Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hisyam Attamimi
Abstrak :
Gangguan fungsi diastolik yang dapat terjadi pada iskemia miokard merupakan gangguan fase relaksasi miokard ventrikel bahkan terjadi lebih awal sebelum gangguan fungsi sistolik-3) Gangguan fungsi diastolik tersebut dapat terjadi tanpa adanya gangguan segmental, sehingga fungsi diastolik dapat digunakan sebagai parameter yang tepat dan peka pada kasus iskemia miokard pada fase awal "Pulse Doppler echocardigraphy" telah banyak terbukti dapat mengukur aliran transmitral cukup akurat, sebagai parameter fungsi diastolik ventrikel kiri berupa pengukuran kecepatan pengisian awal ( E ), waktu deselerasi, kecepatan pengisian oleh atrium ( A ), dan rasio E/A,waktu isovolumik relaksasi. 26 penderita yang memenuhi kriteria penelitian, 23 lelaki dan 3 wanita dengan usia 52,7 ± 6,7 tahun, dilakukan pemeriksaan ekokardiografi sehari sebelum angioplasti dan dilakukan pemeriksaan ulang pada 24-48 jam setelah angioplasti. Secara keseluruhan didapatkan rata-rata kecepatan E menurun setelah angioplasti dari 71,63 ± 18,65 cm/det menjadi 69,67 ± 15,65 cm/det, perbedaan ini tak bermakna dengan p = 0,75, juga pada revaskularisasi lengkap maupun tak lengkap didapatkan perbedaan yang tak bermakna Secara keseluruhan didapat rata-rata nilai kecepatan A menurun setelah angioplasti dari 68,10 ± 18,55 cm/det menjadi 66,18 ± 20,26 cm/det,perubahan inipun tak bermakna dengan p= 0,56. Penurunan kecepatan A pada angioplasti dengan revaskularisasi lengkap maupun tak lengkap, juga tidak berbeda bermakna (tabel 4.1). Secara keseluruhan perubahan ratio E/ A juga tak berbeda bermakna, oleh karena penurunan nilai A setelah angioplasti disertai pula penurunan nilai E, sehingga rasio E/A dari 1,03 ±0,18 menjadi 1,04 ± 0,16, dengan p 0,92, demikian juga pada revaskularisasi lengkap maupun tak lengkap tak dijumpai perbedaan bermakna. Secara keseluruhan waktu deselerasi sesudah angioplasti menurun dari 208,8 ± 59,9 mdet mejadi 191,6 ± 49,9 mdet, perbedaan ini dengan uji kemaknaan Wilcoxson berbeda bermakna dengan nilai p = 0,04, tetapi pada angioplasti dengan revaskularisasi tak lengkap waktu deselerasi menunjukkan perbedaan tak bermakna. Waktu isovolumik relaksasi menurun pada seluruh pasien bermakna dari 119,6 ± 27,65 mdet menjadi 102,3 ± 25,86 mdet, dengan p = 0,001, sedang pada pasien dengan revaskularisasi tak lengkap tak menunjukkan perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah angioplasti. Kesimpulan: setelah angioplasti yang berhasil terdapat perubahan fungsi diastolik ventrikel kiri berupa perbaikan fungsi relaksasi ventrikel kiri yang ditunjukkan dengan parameter waktu deselerasi dan waktu isovolumik relaksasi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ireng Ambasari
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh penyuntikan ekstrak Apium graveolens Linn, beberapa kadar secara intravena terhadap elektrokardiogram tikus. Digunakan 25 ekor tikus putih jantan berusia 6 bulan yang dibius dengan uretan secara intraperitoneal. Hewan terbagi atas 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol tanpa perlakuan (I), penyuntikan secara intravena 1 ml pelarut akuabidestilata (II), ekstrak berkadar setara dengan 0,25, 0,50, atau 1,00 g serbuk (III, IV, V). Elektrokardiogram dicatat pada waktu sebelum dan setelah perlakuan pada menit ke-0, 10, 20, 40, 60, dan 120. Dibuat grafik rata-rata nilai perubahan frekuensi denyut jantung, besar tegangan P, R, T, dan interval P-R, QRS, Q-T dari kelima kelompok perlakuan pada setiap waktu pengamatan . Hasil uji Kruskal-Wallis ( oc = 0,05) terhadap ketujuh nilai perubahan tersebut pada setiap waktu pengamatan menunjukkan tidak ada perbedaan antar perlakuan, kecuali pada menit ke-60 nilai perubahan besar tegangan gelombang R, yang dengan uji Dunn (α = 0,20) diketahui terdapat perbedaan antara kelompok III-I dan III-V. Diduga perlakuan pada kelompok III meningkatkan kerja jantung, dan pada kadar yang besar, kerja jantung makin berat, sehingga terjadi hipertrofi ventrikel. ABSTRACT
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Lead editor of Braunwald's Heart Disease, Dr. Douglas L. Mann, and nationally and internationally recognized heart failure expert Dr. G. Michael Felker, bring you the latest, definitive state-of-the art information on heart failure in this outstanding Braunwald's companion volume. Heart Failure, 3rd Edition, keeps you current with recent developments in the field, improved patient management strategies, and new drug therapies and implantable devices that will make a difference in your patients' lives and in your practice. Braunwald's Heart Failure Companion also has an on-line version that is.
