Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendri Rahmatin
Abstrak :
Kebutuhan keakuratan pengukuran untuk sifat material fluida sangat diperlukan dalam kemajuan pengembangan rekayasa teknik, sifat fluida tersebut antara lain sifat viskoelastic dan fluida non Newtonian. Banyak alat yang dapat digunakan untuk mengukur sifat material fluida tersebut, salah satunya adalah viskometer koaksial. Viskometer koaksial dalam pengujian ini merupakan instrument pengukuran yang terdiri dari dua buah silinder dengan rasio jari-jari tabung silinder adalah 1.25, yang bergerak pada kecepatan tertentu, dimana silinder yang didalam berada pada posisi diam dan fluida uji berada di ruangan antara kedua silinder. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui sifat-sifat kekentalan aliran larutan biopolimer seperti: tegangan geser,gradien kecepatan, serta kekentalan sesaat. dan membuat kurva alirannya dengan alat viskometer koaksial. Perhitungan Tegangan geser dan gradien kecepatan dilakukan dengan mengukur kecepatan sudut pada silinder luar dan torsi pada silinder dalam. Hasil yang diperoleh menunjukkan kekentalan sesaat dari larutan getah lateks tidak proporsional dengan tegangan geser dan gradien kecepatan, tetapi berhubungan dengan model power law, dimana eksponen power law untuk larutan getah lateks 250,500,dan 1000 ppm didapatkan 0.84, 0.80 dan 0,72. ......An accuracy for fluid materials measurement such as viscoelastic behaviour and non-Newtonian fluids is a basic point to improve a development in engineering research and industries.There is many devices to measured fluid materials properties, one of them is coaxial viscometer.In this study, The instrument consist of two axial cylinder with radius ratio of the cylinder were 1.25 which rotated in certain speed. The inner cylinder in a fixed position and a fluid test at the annulus between two cylinder. The purpose of this study was to examine and known the fluid materials properties like shear stress, shear strain, and apparent viscosity and also to make a flow curve of biopolymer solutions by coaxial viscometer. The Shear stress and shear strain calculated by measure of the angular velocity on outer cylinder and the torque on inner cylinder. The results indicated the apparent viscosity of guar gum solution is not proportional to the shear stress and shear strain but the relationship is approximated by model power law, where the power law exponent were about 0.84, 0.80 and 0.72 for guar gum solution of 250, 500 and 1000 ppm, respectivelly.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S36224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anis Hidayah
Abstrak :
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan gulma perairan karena mengganggu ekosistem air. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan berbagai upaya dilakukan salah satunya dengan pembuatan Carboxymethyl Cellulose (CMC). Potensi eceng gondok menjadi CMC cukup besar karena kandungan selulosanya yang cukup tinggi. Proses pembuatan CMC ini diawali dengan isolasi selulosa eceng gondok kemudian mereaksikannya dengan NaOH pada berbagai variasi konsentrasi 10% dan 35% dan ClCH2COONa dalam suatu media reaksi. Pada penelitian ini digunakan campuran pelarut isopropanol-isobutanol sebagai media reaksi dengan variasi komposisi 20:80. 40:60, 50:50, 60:40, 80:20. Dari penelitian diperoleh CMC dengan kondisi optimum pada konsentrasi NaOH 10% dengan kemurnian tertinggi 90,9% pada komposisi alkohol 80:20 dan viskositas tertinggi 157,5 cP pada komposisi alkohol 50:50.
