Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faizal Ahmad
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan proses pelaksanaan Program Kemitraan Usaha  Comdev (KUC) Universitas Prasetiya Mulya sebagai bentuk program pemberdayaan usaha mikro pedesaan di Kecamatan Wanayasa. Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Walaupun banyak penelitian mengenai pemberdayaan UMKM fokus pada upaya menemukan dampak dari pemberdayaan itu sendiri, penelitian ini menemukan bahwa faktor desain program dan kepatuhan dalam menjalankan standar prosedur yang ditetapkan lembaga sangatlah penting untuk mencapai hasil ataupun dampak program. Dari hasil temuan penelitian, diketahui bahwa Pelaksana Program Kemitraan Usaha Comdev 2017 masih belum mematuhi standar prosedur yang sudah ditetapkan lembaga. Penelitian ini menyarankan agar lembaga lebih detil menjabarkan standar prosedur setiap proses dan kegiatan serta berkomitmen menjalankannya.


This study describes the implementation process of Program Kemitraan Usaha Comdev (KUC) Universitas  Prasetiya Mulya as a form of rural micro enterprises empowerment program in Wanayasa District. This type of research is evaluative research using a qualitative research approach. Although many studies on empowering MSMEs had focused on finding the impact of empowerment itself, this study found that program design and compliance factors in implementing the standard procedures set by agency are very important to achieve program results or impacts. From the findings, it is known that the implementation of Program Kemitraan Usaha Comdev 2017 still does not adhere the standard procedures set by agency. This study recommends that the agency has to develop more detailed standard procedures for each process and activity and commit to carry it out.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T52323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarippudin
Abstrak :
Tujuan penelitian ini untuk meganlisis efetifitas program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro )P3KUM) pada dua koperasi wanita yaitu Koperasi Al-Hidayah dan Koperasi Wanita Citra Usaha di Kabupaten Way Kanan Propinsi Lampung tahun 2006. Ukuran efektifitas dikaji pada perkembangan kinerja kopeasi wanira dan bermanfaat atau tidak bermanfaatnya P3KUM bagi usaha mikro Dalam emndapatkan data kinerja koperasi wanita didasatkan pada laporan pengurus koperasi pada forum Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang telah disahkan Badan Pengawas Kopeasi dan dibahasa nggota koperasi maisng-masing. Hasil penelitian menunjukan dengan mengikuti program P3KUM, kedua koperasi wanita menunjukan peningkatan kinerja dilihat dari aspek ekanggotaan, karyawan kopeasi, simpanan sukarela dan aset koperasi. Sebagian besar usaha mikro menyatakan mendapat manfaat dari program P3KUM ini. Dengan menggunakan analisi multinomial logit, faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi usaha mikro mendapat manfaat adalah pelatihan, lama usaha dan jenis usaha.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T27723
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sam`un Jaja Raharja
Tangerang: Universitas Terbuka, 2014
338.04 SAM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sinta Indirayani
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkomparasi pembinaan UMKM bagi penerima kredit mikro yang disalurkan oleh KJK-PEMK Karet Tengsin DKI Jakarta dan UKM Center FEB UI dengan memakai 9 indikator yang dikembangkan Feurstein. Ini dikombinasi dengan analisa SWOT atas masingmasing program. Pembobotan dilakukan melalui hasil olahan kuesioner terhadap Mitra Binaan dan Pemanfaat. Hasilnya menunjukkan bahwa Mitra Binaan UKM Center FEB UI memeberikan penilaian kepuasan lebih tinggi terutama dalam pembinaan dan pendampingan, sementara dari sisi KJK-PEMK maka efisiensi dan kemudahan informasi tentang program menjadi faktor kekuatan yang menonjol. Program KJK-PEMK hanya melanjutkan program pemerintah sebelumnya, sementara UKMC FEB UI lebih aktif. Terdapat distorsi pemanfaatan dari masing-masing program digunakan untuk keperluan pribadi dan ini menjadi saran perbaikan program di masa depan.
