Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
An upwelling isa an oceanographic phenomenon that involves wind-driven motion of dense, cooler and usually nutrient - rich water towards the ocean surface, replacing the warmer, usually nutrient - depleted surface water....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edward
Abstrak :
Pengamatan kadar zat hara fosfat dan nitrat telah dilakukan pada bulan Mei, Agustus, November 1996 dan Agustus 1997 di Laut Banda. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar zat hara fosfat dan nitrat rata-rata pada bulan Agustus lebih tinggi dibandingkan bulan Mei, November dan Februari. Kadar fosfat pada bulan Agustus adalah 1.492 􀁭g.at/l sedangkan pada bulan Mei, November, dan Februari berturut-turut adalah 1.025 􀁭g.at/l, 0.878 􀁭g.at/l, dan 0.766 􀁭g.at/l. Kadar nitrat pada bulan Agustus adalah 1.932 􀁭g.at/l, sedangkan pada bulan Mei, November dan Februari berturut-turut adalah 0.975 􀁭g.at/l, 0.804 􀁭g.at/l dan 0.670 􀁭g.at/l. Hasil ini sesuai dengan analisis statistik Rancangan Acak Kelompok (RAK) (Fh > Ft 1%). Keadaan ini ada kaitannya dengan kenaikan massa air (upwelling) di Laut Banda pada saat itu.
The Influence of Season to Nitrate and Phosphate Content Eutrophication in Banda Sea. Observation on phosphate and nitrate nutrient content were carried out in May, August, November, 1996 and February 1997 in Banda Sea. The results showed the averages content of phosphate and nitrate in August is higher compared to May, November and February. Phosphate content in August 1.492 􀁭g.at/l, while in May, November and February are 1.025 􀁭g.at/l, 0.878 􀁭g.at/l and 0.766 􀁭g.at/l. Nitrate content in August is 1.932 􀁭g.at/l, while in May, November and February are 0.975 􀁭g.at/l, 0.804 􀁭g.at/l and 0.670 􀁭g.at/l respectively. This result fixed with statistical Analysis (Randomized Block Anova) (Fh > F t 1%). This condition is caused by upwelling process in Banda Sea at that time.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Fitriyan
Abstrak :
Upwelling adalah proses penting yang mengangkut nutrisi ke sistem biologis yang terkait dengan jaring makanan di kolom air. Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki karakteristik fenomena upwelling dengan menganalisis kesuburan historis perairan Banggai melalui dua indikator utama, yaitu suhu permukaan laut (SST), dan klorofil-a, menggunakan data citra satelit, serta melihat hubungan antara fenomena upwelling dan produksi perikanan tangkap di perairan Banggai. Analisis dilakukan dengan data resolusi spasial 4 kilometer menggunakan SST (NOAA AVHRR Pathfinder Version 5.3 Collated Global), data konsentrasi klorofil (Ocean Color SMI), dan analisis regresi polinemal untuk menguji hubungan fenomena upwelling dengan produksi perikanan tangkap. Hasil pola dispersi klorofil-a dari tahun 1998 hingga 2022 dikumpulkan pada bulan Agustus 2004, 2006 dan 2015, dengan konsentrasi klorofil rata-rata 0,49 mg/m3 dan kisaran suhu permukaan laut 23–24°C. Hasil trend dekomposisi dari sebaran klorofil-a konsentrasi tinggi di perairan Banggai, pola upwelling terjadi setahun sekali pada setiap bulan Agustus. Sementara itu, dekomposisi suhu permukaan laut pada grafik tren musiman menunjukkan nilai yang rendah, dan suhu tersebut dapat meningkat tiga kali lipat dalam satu tahun. Hal ini terkait dengan periode El-Nino. Berdasarkan penelitian ini, persebaran klorofil-a di Banggai paling besar terjadi pada periode El Nino. Pengaruh hubungan antara fenomena upwelling dengan jumlah ikan yang ditangkap melalui grafik fluktuasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. ......Upwelling is an important process that transports nutrients to biological systems linked to food webs in the water column. This study intends to investigate the characteristics of the upwelling phenomena by analyzing the historical fertility of Banggai waters via two key indicators, namely sea surface temperature (SST), and chlorophyll-a, using satellite imagery data, as well as looking at the relationship between the phenomenon of upwelling and capture fisheries production in Banggai waters. The analysis was conducted with a data spatial resolution of 4 kilometers using SST (NOAA AVHRR Pathfinder Version 5.3 Collated Global), chlorophyll concentration (Ocean Color SMI) data, and polynemal regression analysis to examine the relationship of the upwelling phenomenon with capture fisheries production. Results of chlorophyll-a dispersion patterns from 1998 to 2022 were collected in August 2004, 2006 and 2015, with an average chlorophyll concentration of 0.49 mg/m3 and a sea surface temperature range of 23–24°C. The result of trend decomposition from the distribution of high concentrations of chlorophyll-a in Banggai waters, the pattern of upwelling occurs once a year in every August. Meanwhile, the decomposition of sea surface temperature on the seasonal trend chart shows a low value, and the temperature can increase three times in one year. This is related to the El-Nino period. Based on this study, the chlorophyll-a distribution in Banggai was greatest during the El Nino period. The effect of the relationship between the upwelling phenomenon and the amount of fish caught through the fluctuation graph does not show a significant effect.