Philadelphia, PA: Elsevier-Saunders , 2016
616.12 HEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Karim Susanto
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Monosodium glutamat merupakan penyedap makanan dan dipakai sebagai wahana/ pembawa vitamin A. MSG dapat menyebabkan kerusakan pada nukleus hipotalamus, khususnya pada hewan muda. Beratnya kerusakan tergantung pada dosis dan umur, makin muda makin mudah terjadi kerusakan. MSG dapat melalui plasenta, dan hat ini kemungkinan dapat menyebabkan kelainan pada neonatus yang dilahirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan histologik neuron hipotalamus neonatus tikus yang induknya diberi monosodium glutamat selama gestasi. 24 tikus putih betina dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing 6 ekor, dan dikawinkan. Setelah ada tanda gestasi, masing-masing diberi MSG secara intubasi esofagus. Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II diberi MSG 2400 mg/kgBB/hari, kelompok III 4800 mg dan kelompok IV 9600 mg. Semua neonatus yang dilahirkan setelah 5 hari kemudian dimatikan. Dibuat sediaan potong 5 melalui hipotalamus secara sari, masing-masing neonatus 24 sediaan dan di warnai HE; sel neuron hipotalamus sekitar ventrikel 3 dinilai secara kualitatif. Hasil dan kesimpulan: Pada kelompok I 34 ekor neonatus tikus dan kelompok II 31 ekor tidak ditemukan kelainan pada neuron hipotalamus. Kelompok III, 6 ekor tanpa kelainan dan 7 ekor memperlihatkan edema intraseluler. 30 ekor dari kelompok III, dan seluruhnya 34 ekor dari kelompok IV memperlihatkan edema intraseluler dan/atau inti sel neuron piknotik. MSG yang diberikan secara intubasi esofagus dengan dosis 2400 mg/kgBB/hari pada induk tikus selama gestasi tidak menimbulkan kerusakan pada neuron hipotalamus neonatus yang dilahirkan. MSG dengan dosis 4800 mg mengakibatkan kerusakan pada neuron hipotalamus dalam derajat yang berbeda, dan dosis 9600 mg menimbulkan kerusakan neuron hipotalamus pada semua neonatus.
