Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pollard, A.F.
London: Longman , 1951
923 POL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdan, Andalusia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gap yang terjadi antara corporate culture yang sengaja ditanamkan top level management (intended) dengan corporate culture yang berkembang saat ini dalam level manajer (deliberate) dan level karyawan (emergent) serta menjelaskan pengaruh dari gap tersebut terhadap basis daya saing. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan mengambil studi kasus pada PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bargerak di bidang agrobisnis dan agroindustri. Sampel diambil secara random yang berstrata secara tldak proporsional (disproportionate stratined random sampling) darl tiga wilayah sebanyak 180 Sampel yang terdiri dari 22 manajer dan 158 karyawan. lnstrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah Organréational Culture Profile (OCP), untuk mengetahui corporate culture yang saat ini berkembang pada level karyawan dan manajer (emergent versus deliberate). Untuk mengukur variabel-variabel tersebut digunakan t-test dan Analysis Of Variance (ANOVA). Sedangkan untuk top level management (Intended) tidak dilakukan pengujian dengan OCP, namun menggunakan corporate culture yang sudah sengaja ditanamkan. Dart hasil penelitian, diketahui bahwa karyawan dan manajer di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) menyatakan bahwa dari 7 (tujuh) faktor yang ada dalam nilai-nilai corporate culture yang sengaja ditanamkan oleh top level management (intended), hanya terdapat 3 (tiga) faktor yang sudah tertanam kuat dalam level manajer dan karyawan. 3 (tiga) faktor yang sudah tertanam kuat tersebut adalah faktor 1 (inisiatit), faktor 3 (kejujuran) dan faktor 5 (onentasl kerja tim). Sedangkan gap yang tedadi sebanyak 4 (empat) faktor yaitu pada: faktor 2 (orientasi pada kepentingan pegawai), faktor 5 (kemauan bereksperlmen), faktor- 6 (penekanan pada kualitas) dan faktor 7 (orientasi pada peraturan). Secara umum dapat dinyatakan bahwa dengan adanya 4 (empat) gap faktor yang terjadi tersebut maka usaha top level management PT Perkebunan VIII (Persero) untuk membangun corporate culture masih memlliki kelemahan-kelemahan yang mendasar sebagai basis daya saing.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T6520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Couperus, Louis, 1863-1923
Amsterdam: G.A. van Oorschot, 1975
BLD 839.36 COU v VIII
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Saptuti Chunaeni
Abstrak :

 

ABSTRAK

 

Nama                        : Saptuti Chunaeni

Program Studi             : Program Doktor Ilmu Biomedik

Judul Disertasi             : Upaya Meningkatan Stabilitas Faktor VIII melalui

  Liofilisasi Produk Minipool Cryoprecipitate

  untuk Tatalaksana Penderita Hemofilia A di Indonesia.

Latar Belakang: Penderita Hemofilia di Indonesia sekitar 2.000 orang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Di Jabodetabek, 403 anak penderita hemofilia, 86% hemofilia A dan 54% diantaranya hemofilia A berat. Konsentrat F VIII digunakan untuk terapi sulih Hemofilia A, mahal, harus impor dan tidak selalu tersedia. Kriopresipitat sebagai terapi sulih alternatif, kandungan F VIII sedikit dan pemberiannya untuk segolongan darah. MC cair dari Mesir, dapat meningkatkan kandungan dan keamanan F VIII. Bentuknya cair dan suhu penyimpanan minus 30°C, sehingga perlu ditingkatkan stabilitasnya dengan liofilisasi menjadi MC kering.

Tujuan:Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas dan keamanan MC kering lebih besar atau sama dengan MC cair.

Metode:Liofilisasi MC cair menjadi MC kering dilakukan agar lebih stabil dan dapat disimpan di suhu dingin (2-6°C) dan suhu ruang ( > 25°C). MC kering, ada yang ditambah eksipien (KE+) dan tanpa eksipien (KE-). Dilakukan uji banding stabilitas MC cair dan MC kering pada hari ke 0, 7, 30 dan 240, meliputi pemeriksaan kandungan F VIII, pH, osmolalitas dan kelarutan. Pemeriksaan keamanan MC cair menggunakan flowcytometri dan MC kering dengan hemaglutinasi dan kontaminasi bakteri.  