Water hyacinth is one of aquatic weeds because its disturb aquatic ecosystem. Many efforts were made to reduce the negative impact of these plants, which one of them with manufacturing of Carboxymethyl Cellulose (CMC). Water hyacinth has high potential to be CMC because it cellulose content is very high. CMC manufacture process start with cellulose isolation and reacting it cellulose with NaOH and NaMCA in isopropanol-isobutanol as reaction medium. Experiment variation are NaOH concentration at 10% and 35% w/v and isopropanol-isobutanol composition at 20:80, 40:60, 50:50, 60:40, and 80:20. From this experiment, optimum condition of CMC production is 10% w/v NaOH concentration with maximum viscosity 157,5 cP at 80:20 alcohol composition and maximum purity 90,9% at 50:50 alcohol composition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
At the moment,there are many kinds of product oil lubrication in the market. In addition,choosing an appropriate quality of oil that suited with the machine performance,we need to known which quality of oil in the market should be used for our motor cycle....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gugun Iskandar Hadiyat
Abstrak :
Latar Belakang. Komplikasi tindakan revaskularisasi pasca suatu periode iskemik mulai menjadi perhatian kalangan medis sejak awal abad ke-20. iskemik tungkai akut merupakan masalah kegawatan kardiovaskular dan tindakan reperfusi terhadap jaringan yang iskemik ternyata sexing memperburuk cedera jaringan yang ada, bahkan sampai dilakukan amputasi. Pada ceders reperfusi iskemik (R-1) terjadi perubahan sifat hemoreologi darah (hematokrit, viskositas, dan deformitas set darah merah). Pentoksifilin (PTXF) mempunyai kemampuan memperbaiki cedera reperfusi dengan meningkatkan aliran darah perifer, memperbaiki deformitas sel darah merah, menurunkan viskositas darah, dan menekan agregasi platelet. Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui pengaruh pemberian PTXF terhadap faktor hemoreologi darah pada cedera R-I tungkai akut. Metode. Penelitian dilakukan pada kelinci jantan ras New Zealand White Rabbit (NZW) yang berasal dari 1 galur sebanyak 10 ekor usia 5 bulan dengan berat badan rata-rata 2,5-3 kg. Kemudian hewan coba dibagi dalam 2 kelompok, yakni 5 ekor kelinci kelompok perlakuan diberi PTXF dengan dosis 40 mglkgBB yang diikuti dosis rumatan 1 mglkgBBljam dan 5 ekor kelinci sebagai kontrol diberi cairan NaCl 0,9% dengan kecepatan yang sama seperti kelompok perlakuan. Dilakukan oklusi arteri iliaka komunis sinistra dan setelah 2,5 jam iskemik diambil darah untuk pemeriksaan hematokrit dan viskositas, setelah itu segera diberikan PTXF. Pada jam ke-3 dilakukan reperfusi (membuka oklusi) dan 2 jam setelah reperfusi diambil darah untuk pemeriksaan hematokrit dan viskositas. Data hasil pemeriksaan dianalisis dengan statistik program SPSS 13 dengan menggunakan uji parametrik General Linear Model (GLM) untuk pengukuran berulang. Hasil. Nilai rerata hematokrit kelompok PTXF fase iskemik 37,06+3,88% dan fase reperfusi 34,20+1,90% dengan delta penurunan 2,86%. Nilai rerata hematokrit kelompok nonPTXF fase iskemik 35,88+5,31% dan fase reperfusi 32,90+4,61% dengan delta penurunan 2,98%. Antara pengukuran pertama dan kedua, baik kelompok PTXF dan nonPTXF tidak terdapat perbedaan bermakna (per, i 9 dan p=0,37). Analisis statistik nilai rerata hematokrit antara kelompok PTXF dan nonPTXF tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,74). Nilai rerata viskositas kelompok PTXF fase iskemik 5,25+0,77 ep dan fase referfusi 4,69+0,70 cp dengan delta penurunan 0,558 cp. Nilai rerata viskositas kelompok nonPTXF fase iskemik 4,54+0,48 cp dan fase reperfusi 4,48+1,31 cp dengan delta penurunan 0,066 cp. Antara pengukuran pertama dan kedua, baik, kelompok PTXF dan nonPTXF tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p~,26 dan p=0,92). Analisis statistik pada nilai rerata viskositas antara kelompok PTXF dan nonPTXF tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,53). Kesimpulan. Pemberian PTXF pada kelompok perlakuan memperlihatkan hasil tidak bermakna dalam menurunkan nilai hematokrit dan viskositas darah dibanding kelompok kontrol pads keadaan ceders R-I tungkai akut.