Scope and Method of Study: Monosodium glutamate MSG) is used as food additive and as a carrier for vitamin A fortification. It might induce lesions on the hypo-thalamic neuron, especially in infant animals, the incidence and severity varied according to the dosage and age. Young animals were more susceptible than old ones. MSG can be carried via placenta, therefore this may cause changes on newborn rats. This study was carried out to indicate whether there are disturbances on hypothalamic neuron of newborn rats whose mothers were given MSG orally during gestation. 24 white female rats were divided into 4 groups. After gestation, MSG was given orally with intubations esophagus. The control group (group I), groups treated with 2400 mg/kgBW/day (group II), 4800 mg {group III) and 9600 mg (group IV). Five days after all the neonatus were born then killed, part of the hypothalamic were made. Serial sections were made and stained routinely with hematoxylin-eosin. Qualitative evaluation of neuronal damage of the nuclei in the hypothalamic region around the third ventricle were carried out. Findings and Conclusions: In the control group (34 litters) and group II (31 litters) no histological abnormalities on the hypothalamic neuron were found. In group III, 6 showed no abnormalities and 7 showed intracellular edema. 30 litters of group III and all 34 of group IV showed intracellular edema and pycnotic neuronal nuclei. MSG given orally in dosage of 2400 mg/kgBW/day to female rats during gestation produce healthy litters which showed no histological damage to neuronal cells in the hypothalamic region. However, with a dosage of 4800 mg/kgBW/day and 9600 mg/kgBW/day damage was seen at variable degrees in neuronal cells in the hypothalamic region.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanovnegara
Abstrak :
ABSTRACT
Latar belakang: Kardiomiopati merupakan penyebab kematian tertinggi pada pasien thalassemia mayor, dengan mayoritas kasus merupakan gagal jantung kiri. Nilai referensi ventrikel kiri yang spesifik untuk pasien thalassemia mayor anak belum tersedia. Tujuan penelitian: Menentukan normogram rentang volume dan fungsi ventrikel kiri jantung sesuai BSA pada pasien thalassemia mayor anak dengan cardiac iron load normal. Metode: Sampel studi ini mencakup 60 pasien thalassemia mayor 30 lelaki, 30 perempuan berusia < 18 tahun yang memiliki cardiac iron load normal berdasarkan waktu T2 jantung > 20 ms pada 1.5T , tidak memiliki keluhan kardiovaskular secara klinis, maupun ko-morbiditas yang signifikan. Volume dan fungsi ventrikel kiri diukur dari gambar MRI sekuens cine-SSFP potongan short axis, pada fase end-diastolic dan end-systolic. Hasil: Analisis regresi menunjukkan korelasi signifikan antara BSA dengan hasil pengukuran ventrikel kiri dengan model non-linear vol = a BSAb , kecuali untuk LVEF. Tidak terdapat perbedaan LVEF yang signifikan antara subjek thalassemia mayor anak lelaki mean 62,5 , SD 3,8 dan perempuan mean 61,7 , SD 4,3 . Cardiac output lebih tinggi pada subjek lelaki dibandingkan perempuan pada rentang BSA 0,6 hingga 1,7 m2. Kesimpulan: Penelitian ini menghasilkan nilai referensi dalam bentuk normogram untuk parameter volume dan fungsi ventrikel kiri yang dapat dipergunakan secara spesifik untuk pasien thalassemia mayor anak.
ABSTRACT
"Background Cardiomyopathy represents the leading cause of mortality in thalassemia major patients, with left sided heart failure predominating. Normalized LV parameters for adult thalassemia major population has been established, yet specific reference values for pediatric thalassemia major population are still lacking. Objective To determine gender specific reference values of LV measurements for pediatric thalasemia major patients based on BSA. Methods The study included 60 pediatric thalassemia major patients 30 males, 30 females who had normal cardiac iron load based on T2 MRI time above 20 ms at 1.5T , without cardiovascular symptoms or significant co morbidities. Left ventricular volumes and function were measured on SSFP cine CMR end diastolic and end systolic images, acquired in short axis plane. Results Regression analyses demonstrated good, significant correlations p 0.05 between BSA and cardiac measurements with non linear growth model vol a BSAb , except for LVEF which remained constant throughout the BSA range. LVEF in males mean 62.5 , SD 3.8 did not differ significantly to females mean 61.7 , SD 4.3 . Cardiac output was projected to be constantly higher in males from BSA 0.6 to 1.7 m2. Conclusion This study has established normograms of left ventricular volumes and function parameters to be used specifically for pediatric thalassemia major patients.
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rustiana Tasya Ariningpraja
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang: latihan fisik aerobik teratur dapat menyebabkan perubahan morfometrik, peningkatan ukuran miosit dengan peningkatan ekspresi connexin43 (Cx43) tanpa lateralisasi, serta peningkatan deposisi matriks ekstraseluler. Latihan fisik sebaiknya dimulai sejak masa anak-anak, guna mencapai kesehatan kardiovaskular di masa dewasa. Metode: Tikus usia juvenile dan dewasa muda dibagi secara acak dalam 7 kelompok, yaitu: kelompok latihan fisik onset juvenile durasi 4 minggu dan kontrol, kelompok latihan fisik onset juvenile durasi 8 minggu dan kontrol, kelompok latihan fisik onset juvenile durasi 12 minggu, kelompok latihan fisik onset usia dewasa muda durasi 8 minggu dan kontrol. Latihan fisik disesuaikan dengan usia tikus dan dipertahankan pada kecepatan 20 m/menit selama 20 menit intermitten, 5x seminggu. Analisis morfometrik jantung, peningkatan ukuran miosit, deposisi matriks ekstraseluler, serta ekspresi serta distribusi Cx43. Hasil: Tikus terlatih (5, 8, dan 12 minggu) pada kedua kelompok usia menunjukkan nilai berat jantung, berat ventrikel kiri, diameter rongga ventrikel, ketebalan otot jantung yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrolnya. Peningkatan ukuran panjang miosit juga meningkat kelompok latihan dibanding kontrol. Deposisi matriks ekstraseluler meningkat pada kelompok latihan dibandingkan kontrol. Ekspresi Cx43 juga meningkat pada sisi lateral. Kesimpulan: Latihan fisik aerobik dapat meningkatkan ukuran jantung dengan peningkatan ukuran sel, peningkatan deposisi matriks ekstraseluler, peningkatan Cx43 pada sisi lateral. Peningkatan matriks ekstraseluler dan peningkatan lateralisasi menunjukkan peningkatan risiko aritmia.
