Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Sekar Putrinara
"Persoalan victim blaming terhadap perempuan korban kekerasan seksual dipicu oleh stereotip tentang perempuan dalam masyarakat patriarki. Budaya patriarki mengonstruksi stereotip tentang perempuan yang menjadi dasar penilaian seorang perempuan. Cerpen “Kuping” karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie menggambarkan isu victim blaming yang dialami oleh perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan perilaku victim blaming dan diskriminasi yang terjadi pada tokoh perempuan dalam cerpen “Kuping”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa victim blaming pada perempuan korban kekerasan seksual terjadi karena masyarakat patriarkis lebih percaya dengan pernyataan dari laki-laki serta adanya stereotip tentang perempuan. Perlakuan diskriminatif yang diterima oleh perempuan korban kekerasan seksual berupa pengucilan dan pengabaian. Melalui cerpen ini, pengarang memperlihatkan bahwa victim blaming dan diskriminasi merupakan persoalan yang memberikan penderitaan bagi korban kekerasan seksual. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan korban kekerasan seksual mendapatkan perlakuan diskriminasi berlapis dan masyarakat patriarkis yang tidak dapat memberikan keadilan bagi mereka. Karya ini juga menunjukkan pandangan dan kritik pengarang tentang victim blaming dan diskriminasi yang dapat menyadarkan masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan dari persoalan sosial tersebut.
Blaming the victim towards female victim of sexual violence is stimulated by stereotypes about women in a patriarchal society. Patriarchal culture constructs stereotypes and become the basis for judging women. The short story “Kuping” by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie contains the issue of victim blaming experienced by women. This study aims to describe victim blaming and discriminatory behavior that occurs to female characters in the short story “Kuping”. This study uses a qualitative method with a sociology of literature approach. The results of this study indicate that the victim blaming towards female victim of sexual violence occurs because of patriarchal society that believes more in men and there are stereotypes about women. The discriminatory treatment received by female victims of sexual violence is exclusion and disregard. Through the short story, the author shows that victim blaming cause suffering to victims of sexual violence. From this study, it can be concluded that women victims of sexual violence receive multiple forms of discrimination and patriarchal society unable to provide justice for them. This short story also shows the author’s point of view and criticisms about victim blaming and discrimination which can raises an awareness about the impacts of these social issues."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Rizqi Ghiffari
"Dalam tulisan ini, Penulis membahas mengenai secondary victimization yang disebabkan oleh narasi judul dalam situs berita daring yang memberitakan tindak kejahatan. penulis melakukan analisis terhadap pemberitaan media Tribunnews yang dalam narasi judulnya berpotensi menyebabkan Secondary victimization. Salah satu bentuk Secondary victimization yang ditemukan sebagai akibat dari narasi judul yang kurang tepat adalah victim blaming. Fenomena victim blaming yang terjadi menjadikan korban disalahkan atas peristiwa yang menimpanya. Pandangan bahwa korban ikut serta menjadi penyebab peristiwa yang menimpanya dapat berdampak negatif dan memperburuk keadaan psikologis korban. Kondisi ini diperparah dengan adanya clickbait dalam narasi judul berita tersebut. Adanya Clickbait dalam judul berita tersebut dapat menyebabkan amplifikasi sehingga memperburuk dampak dari secondary victimization yang terjadi. Perilaku masyarakat Indonesia juga menjadi permasalahan karena masyarakat Indonesia cenderung hanya membaca judul berita dari sebuah pemberitaan tindak kejahatan. Akibatnya, terjadi pemaknaan yang kurang tepat terhadap informasi dalam berita secara keseluruhan.
In this paper, the author discusses secondary victimization caused by narrative headline of online sites that write crime news. The author conducted an analysis towards Tribunnews' news which has the potential to cause secondary victimization by their narrative headline. One form of secondary victimization that was found as a result of the inaccurate narrative was victim blaming. The phenomenon of victim blaming has caused victims to be blamed for the incident that happened to them. The view that the victims participate as the cause of the incident that happened to them also have a negative impact and worsen the psychological state of the victim. This condition is exacerbated by the existence of clickbait in narrative headline news. The existence of clickbait in the headline can cause amplification, which exacerbates the impact of secondary victimization. The behavior of the Indonesian people is also a problem because Indonesians tend to only read headlines from a crime news. As a result, there is less precise meaning of a whole information in the news content."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Anamika Anjani Wiyasih
"Penulisan ini dibuat untuk menjabarkan serta mengetahui pemberitaan yang merugikan perempuan korban perkosaan melalui adanya mitos perkosaan dengan menganalisis makna bahasa yang terdapat dalam pemberitaan tersebut. Penulisan ini menggunakan metode analisis isi dengan pemikiran Roland Barthes untuk mengkaji mitos-mitos perkosaan dalam media massa. Hasil penulisan ini ditemukan bahwa terdapat lima mitos perkosaan yang ada dari data hasil penelitian sebelumnya, yaitu data hasil penelitian O’Hara (2012), Heaney (2012), Diani (2013) dan Kasenda (2014). Mitos perkosaan merupakan bentuk dominasi patriarkat yang menyalahkan perempuan sebagai korban perkosaan. Mitos perkosaan tersebut antara lain, "perempuan meminta untuk diperkosa", "perempuan yang sedang mabuk bersedia untuk terlibat dalam setiap aktivitas seksual", "pemerkosa adalah orang abnormal, gila atau sakit", "perempuan berbohong tentang perkosaan yang menimpanya" dan "korban perkosaan adalah perempuan yang cantik dan menarik".