Background: Complications of revascularization after an ischemic period has attract attention from clinicians since the beginning of 20th century. Acute limb ischemia is an emergency cardiovascular problem and revascularization procedures of ischemic tissue has been documented to worsen tissue damage to the extend of a need for limb amputation. In ischemic reperfusion injury, changes in blood hemorheology occurs (hematocrit, viscosity and eryhtrocyte deformities). Pentoxifylline (PTXF) has the ability to repair reperfusion injury by increasing peripheral blood flow, repairing eryhtrocyte deformities, decreasing blood viscosity dan suppressing platelet agregation. Objectives: To investigate the effect of pentoxifylline administration toward hemorheology changes in acute limb ischemic reperfusion injury. Methods: We studied 10 pure strain New Zealand White Rabbit (NZW) age 5 months with mean weight of 2.5-3 kg. The subjects were divided in two groups; 5 of the experimental rabbit were given PTXF 40 mg/kg body weight followed by a maintenance dose of 1 mg/kg body weight/hour, while subjects in the control group received a similar administration of NaCl 0.9%. We performed occlusion of the left common iliac artery and after an ischemic period of 2.5 hours blood samples were taken for hematocrit and viscosity measurement. PTXF were given soon afterward. On the third hour the artery occlusion were opened and after another two hours blood samples were again taken for hematocrit and viscosity measurement. Data analysis were performed by SPSS 13, using parametric test with general linear model (GLM) for repeated measurements. Results: The mean hematocrit value for the PTXF group in the ischemic period were 37.0613.88%, and in the reperfusion period were 34.2011.90%, with a decrease of 2.86%. The mean hematocrit value for the control group in the ischemic and reperfusion period were 35.8815.31% and 32.90±4.61% , respectively, with a decrease of 2.98%. There were no significant difference between the first and second hematocrit measurements both in the experimental and control group (p-0.19 and p=0.37). Statistical analysis of mean hematocrit value between the two groups also showed no significant difference (p=0.74). The mean viscosity value for the PTXF group in the ischemic period were 5.2510.77 cp and in the reperfusion period were 4.6910.70 cp with a difference of 0.558 cp. The mean viscosity value for the control group in the ischemic and reperfusion period were 4.54±0.8 cp and 4.4811.31 cp, respectively, with a decrease of 0.066 cp. There were no statistically significant difference between the first and second viscosity measurements both in the experimental and control group (p=0.26 and p=0.92). Statistical analysis of mean viscosity value between the two groups also showed no significant difference (p=0.53). Conclusion: PTXF administration in the experimentally induced acute limb ischemic reperfusion injury in rabbits have no benefits to decrease hematocrit and viscosity values compared to control group.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dieter Rahmadiawan
Abstrak :
Telah dilakukan kegiatan penelitian mengenai pembuatan dan analisis nanofluida bio berbasis serat bacterial cellulosa nata de coco dengan modifikasi 2,2,6,6- Tetramethylpiperidine-1-oxyl (TEMPO). Pertama, serat mentah yang berbentuk pelikel diproses hingga menjadi film. Proses penghancuran serat kemudian dilakukan dengan menggunakan grinder hingga bentuk serat menjadi bubuk. Kemudian, serat dicampur dengan TEMPO untuk melemahkan ikatan hidrogen pada serat. Serat yang sudah dimodifikasi kemudian dicampurkan ke dalam fluida dasar oli polyol ester (POE) beserta nonionic surfaktan Span 60. Surfaktan bertujuan untuk membentuk tolakan stearic antara partikel serat. Uji yang dilakukan adalah berupa karakterisasi, stabilitas, viskositas, konduktivitas thermal, dan tribologi. Analisa Life Cycle Assessment (LCA) juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penelitian ini terhadap lingkungan. Terdapat peningkatan viskositas dengan pemberian serat nata de coco. Koefisien friksi (COF) terendah diperoleh oleh sampel N2S4 dengan peningkatan sebesar 40% dibandingkan dengan POE. Dapat disimpulkan bahwa hasil ini dapat menjadikan serat nata de coco sebagai aditif pelumas yang mengurangi friksi dan meningkatkan viskositas
Research activities had been carried out on the synthesis and analysis of bio nanofluids based on bacterial cellulose nata de coco fibers with a modification of 2,2,6,6-Tetramethylpiperidine-1-oxyl (TEMPO). Firstly, the raw nata de coco in the form of pellicles are processed into films. The process of cellulose crushing was carried out using a grinder to form the cellulose into powder. Then, the dried cellulose was modified with TEMPO to weaken its hydrogen bonding. The modified cellulose was then mixed into the polyol ester (POE) base fluid along with the nonionic surfactant Span 60. The aim of the surfactant is to form a stearic repulsion between cellulose particles. Characterization, stability, viscosity, thermal conductivity, and tribology were successfully conducted. Life Cycle Assessment (LCA) analysis was also conducted. There was an increase in viscosity with the provision of nata de coco fiber. The lowest coefficient of friction (COF) was obtained by the N2S4 sample with 40% increament compared to POE. It can be concluded that nata de coco fiber has a potential as a lubricant additive that reduces friction and modifiy viscosity
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marchia Primarhyani
Abstrak :
Hiperurisemia atau yang disebut peningkatan asam urat bisa menjadi risiko untuk terjadinya penyakit lain seperti stroke. Stroke diketahui berhubungan juga dengan nilai viskositas darah. Peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang hubungan antara viskositas darah dengan hiperurisemia. Untuk mengetahui viskositas darah di laboratorium dengan harga alat yang mahal, maka dibuat alat mikrokapiler digital untuk mempermudah pasien mengecek viskositas darah. Maka dari itu dilakukan penelitian dengan menggunakan alat mikrokapiler digital untuk melihat hubungan pasien penderita hiperurisemia dengan hiperviskositas darah. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan mengambil data sekunder dari pemeriksaan kadar asam urat dan viskositas darah (n = 193) pada pasien yang datang ke Pos Binaan Terpadu (Posbindu) binaan Departemen Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di bulan Januari dan Maret 2015 dan data orang sehat dari Al Rasyid, dkk8. Pada hasil analisis data diketahui terdapat proporsi pasien hiperurisemia sebesar 21,2% (n = 41) dan pasien hiperviskositas 86,5% (n=167). Pada hasil uji Chi ? Square terdapat perbedaan bermakna antara pasien hiperurisemia dengan orang sehat dari data Al Rasyid, dkk8 sebagai kontrol. Digunakan uji korelasi Spearman untuk menganalisis hubungan hiperurisemia dengan hiperviskositas darah. Didapatkan hasil uji korelasi yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara nilai asam urat dengan viskositas darah pasien yang datang ke Posbindu.