ABSTRACT Background: Regular aerobic exercise can improve morphometric changes, an increase in the size of myocytes with increased expression of connexin43 (Cx43) without lateralization, and increase extracellular matrix deposition. Exercise should be started since childhood, in order to achieve cardiovascular health in adulthood. Methods: Juvenile and young adult Rats randomly divided into 7 groups: juvenile onset 4 weeks exercise duration and control group, juvenile onset 8 weeks exercise duration and control group, exercise juvenile onset 12 weeks exercise duration, young adult onset 8 weeks exercise duration and control group. Physical exercise adapted to the age of rats and maintained at speed of 20 m/minute for 20 minutes intermittent, 5 times a week. Morphometric analysis of the heart, increase the size of myocytes, extracellular matrix deposition, expression and distribution of Cx43. Results: Trained rats (5, 8, and 12 weeks) in both age groups showed values of heart weight, left ventricle weight, ventricular cavity diameter, heart muscle thickness is higher than control group. Increased length of myocytes also increased in exercise group compared to the control. Increased deposition of extracellular matrix in exercise group than control. Cx43 expression was also increased in the lateral side. Conclusions: Aerobic exercise can increase the size of the heart with increased cell size, increased extracellular matrix, increased Cx43 lateralization. Increased extracellular matrix deposition and increased lateralization showed an increased risk of arrhythmia.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Frisca Ronauli
Abstrak :
Latar belakang: Latihan fisik aerobik adalah latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan sedangkan latihan fisik yang dilakukan dengan peningkatan durasi dan kecepatan secara bertahap termasuk dalam aerobik Overtraining. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hipertrofi pada otot ventrikel jantung kiri tikus pasca latihan fisik aerobik serta pasca latihan fisik aerobik overtraining. Metode: Identifikasi morphologi kardiomiosit ventrikel kiri jantung tikus menggunakan pewarnaan hematoksilin eosin, sedangkan untuk jaringan fibrosis dengan pewarnaan Masson?s Trichrome. Identifikasi tersebut dilakukan pada kelompok kontrol, dan kelompok perlakuan aerobik dan overtraining yang dilakukan selama 11 minggu. Hasil: Analisis data menunjukkan terjadi hipertrofi yang ditandai dengan adanya peningkatan panjang (p=0,017), lebar (p=0,037) pada kelompok aerobik dibandingkan dengan kelompok overtraining. Peningkatan jaringan fibrosis pada kelompok overtraining dengan p= 0,00.