Hasil:MC Kering tanpa Eksipien (KE-) pada waktu penyimpanan 30 hari (T30) lebih tinggi F VIII-nya dibandingkan MC Kering dengan Eksipien (KE+) dan MC Cair. Namun pada waktu penyimpanan 240 hari (T240) penurunan F VIII pada KE- lebih banyak daripada KE+. Keamanan dengan memeriksa kontaminasi bakteri dan hemaglutinin pada MC kering sama dengan MC cair. 

Kesimpulan:MC kering tanpa eksipen yang disimpan pada suhu dingin dan suhu kamar, stabilitas kandungan F VIII sangat baik pada hari ke 30. Penambahan eksipien yang terlalu banyak, dapat menghancurkan protein yang terkandung di dalamnya. Keamanan MC kering sama dengan MC cair.

Kata kunci: F VIII, Hemofilia A, MC kering, Stabilitas.


ABSTRACT

 

Name                           : Saptuti Chunaeni

Programme of study   :Doctoral Program in Biomedical Science

Title                             :To Improve Stability of Factor VIII with Minipool

 Cryoprecipitate Lyophilized for Hemofilia a Treatment in

 Indonesia

 

 

Background:  There are about 2.000 hemophilia patients in Indonesia. Nowadays in

Jabodetabek alone, there are 403 children hemophilia mostly of 86% hemophilia A and 54% among them are of severe type.

Use of F VIII concetrate as a standard replacement therapy of hemophilia A, is expensive, needs to be imported from overseas and it is not always available. Cryoprecipitate as an alternative replacement therapy contains only a small yield F VIII and is only available for same blood group patients. Liquid minipool cryoprecipitate (MC) from Egypt can increase the F VIII content and safety. The MC, however is liquid and must be stored at – 30oC. Considering this, there is a need to improve the stability of F VIII by lyophilization procedure.

The aim of present study was to determine whether the stability and safety of dry MC was greater or equal to liquid MC.

Materials and Methods:Liquid of MC was lyophilized and was added excipients (KE+) or without excipient (KE-). Liyophilization is carried out to be more stable and can be stored at cold temperatures and room temperature. Tests on the stability on certain days (0, 7, 30 and 240.) including examination of F VIII content, pH, osmolality and solubility. Safety checks using flowcytometry and hemagglutination and bacterial contamination.

Results: Dry MC at T30 was higher in F VIII. At storage T240 the decrease in F VIII at KE- was more than KE +. The safety of a dry MC is the same as a liquid MC.

Conclusion: F VIII at KE- is better on T30. Adding excipients can destroy protein. The safety is the same.