The objective of this study is to compare the development of success coaching UMKMs through KJK-PEMK Karet Tengsin DKI Jakarta and UKM Center FEB UI, using 9 indicators developed by Feurstein. This combined with a SWOT analysis for each program. Scoring is given through the questionnaire method toward beneficiaries. The results showed that the partners UKMC give higher satisfaction ratings, especially in coaching and mentoring. In terms of KJK PEMK the efficiency and ease of info about the program become a prominent force factor. KJK-PEMK program just continue the previous government program, while the SME Center FEB UI more active. There is a distortion of the utilization of each program are used for personal purposes and it became suggestion improvement program in the future.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syukur Ahmad
Abstrak :
Skripsi ini membahas pelaksanaan pendayagunaan zakat melalui pembiayaan usaha mikro pada Baznas Microfinance Desa (BMD) dan bagaimana tanggung jawab pelaku usaha mikro yang menerima pembiayaan Baznas Microfinance Desa (BMD) apabila terjadi risiko pembiayaan. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif dengan alat pengumpulan data berupa studi kepustakan terhadap bahan hukum primer dan sekunder serta dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa salah satu tugas Baznas selaku pengelola zakat nasional adalah mendayagunakan potensi dana yang telah terkumpul agar terciptanya keadilan sosial dan kemaslahatan umum. Salah satu upaya yang dilakukan Baznas adalah dengan membentuk Baznas Microfinance Desa (BMD). Baznas Microfinance Desa (BMD) melaksanakan pendayagunaan zakat yang produktif pada bidang ekonomi dengan memberikan pembiayaan kepada usaha mikro. Pembiayaan pada Baznas Microfinance Desa (BMD) dilakukan berdasarkan jenis dana yang disalurkan, yaitu dana zakat dan dana non-zakat. Dana zakat disalurkan dengan tanpa akad, sementara dana non-zakat disalurkan dengan akad qardh al hasan. Pelaku usaha mikro yang menerima pembiayaan dana zakat tidak wajib untuk mengembalikan dana pembiayaan, sementara pelaku usaha mikro yang menerima pembiayaan dana non-zakat wajib untuk mengembalikan dana pembiayaan. ......This thesis discusses the implementation of zakat utilization through micro-enterprise financing in Baznas Microfinance Desa (BMD) and how the responsibility of micro-entreprises who receive financing from Baznas Microfinance Desa (BMD) if risks happen. This research is a juridical-normative research with library research methode by seeking primary and secondary data material also with qualitative analyzation. The results of the research concluded that one of the tasks of Baznas as the national zakat manager was to utilize the potential of the accumulated funds in order to create social justice and general welfare. One of the Baznas efforts was established Baznas Microfinance Desa (BMD). Baznas Microfinance Desa (BMD) implements productive utilization of zakat in the economic sector by providing financing to micro-enterprises. Funding for Baznas Microfinance Desa (BMD) is carried out based on the type of funds channeled, namely zakat funds and non-zakat funds. Zakat funds are channeled without a contract, while non-zakat funds are channeled by qardh al hasan contract. Micro business actors who receive funding for zakat funds are not obliged to repay funding, while micro-entrepreneurs who receive non-zakat funding are obliged to return funding.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisna Maryani
Abstrak :
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keikutsertaan Badan usaha Mikro pada program JKN. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam in-depth interview pada 8 badan usaha mikro di wilayah kerja BPJS Kesehatan KC Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Terdapat 2 badan usaha manfaat yang diterima saat menggunakan pelayanan pada program JKN-KIS. Delapan badan usaha mikro sudah mengetahui tentang harga/iuran yang menjadi kewajiban bagibadan usaha. Satu badan usaha mikro tidak mengetahui alur pelayanan kesehatan pada program ini, sedangkan 3 badan usaha mikro lainnya hanya dapat menyebutkan salah satu alur pelayanan saja. Perlu dilakukan sosialisasi secara terpadu oleh BPJS Kesehatan terhadap badan usaha