This paper is designed to describe and to know the news that harm women victims of rape through the rape myths by analyzing the meaning of language contained in the article. This paper using content analysis by Roland Barthes’s idea to examine the rape myths in the mass media. The results of this study was found that there are five existing rape myths from the previous studies, the research data of O’Hara (2012), Heaney (2012), Diani (2013), and Kasenda (2014). Rape myths is a form of patriarchal domination that blaming the women as victims of rape. The rape myths are "women asking for rape", "women who are drunk are willing to engage in any sexual activity", "rapists are abnormal, crazy or sick", "women lie about rape", "rape victims are beautiful and interesting women"."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dita Tri Buana Tunggal Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman kekerasan perempuan yang dilacurkan sebagai korban kekerasan negara yang direpresentasikan melalui aparat penertiban. Penelitian ini dilihat dalam tinjauan kriminologi dengan menggunakan perspektif gender dalam menjelaskan kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan yang dialami oleh perempuan yang dilacurkan, bentuk kekerasan, reaksi, dan dampak mereka terhadap kekerasan yang dialami perempuan yang dilacurkan. Dalam menganalisa digunakan Dalam menganalisa digunakan perspektif feminis yang mana dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk kajian kriminologi, berkontribusi dalam memperjuangkan hak-hak serta keadilan untuk perempuan.
Tipe Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sedangkan untuk pendekatan penelitiannya adalah kualitatif yang menggunakan perspektif gender dalam memperoleh data dan informasi mengenai perempuan. Peneliti telah melakukan wawancara 3 orang perempuan sebagai subyek inti. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan yang dilacurkan mengalami kekerasan yang sangat erat dengan victim blaming dari stigma yang mendiskriminasikan mereka. Penelitian ini merekomendasikan kepedulian sosial dari masyarakat maupun pemerintah mengenai hak-hak asasi perempuan yang dilacurkan.
This research is aimed to see the violence experienced of women which is involved in prostituted women as state violenced. This research is seen from criminology and gender overview to see violenced of women. The study also describe violence factors, violence forms, reaction, and impact with their violences. In analyzing the data the researcher uses feminist perspective which have contribution to defend rights and justice for women. This research method appertain into field research. While the research approach is qualitative which use feminist perspective to collect data and information about women. Researcher have conducted interviews 3 woman as the core subjects. This result find women prostituted got victim-blaming from stigma which is discriminated them. This result recommended social cares from society and goverment about prostituted women rights."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Gyung-sook Jane Lee
Seoul : OMNES, 2019
350 OMNES 9:1 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Lutvia Aviva Naila Lantana
"Victim blaming atau tindakan menyalahkan korban sering terjadi dalam masyarakat ketika muncul kasus kekerasan seksual, salah satunya adalah ketika kekerasan seksual terjadi di lingkungan kampus. Film Penyalin Cahaya (2021) menjadi salah satu film yang menceritakan mengenai kekerasan seksual terutama di lingkungan kampus dan dunia digital, serta korban yang harus mengalami victim blaming karena mencoba untuk mengusut kekerasan seksual yang dialaminya. Penulis mengidentifikasi film menggunakan pendekatan kriminologi visual dan film tersebut memberikan representasi victim blaming serta menggambarkan perjuangan korban mendapatkan keadilan. Melalui viktimologi kritis, penulis mengidentifikasikan juga kalau Penyalin Cahaya memperlihatkan bagaimana kebijakan kampus tidak dapat melindungi korban kekerasan seksual dan adanya tumpang tindih kekuasaan yang dimiliki pelaku.
Victim blaming, or the act of blaming the victim, often occurs in society when cases of sexual violence arise, one of which is when sexual violence occurs on campus. The film Photocopier (2018) is one of the films that talk about sexual violence, especially in the campus environment and the digital world, as well as victims who must experience victim blaming for trying to investigate the sexual violence they experienced. The writer identifies the film using a visual criminology approach, and the film provides a representation of victim blaming and depicts the victim's struggle for justice. Through critical victimology, the author also identifies that the Photocopier shows how campus policies cannot protect victims of sexual violence and that there is an overlap of powers that the perpetrators have."
Depok:
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library