Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zinggara Hidayat
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2022
920 ZIN j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zinggara Hidayat
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2022
920 ZIN j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yoesoef
Abstrak :
Perhatian terhadap hasil-hasil kesusastraan masa Jepang dapat dikatakan masih kurang saat ini, terutama pembicaraan dari sudut sosiologi sastra. Sejauh ini para ahli lebih senang meninjau karya-karya dari masa itu dari sudut strukturnya. Apabila kita perhatikan, karya-karya masa Jepang yang sering dikemukakan umumnya genre puisi, genre prosa baik cerita pendek maupun novel, jarang sekali diungkapkan. Lebih langka lagi orang yang memperhatikan karya-karya lakonnya. Dapat dicatat beberapa sarjana dan pemerhati kesusastraan yang pernah menyinggung lakon-lakon masa Jepang sebagai bagian dari buku yang dipublikasikan mereka, antara lain H.B. Jassin,Boen S. Oemarjati, Mbijo Saleh, dan Ajip Rosidi. Perhatian para pakar ini seperti yang telah saya kemukakan terbatas pada segi-segi intrinsiknya atau mendeskripsikan alur lakon-lakon yang menjadi perhatian. Skripsi dengan judul "Lakon-Lakon Masa Jepang (1942-1945): Sebuah Refleksi Sosial-Budaya Masa Perang" ini mengetengahkan lakon-lakon yang ditulis dan diterbitkan selama masa Jepang (1942-1945). Titik berat perhatian secara umum diarahkan pada aspek-aspek sosial-budaya masa itu yang secara langsung maupun tidak turut terekam di dalamnya. Secara khusus arah perhatian ditujukan pada tiga lakon karya Usman Ismail dalm kumpulan lakon-lakon sedih dan gembira yang tidak dapat diabaikan begitu saja jika kita membicarakan hasil-hasil kesusastraan masa Jepang. Perhatian secara khusus terhadap tiga lakon ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kualitas lakon-lakon tersebut ditengah-tengah keberadaan lakon-lakon lainnya yang pada dasarnya berisi propaganda pemerintah. Dalam penelitian ini lakon-lakon masa Jepang yang diperoleh sebanyak dua puluh buah lakon. Dua puluh buah lakon tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan berdasarkan patokan isi. Pertama, lakon-lakon yang berisi propaganda murni. Yang dimaksud dengan propaganda murni adalah lakon yang dibuat berdasarkan kebutuhan saat itu sesuai dengan program pemerintah yang sedang digalakkan. Propaganda yang dilancarkan melalui bentuk lakon yang kemudian dipergelarkan oleh kelompok sandiwara pada masa itu antara lain tentang imbauan masuk tentara PETA dan Barisan Sukarela : kewajiban menanam padi , kapas, dan jarak, menyebarkan semangat patriotisme dan cinta tanah air, menyebarkan cita-cita "Kemakmuran bersama di Asia Timur Raya" dibawah pimpinan Dai Nippon Taikoku, lazim disebut Hakko Ichi U. Yang termasuk ke dalam golongan antara lain lakon-lakon Pandu Partiwi (Merayu Sukma), "Cerita Sri untuk Dewa Menang dan Dewi Merdeka" (Soetomo Dhaufar Arifin), "Bende Mataram" Kotot Sukardi, "Sumping sureng Pati" Inu Kertapati, "Mutiara dari Nusa Laut" Usmar Ismail, "Jinak-jinak Merpati", "Kami Perempuan" Armin Pane, "Keluarga Surono" Idrus. Kedua, lakon-lakon yang berisikan pemikiran atau orientasi pemikiran budaya tertentu merupakan lakon diskusi. Pada lakon-lakon ini kita dapat menemukan unsur propaganda pemerintah, namun kurang menonjol dibandingkan dengan orientasi atau pemikiran budaya yang hendak disampaikan pengarang kepada masyarakat. Dalam lakon golongan ini unsur propaganda tampak semata-mata sebagai pemenuhan syarat yang ditentukan pemerintah. Orientasi pemikiran yang disampaikan berkisar pada masalah budaya masalah budaya Timur-Barat, tradisi modern dan usaha mengungkapkan masalah antar keduanya. Ada pula lakon yang mengungkapkan kritik dan imbauan atas gaya hidup tertentu yang menggejala pada masa itu. Beberapa lakon yang dapat digolongkan ke dalam corak ini adalah "Taufan di atas Asia", "Insan Kamil", "Intelek Istimewa" El Hakim, "Kejahatan Membalas Dendam" Idrus, "Liburan Seniman", "Api" Usmar Ismail, "Barang Tiada Berharga", "Antara Bumi dan Langit" Arminj Pane. Ketiga, lakon yang sepenuhnya merupakan