Keywords:  F VIII, Hemophilia A, Lyophilized MC, Stability.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang I. Sedijoprapto
Jakarta: Badan Pengelola Gedung Manggala Wanabakti Pusdokinfo, Museum dan Taman Hutan, 2001
582 END a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diane Lukito Setiawan
Abstrak :
ABSTRACT
Acquired hemophilia A (AHA) is a blood clotting disorder caused by the presence of autoantibodies (inhibitors) against factor VIII. The typical symptom of this disorder is bleeding under the skin and soft tissue (rarely in the joints), with no family or personal previous history of bleeding. This case reports is tended to build up awareness for better diagnosis and therapy. Woman, 39 years old, bruises on both forearms are intermittent for 2 months with a history of long term drug consumption for headache treatment. Hemostatic test showed the elongation of activated partial thromboplastin test (APTT) to 87,1 (normal 24,4-44,4 seconds) and the decreament of factor VIII (FVIII) activity to 5% (normal 60-150%). Provision of recombinant factor VIII lowered factor VIII activity to 2%. Factor VIII inhibitor titer was 21,12 BU and diagnosis AHA was made. Inhibitor eradication by methylprednisolone tablet 3x16mg which was given for 2 months, improved the APPT to 46,7 seconds and factor VIII activity to 36%. Acquired Hemophilia A should be suspected in an adult bleeding patient with history of taking a long time non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). This case is a rare case in Indonesia and therefore the procedure for diagnosis needs to be improved in order to avoid errors in delivering a therapy which can cause the decreament of factor VIII activity.
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Amelia Chozie
Abstrak :
ABSTRAK Hemartrosis berulang dan artropati merupakan morbiditas utama pada hemofilia A berat. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, terapi profilaksis dosis standar tidak terjangkau karena memerlukan biaya yang sangat mahal. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas terapi profilaksis sekunder dosis rendah dibandingkan terapi on-demand pada anak hemofilia A berat. Uji klinis acak terbuka selama 24 minggu telah dilakukan pada anak hemofilia A berat berusia 4?18 tahun dengan riwayat perdarahan sendi berulang, di Poliklinik Hematologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Subjek dialokasikan secara acak menjadi dua kelompok yaitu kelompok profilaksis dan on-demand. Kelompok profilaksis mendapat terapi faktor VIII 10 IU/kgBB 2 kali seminggu, sedangkan kelompok on-demand mendapat terapi sesuai protokol standar. Luaran primer adalah kekerapan perdarahan sendi dan luaran sekunder adalah skor HJHS) dan skor ultrasonografi (HEAD-US). Penelitian ini juga membandingkan kadar CTX-II urin dan inhibitor faktor VIII (Bethesda Assay) pada kedua kelompok. Sejak bulan Juni 2015?Februari 2016 didapatkan 50 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Kekerapan perdarahan sendi pada kelompok profilaksis (5 ± 4,3) lebih baik dari pada kelompok on-demand (8 (3?30)), IK95% 0.9?6.99; p = 0,009. Perubahan skor HJHS pada kedua kelompok menunjukkan perbaikan klinis pada kelompok profilaksis dan perburukan pada kelompok on-demand, walaupun tidak bermakna secara statistik (IK95% -0.99?3; p = 0,320). Skor HEAD-US kelompok profilaksis lebih baik dibandingkan kelompok on-demand (IK95% 2? 8,81; p = 0,003). Perubahan kadar CTX-II urin pada kedua kelompok berbeda bermakna (IK95% 2.777?16.742; p < 0,001). Tidak didapatkan subjek yang terbentuk inhibitor faktor VIII pada kedua kelompok selama penelitian. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terapi profilaksis sekunder dosis rendah efektif mengurangi kekerapan perdarahan sendi, memperbaiki skor HEAD-US dan kadar CTX-II urin, dibandingkan terapi on-demand.
ABSTRACT Repeated joint bleeds leading to irreversible progressive joint damage (hemophilic arthropathy) is the main problem in children with hemophilia. Current standard prophylacytic treatment in developed countries is beyond our capability as Indonesia has constraint resources. This study aimed to investigate the efficacy and safety of low dose secondary prophylaxis compare to on-demand treatment in children with severe hemophilia A. An open, randomized controlled trial was conducted on severe hemophilia A children aged 4?18 years in Pediatric Hematology-Oncology Division Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital for 24 weeks. Eligible subjects were randomized into 2 groups: prophylaxis and on-demand group. All subjects were evaluated at week-0 and week-24 for inhibitor factor VIII (Bethesda