yang baru ataupun yang sudah lama tetapi belum mendaftar sebagai peserta JKN-KIS. BPJS Kesehatan harus memastikan komitmen untuk memberikan pelayanan yang berkualitas, serta melakukan monitoring dan evaluasi berkala agar tidak ada lagi keluhan mengenai pelayanan yang kurang memuaskan. ...... This qualitative research is aiming at obtaining information on reasons of micro business entity small company characterized with number of employee to participate the JKN membership. This study was done using in depth interviewsin eight micro business entity in Tanjung Pinang, Riau islands province. The study revealed that two micro business entity did not know information about the National Health Insurance Program Healthy Card Indonesia JKN-KIS . Two micro busniess entities did not understand the benefit package offered by the insurance company BPJS. Eight micro business entities already know about the tariff contribution, one micro business entity did not know the flow of healthservice provision, while the other three micro business entities could only understood part of the flow of services. Dissemination of program goal, benefit package, services, contribution ofemploter employee need to be done. BPJS has to be committed to provide good quality service as well as regular supervision and evaluation to avoid complaintsfrom the members.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Yektiningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Peran jender merupakan peran yang dilaksanakan oleh Iakl-lakl dan perempuan karena jenis kelamin mereka berbeda, peran ini tidak sama sesuai mlai dan norma sosial-budaya yang mengkonstrukslkannya. Kebutuhan praktls jender adalah kebutuhan yang muncul dalam keseharfan, sedangkan kebutuhan strategis jender merupakan upaya jangka panjang dan berkaltan dengan upa ya memperbaiki posisi sosial perempuan. Saat pendapafzn keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar, maka perempuan akan bekerja untuk menambah keuangan keiuarga. Perempuan berpendidikan tinggi akan bekerja di sektor fomral, sedangkan perempuan yang berpendidikan relalif rendah akan terserap di selctor informal. Penelitian ini akan melihat upaya peningkatan tzaraf hidup pembatik tulis melalui peran jender yang berlaku dalam komunitas tensebut, dengan menggunakan metode Diskusi Kelompok Terarah (Focused Group Discussion, FGD) dan Pnoses Hirarki Analitik (Analyticai Hierarchy Process, AHP). FGD Dari Hasil FGD, diketahui bahwa mayontas pembatik berpendidikan rendah dan memiliki suami yang bekerja sebagai tukang/ buluh. Jika sedang bekerja, pendapatan suami adalah Rp. 20.000,- perharinya. Tapi seringkali suami terpaksa tinggai dlmmah selama berbulan-bulan karena tidak mendapat pekerjaan. Jika suami tidak bekerja, maka pendapatan kaum pembatik yang menjadi bantalan ekonomi keluarga. Padahal produktivitas mereka terbatzs 3 lembar kain (tapih) perbulan dan harga jual Rp. 70.000 - Rp 120.000, dengan demikian keuntungan bersih yang dicapai tidak iebih dari 150.000,- Beberapa pembatik mulai melakukan spesialisasi dengan menyerahkan tahap-tahap bertentu dalam pengolahan kain batik untuk dikerjakan oleh rekan sesama pembatik. Hasilnya cukup menggembimkan, produktivitas meningkat hingga 60%, yaitu S lembar tapih perbulan. Meski demikian penambahan produktivims ini belum dibarengi dengan peningkatan permintaan. Akibatnya pembatik kurang termotivasi untuk menekuni pekerjaannya. Kecilnya skala usaha membuat pembatik tidak memisahkan manajemen keuangan usaha dengan keuangan keluarga. Akibatnya saat keluarga menghadapi kebutuhan mendesak, produksi terhenti karena dana yang tersedia dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Jika kekurangan modal, pembatik akan meminjam dan rekan sesama pembatik ataupun sanak famili. Pilihan int dirasakan Iebih praktis, tanpa mengikut sertakan lembaga keuangan yang dianggapnya memniki prosedur berbellt. Sebagai mata pencahanan, IKRT Batik Tegalan masih dipandang sebelah mat:a. Penyebabnya antara Iain tidak jelasnya a1okasi waktu dan produktivitas yang menurun saat pembatik memiliki anak balita. Meski pembatik tidak merasakan adanya beban ganda akibat beragam peran yang hams dllakukan, sikap ini dlsebabkan sistem sosial yang beriaku menempatkan perempuan sebagai penanggung jawab urusan