tanggapan atau kritik sinis terhadap sementara seniman yang bekerja sama dengan pihak pemerintah. Pada lakon ini kita tidak menemukan satu pun unsur propaganda. Yang tampak adalah kecaman dan cemooh yang pedas; untuk memperhalus cara pengungkapannya pengarang menggunakan cara komedi. Dalam penelitian ini jenis lakon seperti ini hanya diperoleh satu judul yaitu "Yuan Amin" Amal Hamzah. Kendati demikian bahan tersebut cukup mewakili sebagai bandingan untuk menganalisis situasi sosial dan tanggapan masyarakat selama masa pendudukan Jepang di Indonesia. Refleksi sosial budaya kita temukan dari kenyataan literer yang erat kaitannya dengan situasi pada masa itu. Teori penciptaan karya sastra yang dikemukakan oleh Hippolyte Taine yaitu milleu dan moment serta pendapat Swingewood yang mengungkapkan sastra dan lingkungannya banyak membantu mengungkapkan hubungan penciptaan lakon-lakon pada masa Jepang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atha Hira Dewisman
Abstrak :
Penelitian ini membahas bagaimana dampak kehadiran Miraca Sky Club terhadap industri hiburan malam di Jakarta. Nightclub (kelab malam) merupakan salah satu tempat hiburan malam yang resmi diizinkan oleh Gubernur Ali Sadikin setelah diterbitkannya UU Penanaman Modal Asing (PMA). Kelab malam dianggap sebagai bisnis yang menjanjikan untuk meningkatkan perekonomian pariwisata Jakarta. Hal ini sejalan dengan meningkatnya arus wisatawan asing dan pebisnis asing yang menanamkan modalnya di Jakarta. Miraca Sky Club menjadi kelab malam pertama yang didirikan setelah legalisasi tersebut. Pendirinya merupakan tokoh sineas terkemuka di Indonesia, yaitu Usmar Ismail. Kelab malam ini berhasil mencuri perhatian banyak masyarakat, tidak hanya masyarakat asing tetapi juga masyarakat lokal menengah atas. Dampaknya yang cukup besar membawa pengaruh pada pebisnis lainnya untuk mendirikan kelab malam seperti Miraca Sky Club. Sehingga dalam waktu yang singkat, kelab malam telah menjamur di Jakarta, bahkan di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Sebagai tempat hiburan malam yang diadopsi dari budaya barat, Miraca Sky Club menyediakan berbagai jenis hiburan asing yang tentunya bertolak belakang dengan budaya Indonesia. Hal ini menimbulkan berbagai respon dari pemerintah, masyarakat, maupun tokoh agama. Artikel ini menggunakan metode sejarah untuk menganalisis sumber berupa berita sezaman, wawancara, dan literatur lain terkait topik penelitian. ......This article discusses the impact of the Miraca Sky Club on the nightlife industry in Jakarta. Nightclubs are one of the nightlife venues officially permitted by Governor Ali Sadikin following the issuance of the Penanaman Modal Asing (PMA). Nightclubs are seen as promising businesses to boost Jakarta's tourism economy, in line with the increasing influx of foreign tourists and investors investing in Jakarta. Miraca Sky Club became the first nightclub established after this legalization. Its founder is a prominent figure in the Indonesian film industry, Usmar Ismail. This nightclub successfully caught the attention of many people, not only foreigners but also local upper-middle-class society. Its significant impact influenced other entrepreneurs to establish nightclubs similar to Miraca Sky Club. Consequently, within a short period, nightclubs proliferated in Jakarta and even in other major cities in Indonesia. As a nightlife venue adopted from Western culture, Miraca Sky Club offers various types of foreign entertainment, which is in contrast with Indonesian culture. This inevitably elicited various responses from the government, society, and religious figures. This text employs a historical method to analyze sources such as contemporary news, interviews, and other literature related to the research topic.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bita Issena
Abstrak :
ABSTRACT