Hyperuricemia, or the increasing of uric acid level above normal level, is a risk factor for many diseases, such as stroke. Stroke is associated with blood viscosity. The measurement of blood viscosity can only be done in laboratory setting and the equipment is expensive, therefore digital microcapillary instrument is made to measure blood viscosity practically. The aim of this research was to determine the association between hyperuricemia and blood viscosity which is measured using digital microcapillary instrument. This cross-sectional study used secondary data from the blood viscosity and uric acid level of 193 people who came to Pos Binaan Terpadu (Posbindu) of Departemen Ilmu Kesehatan Komunitas Faculty of Medicine University of Indonesia between January and March 2015 and used secondary data of healthy patient from Al Rasyid,et al8. The proportion of hyperuricemia patients in this research is 21,2% (n=41) and 86,5% hyperviscosity patients (n=167). Hyperuricemia patients and healthy people from secondary data Al Rasyid,et al8 as control was analyzed using Chi - Square test and showed a significant difference. The association of hyperuricemia and blood hyperviscosity was then analyzed using Spearman test. The result showed that hyperuricemia and blood hyperviscosity was statistically insignificant with patient who came to Posbindu.hyperuricemia, hyperviscosity, uric acid, stroke, digital microcapillary instrumen.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Dautama
Abstrak :
Nanofluida adalah fluida penghantar panas yang mengandung partikel berukuran nano ( 1 – 100 nm). Penelitian yang dilakukan membahas karakterisasi nanofluida berbahan dasar fraksi non-logam dari limbah elektronik Printed Circuit Board (PCB) yang didominasi kandungan SiO2. Karakterisasi berfokus pada pengaruh konsentrasi partikel (0; 0,1; 0,3; dan 0,5%) dan surfaktan Cetyltrimethylammonium bromida (CTAB) (0; 3; 5; dan 7%) terhadap kondktivitas termal, viskositas, dan zeta potensial nanofluida. Hasil pengujian Particle Size Analyzer (PSA) pada partikel menunjukkan terjadinya peningkatan ukuran partikel dari 268,7 d.nm menjadi 1035,6 d.nm (milling 10 jam) dan 572,6 d.nm (milling 20 jam), sehingga partikel tidak mencapai ukuran nano dan tergolong kedalam micro-dispersed thermal fluid. Nilai konduktivitas termal mengalami penurunan seiring meningkatnya konsentrasi partikel dan surfaktan dengan nilai tertinggi pada sampel 0,5% partikel dan 0% CTAB sebesar 0,764 W/mK. Nilai viskositas mengalami peningkatan linear seiring dengan penambahan konsentrasi partikel dan surfaktan dengan nilai tertinggi pada sampel 0,5% partikel dan 7% CTAB sebesar 2,658 mPa.s. Nilai zeta potensial mengalami peningkatan seiring penambahan konsentrasi partikel dan surfaktan hingga titik optimumnya pada sampel 5% CTAB dengan hasil zeta potensial 43 mV. ......Nanofluids are heat transfer fluids that contain nano-sized particles (1-100 nm). The conducted research discusses the characterization of nanofluids based on the non-metallic fraction of Printed Circuit Board (PCB) electronic waste, predominantly containing SiO2. The characterization focuses on the influence of particle concentration (0, 0.1, 0.3, and 0.5%) and Cetyltrimethylammonium bromide (CTAB) surfactant (0, 3, 5, and 7%) on the thermal conductivity, viscosity, and zeta potential of the nanofluids. Particle Size Analyzer (PSA) testing results on the particles indicate an increase in particle size from 268.7 d.nm to 1035.6 d.nm (after 10 hours of milling) and 572.6 d.nm (after 20 hours of milling), indicating that the particles do not reach the nano size and belong to the category of micro-dispersed thermal fluid. The thermal conductivity value decreases with increasing particle and surfactant concentrations, with the highest value observed in the sample with 0.5% particles and 0% CTAB, amounting to 0.764 W/mK. The viscosity value shows a linear increase with the addition of particle and surfactant concentrations, reaching the highest value in the sample with 0.5% particles and 7% CTAB, at 2.658 mPa.s. The zeta potential value increases with increasing particle and surfactant concentrations until reaching the optimum point in the sample with 5% CTAB, resulting in a zeta potential of 43 mV.