rumah tangga. Sama halnya dengan pekerjaan rumah tangga lain, batik dianggap sebagai umsan perempuan. Hubungan antar pembatik juga kurang harmonis. Hal ini terutama disebabkan keberadaan kelompok dalam komunitas batik yang tidak banyak berfungsi. Padahal jlka dimanfaalkan secara malcimal, kelompok dapat menjadi jembatan informasi antar pembatik, antara pembatik dengan pemennlah (berkaitan dengan berbagai program/ kebijakannya) dan antara pembatik dengan konsumen. Menilik sisi psikologis perempuan yang nelatif Iebih mudah bersosialisasi, maka manajemen kelompok yang balk akan membuat pembatik dapat sallng memotlvasi. AHP Tahap selanjutnya, hasil FGD yang diperbandingkan dengan berbagai penelitlan serupa kemudian menjadi input bagi hirarki backward pmcess dalam tahap AHP. Hirarki backward proces dari peningkatan taraf hidup perempuan pembatik terdiri alas lima level. Level Pertama mempakan tujuan utama (GOAL) yang lngln dlcapal, adalah Penlngkatan Taraf Hidup Perempuan Pembatik Tulis Tegalan melalul Pelan Jender. Level 2 adalah Skenasio, ada 3 (tiga) altematif skenarlo (berupa pendekatan-pendekatan atas peran jender para pembatik) yang yang dapat dilakukan untuk mencapai GOAL, yaitu: (1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga, (2) Melestarikarl budaya Iokal, (3) Pemberdayaan perempuan. Level 3 adalah Kendala, ada 4 (empat) kendala besar dalam melaksanakan skenario untuk mencapai tujuan, yaitu: (1) Keterbatasan modal, (2) 'l'ldak adanya informasi pasar yang lebih Iuas, (3) Beban ganda penempuan, (4) Manajemen kelcmpok yang tidak berfungsi. Level 4 adalah Pelaku, secara garis besar ada 4 pelaku yang terlibat dalam proses ini, yaitu: (1) Pemerintah Kota Tegal, (2) Lembaga Keuangan atau perbankan, (3) Pembatjk, (4) Masyarakat. Level 5 adalah Kebijakan, ada 5 alternatif kebijakan yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Pelatihan Teknls, (2) Membuka akses ke pasar yang lebih Iuas, (3) Kemudahan plnjaman modal, (4) Pelatihan manajernen usaha berbasis pola usaha perempuan, (5) Kemitraan dengan designer. Kuesioner' AHP dibagikan kepada 13 orang expert yang dipercaya mengetahui permasalahan yang berkaltan dengan upaya peningkatan taraf hidup pembatik Kota Tegal. Dalam penghitungan persepsi skala Iokal, total expert dibagi menjadi empat unsur. Keempatnya memberikan jawaban balk dengan tlngkat lnkonsistensi dibawah 0,1, yaltu unsur Pemerintah (0,02), unsur Pembatik (0.02), unsur Lembaga Keuangan/ Perbankan (0.03) dan unsur Masyarakat (0.05). Dalam skala priorltas Iokal, rnasing-masing unsur memberikan persepsi yang bervariasi. Unsur Pemerintah memprionlaskan skenario: peningkalan kesejahtelaan keluarga (0.561), kendalaz keterbatasan modal (0.486), pelaku: Pemkot Tegal (0.463) dan kebijakan: kemudahan pinjaman modal (O.2S6). Unsur Pembatik memprlonlaskan skenario: peningkamn kesejahteraan keluarga (0.561), kendala: liclak adanya informasl pasar yang lebih Iuas (0362), pelaku: Pemkot Tegal (O.522) dan kebijakan: pelalihan manajemen dan pola usaha perempuan (0.242). Unsur Lembaga Keuangan/ Perbanksan memprioritaslcan skenarlo: pemberdayaan perempuan (0.653), kendala: tidak adanya informasi pasar yang Iebih luas (0.353), pelaku: Pemkot Tegal (0.350) dan kebijakan: pelaljhan teknis (0.281). Unsur Masyarakat memprioriliaskan skenario: peningkalian kaejahteraan keluarga (O.593), kendala: keterbatasan modal (0.499), pelaku: Pemkot Tegal (0.461) dan kebljakan: kemudahan plnjaman modal (0.333). Sedangkan dalam priodtas global dimana pemenntah sebagai pengambil kebijakan memiliki bobot 20%, maka persepsi yang dihasilkan memprioritaskan skenario: peningkatan kesejahteraan keluarga (0.S23), kendala: keterbatasan modal (0.458), pelakuz Pemkot Tegal (0,474) dan kebijakan: kemudahan plnjaman modal (0253). Persepsi global ini memlliki tingkat inkonslstensi 0.03. Kesirnpulan Penelitian Secara umum, keberadaan komunltas pembaljk bukan hanya untuk melestarikan tradisi lokal, namun yang Iebih penting Iagi, membatik merupakan altematif pekerjaan bagi para perempuan yang tidak memillki kesempalan untuk bekerja di sektor formal. Stagnasl usaha batik Tegalan sesungguhnya tirnbul kanena kebljakan yang dlbuat tidak tepat sasaran. Bebefapa kesimpulan yang clapat: diambil setelah melakukan penelitjan adalah: 1. Pemerintah masih mempunyai porsi terbesar sebagai pihak yang bertanggung jawab dan dapat meningkatkan taraf hidup pembatik Tegalan. Meski Lembaga Keuangan/ Bank juga dapat berperan dalam pengembangan IKRT Batik, namun patut dlpertlmbangkan kondisi psikologis pembatik yang tidak terblasa berhubungan dengan Perbankan. 