Skripsi ini membahas Nasionalitas dan Religiositas Usmar Ismail Sebagai Seniman dan Politikus 1921-1971 memaparkan mengenai sejarah riwayat hidup Usmar Ismail yang nasionalis dan religius Islam tercermin pada aktivitas kehidupannya sebagai seniman dan politikus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kerja keras Usmar Ismail yang selalu mengutamakan nilai kebangsaan dalam membangun perfilman di Indonesia dan nilai keagamaan dalam menjalani kegiatan perpolitikan Lesbumi NU. Metode dan sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu; melalui tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi data dan historiografi. Sehingga didapatkan fakta sejarah yang benar-benar mendekati kenyataan peristiwa yang ditulis. Sumber yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa berbagai sumber arsip surat, berita koran, majalah sejaman, karya ilmiah, dan buku-buku sebagai sumber pendukung. Penelitian ini menunjukan bahwa pada tahun 1921 adalah kelahiran Usmar Ismail, kemudian masa remaja Usmar Ismail sebagai sastrawan pada tahun 1940, selanjutnya pada tahun 1950-an adalah fase perjuangan Usmar Ismail membangun Perfilman Indonesia, kemudian memasuki tahun 1960-an adalah fase keterlibatan Usmar Ismail dalam perpolitikan Lesbumi NU, hingga kematiannya pada awal tahun 1971. Arti penting penelitian ini menunjukkan sikap nasionalis dan religiusitas Islam Usmar Ismail yang telah menjadi pioneer (pelopor) pada perkembangan film di Indonesia dan kelahiran politik Lesbumi NU. 
ABSTRACT
The focus of this study is The Usmar Ismails Nasionality and Religiosity as an Artist and Politician 1921-1971 describes the history of Usmar Ismails nationalist and religious Islamic biography reflected in his life activities as an artist and politician. The purpose of this research is to know hard work of Usmar Ismail who always prioritized national values in building film in Indonesia and religious values in carrying out Lesbumi NUs political activities. The methods and sources used in this study are historical methods, namely; through the stages of heuristics, source criticism, data interpretation and historiography. So that we get historical facts that really approach the reality of the events written. The sources used by the authors in this study are various archival sources, newspaper news, contemporary magazines, scientific works, and books as supporting sources. This research shows that in 1921 was the birth of Usmar Ismail, then the adolescence of Usmar Ismail as a writer in 1940, then in the 1950s was the phase of Usmar Ismails struggle to build Indonesian film, then into the 1960s was the phase of Usmar Ismails involvement in Lesbumi NUs politics, until his death in early 1971. The significance of this research is Usmar Ismails nationalist and Islamic religiosity which has become a pioneer in the development of films in Indonesia and the birth of the NU Lesbumi politics. 
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Agustini
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang direpresentasikan dalam film _Enam Djam di Djogja_. Usmar Ismail sebagai sutradara dari film ini ingin mengawetkan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dalam usaha bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaannya. Film ini mencoba untuk melukiskan perjuangan rakyat dan tentara dalam mempertahankan kemerdekaan melalui Serangan Umum 1 Maret 1949. Walaupun tokoh-tokoh dalam film ini merupakan tokoh fiktif, namun jalan cerita diangkat dari peristiwa historis sehingga tokoh-tokoh dalam film ini secara tidak langsung mewakili tokoh-tokoh riil dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949
Abstract
This thesis discusses about events General March 1, 1949 attack which is represented in the film Enam Djam di Djogja. Usmar Ismail, as director of this film wanted to preserve the historical events that occurred in the Indonesian nation effort to seize and retain its independence. This film tries to portray the struggle of the people and the army in maintaining independence through a general assault March 1, 1949. Although the characters in this film is a fictional character, but since the story taken from historical events so that some characters in this movie represent the real figures in the event of General assault March 1, 1949.
2010
S12410
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library