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sediadi
Abstrak :
Musim Timur merupakan musim saat terjadinya proses upwelling di perairan Laut Banda. Informasi adanya effek upwelling terhadap kelimpahan dan distribusi fitoplankton di perairan Laut Banda belum banyak terungkap. Untuk itu dilakukan penelitian pada bulan Agustus 1997 yang mewakili Musim Timur dan bulan Oktober 1998 yang mewakili Musim Peralihan sebagai pembanding. Data kelimpahan dan distribusi fitoplankton dengan mengambil contoh fitoplankton dari kedalaman 100 m ke permukaan menggunakan jaring plankton dengan bukaan mulut berdiamter 31 cm,panjang 120 cm dan ukuran mata jaring 80 µm. Hasil pengamatan pada musim timur (Agustus 1997) proses taikan air (upwelling) masih berlangsung. Hal ini terlihat dari nilai regresi antara suhu dan salinitas (r2 = 84,1 %), suhu dan nitrat (94,5%) Pada saat musim timur tercatat 33 jenis fitoplankton, komposisi jenis fitoplankton lebih bervariasi dibandingkan musim peralihan hanya 26 jenis fitoplankton. Pada musim timur jenis fitoplankton yang mendominasi adalah jenis Chaetoceros sp. Analisis lebih lanjut dengan analisis multivatiate, faktor nitrat mempengaruhi kelimpahan, komposisi dan distribusi fitoplankton.
The Effect of Upwelling on Distribution and Abundance of Phytoplankton in Indonesia. East Monsoon is monsoon where upwelling process happened in Banda Sea. Information about upwelling effect to the abundance and distribution of phytoplankton in Banda Sea is not known much.yet. That way has been done the investigation in August 1997 as vice of east monsoon and October 1998 as vice of transition monsoon as comparation.. The abundance and distribution data collected by taken phytoplankton sample in 100 m depth to surface by using plankton net with diameter 31 cm, 120 cm length, and eyes net size 80 µm. The results in east monsoon (August 1997) where (upwelling) still done. This correlation seen from regresi value between temperature and salinity (r2 = 84,1 %), temperature and nitrate (94,5%) In east monsoon recorded 33 phytoplankton species, composition of phytoplankton is varied more compared to transition monsoon where found 26 phytoplankton species only. In east monsoon dominance phytoplankton is Chaetoceros sp. Further analysis by using multivariate analysis, nitrate factor affect to abundance, composition, and distribution of phytoplankton.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Armanto
Abstrak :
Aspek biologi ikan terbang merupakan salah satu informasi ilmiah yang dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan pengelolaannya. Aspek ini diuji pada ikan terbang Cheilopogon katoptron yang merupakan hasil tangkapan utama nelayan di perairan Pemuteran Bali Barat, dengan pengoperasian drift gillnet selama bulan April-Juni 2011. Aspek biologi merupakan permasalahan utama yang dibahas dalam penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh informasi nisbah kelamin, pola pertumbuhan, kondisi, masa pemijahan, kondisi lingkungan, dan makanan. Pengumpulan sampel meliputi data panjang-berat, kematangan gonad, isi perut, data parameter fisik air dan populasi plankton. Data dianalisis dengan fungsi regresi, uji-t dan koefisien determinasi. Data sebaran panjang untuk ikan terbang jantan pada 168-231 mm dan betina 158-284 mm, dengan perbandingan sex ratio jantan-betina sebesar 1,8:1,0. Kondisi ikan terbang jenis ini dinyatakan sebagai ikan yang kurus dan belum memasuki masa pemijahan. Pertambahan ukuran panjang ikan memberikan pengaruh yang nyata dan keeratan yang tinggi terhadap pertambahan berat ikan terbang Cheilopogon katoptron jantan (2,6 %) dan betina (1,8 %). Pertambahan panjang ikan juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume isi perut ikan terbang Cheilopogon katoptron, yakni pada kisaran 1,7 - 2,8 %. Pada bulan Juni 2011, perairan Pemuteran Bali Barat diduga terjadi upwelling, yang didukung oleh data parameter fisik air laut dan adanya lonjakan pertumbuhan fitoplankton.