2. Ketidak sesuaian persepsi antara Pemerintah dan Masyarakat menjadikan kebijakan yang diberikan tidak menyentuh akar permasalahan. Pemerintah (clan institusi lain pendukungnya) menganggap kendala terbesar adalah permodalan, maka kebijakan yang muncul Iebih diprioritaskan pada pernberian modal Pembatik justru menganggap kendala yang Iebih penting adalah kurangnya lnformasi pasar, sehingga selain pelatihan manajemen yang berbasis pola usaha perernpuan, kebijakan Iain yang diharapkan adalah membuka pasar yang Iebih luas. Akibat ketidak sesuaian ini, maka suntikan modal dari Pemerintah tidak menambah output produksi. Penyebabnya, pembatik tidak mengetahui pasar Iain untuk menyalurkan kelebihan produksinya. Pemasaran terhenti, perputaran modalpun terhambat. 3. Prloritas kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Iebih difokuskan pada sisi penawaran (supply side) akibatnya pembatik menjadi obyek kebijakan karena skillnya dianggap kurang dan menjadi penyebab tidak munculnya market clearing di pasar batik. 4. Sebaglan besar para pengrajin masih menganggap kegiatannya hanya sebagai pengisi waktu luang, sehingga motlvasi untuk mengembangkan usahanya sangat terbatas. 5. Apablla kebljakan yang ditempuh adalah bantuan/ kemudahan permodalan, dalam-hal ini tentu saja pernberi kredit harus yakin bahwa membatik merupakan kegiatan yang bernilai ekonomis. Aspek jender dalam pemenuhan kebutuhan ini adalah dengan memperhatikan kesulitan yang ?khas" perempuan seperti kepemilikan kolateral dan pola usaha yang khas} sehingga kredit yang diberlkan dapat sesuai dengan kondisi pengusaha IKRT Inl. y 6. Upaya peningkatan taraf hidup perempuan pembatik seharusnya benar-benar merupakan kebijakan yang bersifat partisipatif. Untuk itu karakter pembatik yang tidak dapat dilepaskan dari kultur Iokal harus difahami oleh para pembuat kebijakan. Saran dan Rekomendasi Kebijakan 1. Upaya melibatkan Lembaga Keuangan/ Bank sebaiknya difasilitasi oleh Pemerlntah Kota Tegal, karena walau bagai mana pun Perbankan tetap memillki orientasi keuntungan dalam menjalankan usahanya. Dengan jaminan ataupun pengakuan pemerintah pada Perbankan terhadap industri kerajinan batik, maka BUMD ini akan dapat memberikan kredit Iunak yang sesual dengan karakteristik sosial-budaya mereka. 2. Langkah awal menuju profesionalitas dapat dimulai dengan pembukuan keuangan usaha yang terpisah dari keuangan keluarga. Laporan ini dapat menjadi pertimbangan saat melakukan perrnohonan kredit usaha kecil ke Perbankan. Sedangkan secara umum beban ganda dapat dlatasi dengan kerja bersama dalam kelompok. 3. Sisi penawaran yang selama ini menjadi fokus pengembangan IKRT Batik sebaiknya juga diimbangi oleh sisi permintaannya (demand side). Kerjasarna dengan designer dapat memecahkan masalah ini, karena pembatik tidak hanya dapat mempelajari trend, tapi juga mendapatkan pangsa pasar dan sarana promos! produk. 4. Bantuan modal, pelatihan teknls serta pelatihan manajemen yang selama ini diadakan oleh Disperinclag Kota Tegal akan lebih baik lagi jika mempertimbangkan pola usaha bersama/ kelompok, dengan pertimbangan nllai budaya dan tradisi yang berlaku dalam komunitas tersebut. 5. Membangun pengertian masyarakat di setiap kesempatan bahwa batik rnemiliki misi budaya, sehingga tidak hanya menjadi tanggung ja :ab perempuan saja. 6. Pendekatan pemberdayaan perempuan akan sangat bermanfaat bagi pengembangan IKRT Batik karena masalah yang dihadapi sangat spesifik dan kompleks. Langkah strategis yang perlu dilakukan adalah melibatkan kaum perempuan dalam setiap proses pengammtan kebijakan di Ilngkungan mereka, misalnya melalui Musrenbangkel, bukan hanya sebagal wakll dari organisasi khas perempuan seperti PKK, tapi sebagai pengusaha kecil yang berpotensi. 7. Para pengambil kebijakan sebaiknya mengembangkan wawasan dan pengetahuan mengenai pemberdayaan perempuan, khususnya IKRT yang dijalankan oleh pengusaha perempuan. Pengembangan wawasan bukan hanya bagi dinas atau kantor tertentu saja.
