelum dan sesudah kuliah. Hasil diuji dengan T-test berpasangan dan Wilcoxon sesuai normalitas data. Hasil: Perbedaan antara pretest dan posttest nilai keseluruhan kuesioner meningkat secara signifikan (p<0.001, CI 95%=2.34-6.28). Terdapat peningkatan signifikan pada nilai pertanyaan teori (p<0.001) dan nilai pertanyaan studi kasus (p=0.031, CI 95%= 0.21-4.21). Kesimpulan: Edukasi berupa kuliah mampu meningkatkan pengetahuan populasi calon sarjana hukum dalam pemahaman Visum et Repertum Psikiatrikum dalam mengidentifikasi dan menindaklanjuti kasus kekerasan. Metode: Desain studi adalah kuasi-eksperimental dengan intervensi dalam bentuk kuliah. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia semester enam. Perubahan tingkat pengetahuan diamati dengan kuesioner pretest-posttest sebelum dan sesudah kuliah. Hasil diuji dengan T-test berpasangan dan Wilcoxon sesuai normalitas data. Hasil: Perbedaan antara pretest dan posttest nilai keseluruhan kuesioner meningkat secara signifikan (p<0.001, CI 95%=2.34-6.28). Terdapat peningkatan signifikan pada nilai pertanyaan teori (p<0.001) dan nilai pertanyaan studi kasus (p=0.031, CI 95%= 0.21-4.21). Kesimpulan: Edukasi berupa kuliah mampu meningkatkan pengetahuan populasi calon sarjana hukum dalam pemahaman Visum et Repertum Psikiatrikum dalam mengidentifikasi dan menindaklanjuti kasus kekerasan.
ABSTRACT Introduction: The Center of National Statistics (BPS) found an increase in violence rate from 14,33% to 43,58% between the year 2012 and 2015. This indicates a problem in Indonesian violence management to this day. When handling violence cases, jurist may require the help of forensic psychiatry to assess the victims and suspects of the case. These findings are reported in a Visum et Repertum Psikiatrikum (VeRP). However, there is no information about the jurists knowledge on the use of VeRP. This study aims to obtain information on law students knowledge of VeRP and how lecture affects the knowledge of VeRP in law students. Method: A quasi-experimental study design with lecture as intervention is conducted on sixth-semester Universitas Indonesia Law Students. Results obtained twice (before and after lecture) in pretest-posttest questionnaire are analysed with paired t-test and Wilcoxon depending on normality. Result: There is a significant increase in overall score (p<0.001, CI 95%=2.34-6.28) and the scores in both question groups. [theoretical group (p<0.001); case study group (p=0.031, CI 95%= 0.21-4.21)] Conclusion: Lecture can affect the knowledge of law students about the use of Visum et Repertum Psikiatrikum to identify and prosecute violence cases.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library