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Penggunaan agar-agar pada produk pangan cukup luas, namun demikian masih terdapat kelemahan sifat fungsionalnya. Peningkatan sifat fungsional agar-agar dilakukan dengan penambahan berbagai jenis gum karena gum memiliki efek sinergisme dengan fikokoloid. Pada penelitian ini dibuat formulasi agar-agar dengan berbagai jenis gum yaitu gum arabik, guar gum, locust bean gum (LBG), dan konjak. Variasi rasio formula agar-agar dengan berbagai jenis gum masing-masing adalah 1:3, 1:1, dan 3:1. Sebagai pembanding digunakan agar-agar kontrol tanpa penambahan gum. Sifat fungsional yang diamati meliputi kekuatan gel, elastisitas, sineresis, viskositas, titik leleh, dan titik gel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penambahan LBG dan konjak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kekuatan gel agar-agar. LBG dan konjak memiliki efek sinergis dalam meningkatkan kekuatan gel. Kekuatan gel agar-agar meningkat dari 493 g/cm2 menjadi 2011 g/cm2 pada penambahan konjak rasio 1:1 dan menjadi 864 g/cm2 pada penambahan LBG ratio 1:1. Elastisitas gel agar-agar meningkat dari 45 mm menjadi 47,90 mm pada penambahan guar gum rasio 3:1. Penambahan guar gum, LBG, dan konjak berpengaruh nyata terhadap peningkatan viskositas agar-agar. Guar gum, LBG, dan konjak memiliki efek sinergis dalam meningkatkan viskositas. Viskositas agar-agar meningkat dari 101 cPs menjadi 1880 cPs pada penambahan guar gum rasio 1:3, menjadi 1610 cPs dengan LBG rasio 1:3 dan menjadi 5380 cPs dengan konjak rasio 1:3. Titik leleh menu run dari 56°C menjadi 48°C pada penambahan gum arabik rasio 1:3.
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Chalid
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk mengamati karakteristik kerosin secara eksitu setelah magnetisasi sistim dua kutub yang saling berlawanan (dipole) dan berhadapan satu dengan yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik magnetisasi memberikan perubahan pada karakteristik kerosin. Kepolaran dan viskositas secara berturut-turut diamati dengan pengukuran indeks refraksi dan viskositas. Pemberian medan magnet sebesar 4330 Gauss dengan lama magnetisasi 60 menit memberikan peningkatan indeks refraksi dari 1,447 menjadi -1,449 serta menurunkan nilai viskositas dari 1,278 menjadi 1,256. Hal ini memperkuat kemungkinan terjadinya declustering serta peningkatan kepolaran pada molekul penyusun kerosin. Perubahan yang terjadi tidak sampai mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi dan struktur. Hal ini diindikasikan dengan hasil pengujian kromatografi gas dan spektroskopi infra merah.
Dipole Magnetization Effect to Kerosene Characteristics. Investigation of kerosene characteristics has been done by ex-situ dipole magnetization. The results show that magnetization technique can be able to influence kerosene characteristics. Polarity and viscosity of the kerosene are observed by measuring refractive index and viscosity. An hour of 4330 Gauss flux magnetic will increase refractive index from 1.447 to 1.449 and decrease the viscosity from 1.278 to 1.256. Those changing support de-clustering occurrence and polarity increment of kerosene molecule. Gas chromatography and infrared result show that those changing do not alter kerosene structure and composition.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>