Introduction : Aerobic exercise is physical exercise done regularly and continuously while physical exercise done by increasing the duration and speed gradually included in the aerobic Overtraining. This study aims to analyze hypertrophy in the left ventricle of the heart muscle of mice after aerobic exercise and aerobic exercise post overtraining. Methods : Left ventricular cardiomyocyte morphology rat heart is identified by hematoxylin eosin staining, whereas for fibrotic tissue with Masson's Trichrome staining. Such identification is performed in the control group and the treatment group performed aerobic and overtraining for 11 weeks. Conclucion: Analysis of the data showed that hypertrophy is characterized by an increase in length (p = 0.017), width (p = 0.037) in the aerobic group compared with the group of overtraining. Increased tissue fibrosis in the overtraining group with p = 0,00.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Setyawan Syamsul
Abstrak :
Latar Belakang : Hipertensi merupakan kondisi yang banyak ditemui di pusatkesehatan primer dan menjadi suatu faktor risiko terjadinya disfungsi diastolik.Disfungsi diastolik ini terjadi sebelum gagal jantung pada pasien hipertensidengan fraksi ejeksi ventrikel kiri normal, sehingga diagnosa disfungsi diastolikpenting untuk dapat diketahui secara dini sebelum terjadi gagal jantung. Beberapafaktor telah diketahui dapat mempengaruhi terjadinya disfungsi diastolik ventrikelkiri. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat digunakan untuk dibuat suatu sistemskor disfungsi diastolik ventrikel kiri. Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian disfungsidiastolik ventrikel kiri pada pasien hipertensi, dan membuat suatu sistem skor darifaktor-faktor tersebut. Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di RumahSakit Umum Daerah Tarakan Kalimantan Utara pada subyek dengan hipertensi.Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016. Dilakukan pencatatan karakteristikpasien, faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi disfungsi diastolik, serta hasilpemeriksaan ekokardiografi, terutama parameter pemeriksaan penilaian fungsidiastolik ventrikel kiri. Hasil : Total sampel penelitian ini adalah 132 sampel, dimana disfungsi diastolikventrikel kiri didapatkan pada 40,2 pasien hipertensi. Faktor-faktor yang dapatdijadikan sebagai determinan untuk model akhir sistem skor dari hasil analisisregresi logistik adalah usia ge;55 tahun OR 4,97, IK95 1,60-15,42, p=0,006 ,tekanan darah tidak terkontrol OR 22,33, IK95 4,11-121,48, p.
Background: Hypertension is the most common condition seen in primary careand as a risk factor for diastolic dysfunction. Diastolic dysfunction occurredbefore heart failure in hypertensive patients with preserved ejection fraction, sothat early diagnosis of diastolic dysfunction diagnosis is very important. Severalfactors has been known related with left ventricular diastolic dysfunction. A newscoring system of left ventricular diastolic dysfunction could be formulated fromthose factors. Objectives: To identify factors related to left ventricular diastolic dysfunction inhypertensive patients, and to create a scoring system from those related factors. Methods: This is a cross sectional study that was conducted in Tarakan GeneralDistrict Hospital North Borneo with hypertensive subjects, on October 2016.Patients characteristics was noted, and all factors related to left ventricukardiastolic dysfunction, echocardiographic examination, especially for leftventricular diastolic function parameters. Results: There are 132 total samples in this study, and left ventricular diastolicdysfunction was found in 40,2 samples. Determinant variables for the finalmodel of scoring system from logistic regression analysis were age ge 55 years old OR 4.97, 95 CI 1.60 15.42, p 0,006 , poor blood pressure control OR 22.33,95 CI 4.11 121.48, p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T57639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Oktavia
Abstrak :
Latar belakang: Disfungsi ventrikel kanan merupakan salah satu komplikasi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penilaian fungsi ventrikel kanan penting, karena berkaitan dengan keterbatasan kemampuan kerja pasien serta prognosis yang buruk. Tujuan: Untuk mengetahui proporsi disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kanan pada PPOK stabil, serta untuk mengetahui korelasi forced expiratory volume in one second (FEV1) % prediksi dengan nilai Tricuspid annular plane systolic excursion (TAPSE) dan nilai titik potong kedua variabel tersebut. Metode: Dilakukan pemeriksaan spirometri terhadap 30 pasien PPOK stabil (rerata usia: 65 ± 6 tahun). Kemudian semua pasien menjalani pemeriksaan ekokardiografi standar, TAPSE, mengukuran dimensi ruang jantung kanan dan inflow trikuspid. Hasil: Rerata nilai rerata FEV1 28 ± 8% prediksi. Tidak terdapat pasien dengan derajat obstruksi yang ringan, 57% subjek mengalami derajat obstruksi yang sangat berat. Semua pasien menunjukan pola spirometri campuran obstruktif dan restriktif. Rerata dimensi ruang jantung kanan pasien dalam batas normal. Terdapat 40% pasien yang mengalami disfungsi diastolik. Rerata nilai TAPSE 16, 96 ± 96 mm. Terdapat 60% pasien yang mengalami penurunan nilai TAPSE. Tidak terdapat beda rerata nilai TAPSE antara kelompok dengan derajat obstruksi sedang-berat dengan derajat obstruksi sangat berat. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara FEV1 % prediksi dengan TAPSE, sehingga titik potong kedua variabel tidak dapat ditentukan. Simpulan: Proporsi disfungsi sistolik ventrikel kanan 60% dan disfungsi diastolik 40%. Tidak terdapat korelasi nilai FEV1 % prediksi dengan nilai TAPSE, sehingga nilai titik potong kedua variabel tidak dapat ditentukan pada PPOK stabil.