Biological aspects of flying fish is one of the scientific information needed to formulate management policy. This aspect was tested on Cheilopogon katoptron which the main catches of fishermen in the waters of Pemuteran Bali Barat, with the operation of drift gillnet during of April to June 2011. Biologycal aspect is the main issue discussed in the research, with the aim to obtain information sex ratio, growth patterns, conditions, spawning time, food and environmental conditions. Samples collection was cover of length-weight data, gonad maturity, stomach contents, physical water parameters and plankton populations. Data were analyzed with regression, t-test and determination coefficient. Data on the distribution of the length on male was 168-231 mm and female was 158-284 mm, with a sex ratio of male-female were 1.8:1.0. The condition of fish flying fish species is expressed as a skinny and have not entered the spawning period. Added fish length gives a real impact and high closeness of flying fish weight Cheilopogon katoptron, males (2.6 %) and females (1.8 %). Fish length also provide a noticeable effect on the stomach contents volume of, in the range of 1.7 % to 2.8 %. In June 2011, the waters of Pemuteran Bali Barat is suspected upwelling, which is supported by the data of physical water parameters and occurrence of phytoplankton blooming.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30172
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ghifari Shafa
Abstrak :
Laut Flores memiliki dinamika oseanografi secara historis yang disebabkan oleh pergerakan massa air di dalamnya. Pergerakan massa air laut ini dikenal sebagai fenomena upwelling, dimana air bersuhu dingin dan kaya nutrisi dari kedalaman lautan bergerak menuju permukaan laut. Air laut yang bergerak ke permukaan ini membawa nutrien, yang terukur melalui kadar klorofil-a yang dihasilkan oleh fitoplankton di permukaan laut. Upwelling disebabkan oleh transpor Ekman, yakni transpor arus laut yang terbentuk oleh angin yang bertiup di atas permukaan air laut. Dalam penelitian ini, digunakan data anomali suhu permukaan laut (SSTa) dari NOAA AVHRR Pathfinder Version 5.3 Collated Global, data vektor angin permukaan laut (u dan v) dari ERA5 Copernicus, serta data konsentrasi klorofil (chlor-a) dari Ocean Color SMI dengan rentang tahun 1998 – 2023. Analisis spasial dilakukan dengan melihat variasi spasiotemporal klorofil-a, SSTa dan indeks upwelling. Analisis temporal dilakukan secara time series, dekomposisi dan rerata bulanan tiap variabel. Hasil penelitian menunjukkan fenomena upwelling di Laut Flores utamanya disebabkan oleh pergerakan angin arah barat laut pada musim angin muson timur (April-Oktober), ditandai dengan indeks upwelling positif. Pada periode tersebut, upwelling terjadi di Laut Flores bagian utara dekat Sulawesi Selatan. Upwelling kuat tercatat terjadi pada tahun 2004, 2014, 2015, 2019 dan 2020, dimana perisitwa ini dipengaruhi oleh El Niño. ......The historical of Flores Sea was driven by oceanographic dynamics caused by the movement of water masses within it. This movement of seawater masses is known as the upwelling phenomenon, where cold-temperature, nutrient-rich water from the ocean depths moves towards the sea surface. This surface-moving seawater carries nutrients, which are measured through chlorophyll-a levels produced by phytoplankton at the ocean surface. Upwelling is caused by Ekman transport, which is the transport of water mass formed by wind blowing over the sea surface. This study use the data of sea surface temperature (SSTa) anomaly data from NOAA AVHRR Pathfinder Version 5.3 Collated Global, sea surface wind vector data (u and v) from ERA5 Copernicus, and chlorophyll concentration data (chlor-a) from Ocean Color SMI with time range in 1998 – 2023. Spatial analysis was conducted by analyzing spatiotemporal variations in chlorophyll-a, SSTa and upwelling index. Temporal analysis was done by time series analysis, decomposition and monthly average of each variable. The results showed that the upwelling phenomenon in the Flores Sea is mainly caused by northwest wind movements during the east monsoon season (April – October), characterized by a positive upwelling index. During this period, upwelling occurs in the northern Flores Sea near South Sulawesi. Strong upwelling was recorded in 2004, 2014, 2015, 2019 and 2020, where this event was influenced by El Niño.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library