2006
T34542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Dhanthes
Abstrak :
ABSTRAK
UMKM merupakan pelaku usaha terbesar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. UMKM berkontribusi dalam perekonomian di Indonesia yang memiliki segmen pasar di dalam dan di luar negeri. Penelitian ini berfokus pada efektivitas pemajakan pada pelaku UMKM setelah penerapan kebijakan tax amnesty di Indonesia dan langkah-langkah yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak DJP untuk meningkatkan kepatuhan UMKM setelah penerapan kebijakan tax amnesty di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemajakan pada pelaku UMKM setelah penerapan kebijakan tax amnesty di Indonesia belum sepenuhnya efektif. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan langkah-langkah yang dilakukan DJP untuk meningkatkan kepatuhan UMKM setelah penerapan kebijakan tax amnesty di Indonesia.
ABSTRACT
MSMEs is the largest business actor and spread all over Indonesia region. MSMEs contributed to the economy in Indonesia which domestic and overseas market. This study focuses on the effectiveness of taxation on MSME after the implementation of tax amnesty policy in Indonesia and the steps undertaken by the Directorate General of Tax DGT to increase tax compliance of MSMEs after the implementation of tax amnesty policy in Indonesia. This research is a descriptive quantitative research. The results of this study stated that taxation on MSMEs after the implementation of tax amnesty policy in Indonesia has not been fully effective. Furthermore, this research shows the steps undertaken by the DGT to increase tax compliance of MSMEs after the implementation of tax amnesty policy in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T50735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Khaerunisa
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi yang makin pesat menyebabkan persaingan pasar menjadi tinggi. Untuk dapat memenangkan persaingan ini, UMKM harus memiliki motivasi yang kuat untuk maju, memahami pasarnya, menentukan strategi pasar yang tepat, memiliki orientasi yang kuat dalam mencapai hasil yang optimal dan fokus dalam berwirausaha karena akan banyak hambatan dan halangan yang akan dihadapi dalam menjalankan bisnis. Saat ini tantangan terbesar bagi UMKM adalah bagaimana meningkatkan kinerja penjualan dan mempromosikan produk-produk kepada konsumen supaya dikenal secara luas oleh masyarakat. Terjadi pergeseran dari promosi melalui media cetak dan elektronik berubah ke promosi melalui internet misalnya media sosial. Media sosial memberikan peluang bisnis bagi pelaku usaha UMKM dalam meningkatkan penjualan. Dengan media sosial tidak memerlukan biaya yang besar dalam melakukan promosi. Tujuan dari business coaching ini adalah untuk membantu UMKM AG Food dalam mengembangkan motivasi dan pola pikir berbisnis pemilik AG Food dalam menjalankan usahanya dan mengembangkan saluran promosi melalui media sosial yaitu Instagram dalam rangka meningkatkan penjualannya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi
ABSTRACT
The rapid development of information technology resulted to high market competition. In order to win this competition, MSMEs should have strong motivation to move forwards, understand their market, determine the right market strategy, have strong orientation in achieving optimal results and focus in entrepreneurship because there will be many obstacles that will be faced in running its business. Currently the biggest challenge for MSME is how to improve sales performance and promote products to their customers to be widely known by the public. There is a shift from promotion through print and electronic media to promotion through the internet such as social media. Social media provides business opportunities for MSMEs in increasing their sales. Using social media does not require a large cost in doing promotion. The purpose of this business coaching is to help MSME AG Food in developing motivation and mindset of business owner in running its business and develop promotion channel through social media Instagram in order to increase its sales. Data collection is done by interview, observation and documentation.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>