Background: Right ventricular dysfunction is one of the common complication of chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Right ventricular assessment is importance, since it related with exercise intolerance and poor prognosis. Objective: To determine the proportion of systolic and diastolic dysfunction of right ventricle in stable COPD patients and to determine the correlation between forced expiratory volume in one second (FEV1) % prediction and Tricuspid annular plane systolic excursion (TAPSE) and also to determine the cut-off value between the two variables. Methods: Thirty stable COPD men (mean age: 65 ± 6 yr) underwent spirometry. In addition to conventional echocardiographic parameters, TAPSE, right heart chambers, and trans tricuspid inflow were determined. Results: The mean value of FEV1 was 28 ± 8% of the predicted value. There was no subject with mild airflow limitation, 57% subjects were with very severe airflow obstruction. All of pulmonary function test showed mixed restrictive-obstructive pattern. Mean of right chamber was in normal limit. Forty percent of the patients suffered right ventricular diastolic dysfunction. Means of TAPSE was 16.96 ± 96 mm. Sixty percent of the patients suffered right ventricular systolic dysfunction. There was no significant difference in TAPSE between groups with moderate-severe flow obstruction and very severe airflow obstruction. There was no significant correlation between FEV1 % prediction and TAPSE, so the cut-off value between the two variables cannot be determined. Conclusions: The proportion of right ventricular systolic dysfunction was 60% and diastolic dysfunction was 40%. There was no correlation between FEV1 % prediction and TAPSE. The cut-off value between the two variable in stable COPD patients cannot be determined.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Fanani
Abstrak :
Latar Belakang: Hipertrofi ventrikel kiri VKi merupakan adaptasi kardiak pada hipertensi dan meningkatkan risiko gagal jantung diastolik. Hipertrofi VKi sering ditemui pada gagal jantung diastolik, namun hubungan hipertrofi VKi dengan kapasitas fungsional dan parameter disfungsi diastolik masih kontroversi. Tujuan: Menilai korelasi IMVKi dengan kapasitas fungsional, perubahan parameter diastolik, dan global longitudinal strain GLS pada pasien hipertensi laki-laki asimptomatik dengan hipertrofi VKi. Metode: Pasien hipertensi laki-laki asimptomatik dengan IMVKi>115 gr/m2 tanpa masalah koroner, aritmia, penyakit jantung bawaan, dan penyakit jantung katup masuk kriteria studi. Uji latih ergocycle menggunakan protokol ramp. Akuisisi IMVKi pada awal uji dan pengukuran parameter diastolik E/A, E/e rsquo;, IVRT dan GLS pre dan puncak uji. Hasil: Terdapat 41 subjek dengan usia 55 32-64 tahun. Median nilai IMVKi subjek 129 116-319 gr/m2, dengan rerata kapasitas fungsional 5,7 1 METs. parameter diastolik pre dan puncak uji latih beban tidak berbeda bermakna. Rerata GLS pre uji rendah namun berbeda bermakna pada puncak uji latih pre vs puncak: -15,4 vs 18,5 ; p ...... Backgrounds: Left Ventricular Hypertrophy LVH is an adaptation on hypertension and increases diastolic heart failure risk. LVH are common in diastolic heart failure. Prior studies showed various results on correlation Left ventricular mass index LVMI, with functional capacity and diastolic parameters. Objectives: To assess correlations of LVMI with functional capacity, diastolic parameters changes, and global longitudinal strain GLS in male asymptomatic hypertensive patients with LVH. Methods: Male asymptomatic hypertensive patients with LVMI 115 gr m2 without history of CAD, arrhythmia, congenital, and valvular heart disease are recruited. Stress test use ramp protocol. Initial LVMI is acquired, and diastolic parameters E A, E e, IVRT and GLS are acquired at pre and peak stress test. Results: Forty one patients were recruited aged 55 32 64 years old. The median of LVMI was 129 gr m2 and mean functional capacity was 5,7 METs. Pre and peak stress test diastolic parameter values were insignificant. Pre stress test GLS mean was low but increased at peak pre vs peak 15,4 vs 18,5 p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>