Assay), ultrasonography (HEADUS scores) of six index joints (bilateral knees, ankles and elbows), HJHS (version 2.1, 2011) and urinary CTX-II (EIA). Subjects in prophylaxis group received factor VIII 10 IU/kgBW 2 times per week for 24 weeks. Any bleeding episodes in both groups were treated according to standard treatment (on-demand). During June 2015?February 2016 there were 50 subjects enrolled in the study. Mean age in prophylaxis group was 12 ± 3.5 years and median age in on-demand group was 11.9 (6.518.2) years. Mean frequency of joint bleeds in prophylaxis group was 5 ± 4.3 compare to 8 (3?30) in on-demand group (95%CI 0.9?6.99; p = 0.009). Mean difference of HJHS between two groups was not significant (95% CI -0.99?3; p = 0.320). HEAD-US scores and urinary CTX-II in prophylaxis group was significantly better compare to on-demand group (95%CI 2?8.81; p = 0.003 and 95%CI 2,777?16,742; p < 0.001 respectively). No subjects showed showed inhibitor factor VIII in both groups. We conclude that secondary low dose prophylaxis was effective to decrease joint bleeding episodes and improved HJHS scores, HEAD-US scores and urinary CTX-II, compared to on-demand treatment.
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Muflihah Fitriyani
Abstrak :
Tugas akhir ini membahas mengenai analisis gelar Sultan Hamengku Buwana VIII ndash; X dan gelar anak-anaknya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelar Sultan Hamengku Buwana VIII-X dan gelar anak-anaknya dalam buku berjudul Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ndash; Sujarah sarta Sawatawis Pranatan Lampah Budaya/ Adat tahun 1943. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk gelar Sultan Hamengku Buwana VIII ndash; X dan gelar anak-anaknya. Penelitian ini menggunakan konsep frasa nominal Gina 1981 . Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif analitis. Hasil penelitian ini adalah, kata yang dipertahankan dalam gelar anak Sultan Hamengku Buwana VIII ndash; X terletak pada kata kedua, serta kata kedua dan ketiga. Kemudian, frasa yang dipertahankan dalam gelar Sultan terletak pada frasa pertama dan kedua. Kata Ayu, Ageng, dan Ajeng dalam gelar anak perempuan posisinya tidak mungkin berada sebagai kata pertama gelar. Kata pertama hanya dapat berupa Raden, Gusti, Bendara, dan Kangjeng. Dalam gelar anak laki-laki, kata Harya dan Mas posisinya tidak mungkin berada sebagai awalan gelar, dan tidak dapat berdiri sendiri sebagai satuan gelar. Kata pertama dalam gelar anak laki-laki hanya berupa Gusti, Bendara, dan Kangjeng. ...... This thesis describes about analysis of Sultan Hamengku Buwana VIII ndash X rsquo s title and his child rsquo s title. The data used in this research is title of Sultan Hamengku Buwana VIII ndash X and his child rsquo s title in the book entitled Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ndash Sujarah sarta Sawatawis Pranatan Lampah Budaya Adat. The book was published in 1943. The purpose of this thesis is to find out the title rsquo s form of Sultan Hamengku Buwana VIII ndash X and his children. The researcher uses nominal phrase concept of Gina 1981 . The research method that is used is descriptive analysis. The result of this research is that the main word which is maintained of Sultan Hamengku Buwana VIII ndash X rsquo child title are the second word and the second and third words. In addition, the maintained phrase in Sultan Hamengku Buwana rsquo s title is the first and second phrases. Ayu, Ageng, and Ajeng in the title of the daughter, could not be the first word of the title. The first word should be only be Raden, Gusti, Bendara, and Kangjeng. In a boy 39 s title, Harya and Mas unlikely to be a starting point, and can not stand alone as a unit of titles. The first word in a boy 39 s title is only Gusti, Bendara, and Kangjeng.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII
Abstrak :
Buku ini berisi lakon-lakon: No. 26. Arjuna Papa; 27. Bondhan Paksajandhu; 28. Bale Sagala-gala; 29. Raden Setakrama; 30. Perkawinan Raden Untara dan Raden Wratsangka.
Weltevreden: Bale Pustaka, [date of publication not identified]
BKL.1113-WY 59
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Buku ini merupakan buku panduan pergelaran wayang orang di Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan HB VIII dalam rangka menghormati tamunya, Residen P. Westra, di Yogyakarta pada tanggal 26 Februari 1932. Adapun lakon dalam pergelaran wayang orang tersebut adalah Parta Krama. Diawali dengan “Jejer Kayangan” sampai dengan “Dewi Wara Sembadra Pralaya”.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BKL.1116-WY 62
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library