Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Southeast Asian Ministers of Education Organization, 1983
793.319 TEC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti N. Kusumastuti
Abstrak :
Tesis ini adalah kajian tentang tari tradisional Jawa Surakarta di Jakarta. Dalam hal ini fokus penelitian saya adalah Retno Maruti bersama perkumpulan tarinya Padnecwara dan karya yang dihasilkannya Abimanyu Gugur. Dalam mengkaji masalah ini saya menggunakan konsep dan teori kebudayaan yang diperkenalkan Geertz, dikembangkan oleh Suparlan dan Melalatoa, serta konsep dan teori tradisi, sistem nilai budaya dan tari untuk mengetahui sejauh mana Retno Maruti meneruskan tari tradisional Jawa Surakarta di Jakarta. Pengkajian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif melalui kajian kasus serta menggunakan metode individual's life history yang memusatkan perhatian pada upaya yang dilakukan Retno Maruti dalam menjalani karirnya sebagai seniman tari yang menghasilkan karya tari yang berkualitas dan dinantikan kehadirannya. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan penggunaan literatur yang relevan. Hasil penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa Retno Maruti dapat menjadi seniman tari Jawa yang berkualitas dan berhasil mengembangkan karirnya di Jakarta karena ia memiliki bakat besar dari ayahnya, seorang seniman profesional yang giat dan berdedikasi tinggi di bidangnya. Maruti juga mempunyai minat pada kesenian yang bertumbuh dengan baik, karena dia selalu berada dalam lingkungan orang-orang yang giat berkesenian dan berkesempatan dididik, diajar dan diarahkan oleh guru-guru kesenian yang mumpuni di bidangnya, termasuk ayahnya. Hal ini yang menjadikan Maruti memiliki disiplin dan dedikasi yang tinggi dalam berkesenian selain karya-karya berkualitas. Gejolak yang besar dalam Maruti untuk meneruskan tradisi sekaligus adanya rangsangan kreativitas untuk melakukan pencarian dan pengembangan dalam tradisi tersebut, tampak diperkuat oleh instansi-instansi kesenian maupun non kesenian dan komunitas pendukungnya seperti para penari, pengrawit, penonton yang "setia" maupun yang baru dan donator. Para pendukung Maruti pada umumnya adalah orang Jawa yang tinggal di Jakarta, baik kalangan pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, budayawan, pengusaha hingga pejabat tinggi. Mereka membutuhkan ekspresi kultural untuk menyatakan kerinduannya pada hal-hal yang berkaitan dengan budayanya. Mereka juga ingin menyatakan identitas dirinya dalam hubungannya dengan kebudayaan kelompok lain di kota Jakarta ini. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah sering menonton pertunjukan karya garapan Maruti atau menjadi pelaku dalam pergelaran tersebut. Dengan adanya berbagai faktor peluang dan pendorong seperti telah disebutkan, Retno Maruti berhasil meneruskan tari tradisional Jawa Surakarta, namun menampilkan bentuk dan keindahan "baru" tanpa harus melanggar kaidah-kaidah tradisi dan kehilangan makna, simbol dan nilai kejawaannya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Sumba adalah nama salah satu pulau di bagian timur Indonesia. Berbagai tarian tradisional terdapat diselurh daerah Sumba Timur yang disajikan pada upacara ritual, pagelaran, dan acara pemerintahan yang diringi oleh nyanyian lagu-lagu adat, gong dan tambur serta alat musik dari bambu (nggu'nggi dan jung'ga au). Tidak dipungkiri bahwa dengan perkembangan dunia yang semakin global ada kekhawatiran akan memudarnya atau punah suatu bentuk tarian. Upaya pelestarian tari tradisional seperti yang dilakukan Sanggar Wai Miripu Mbokar sejak didirikan 2006 menampilkan jenis-jenis tarian tradisional Kabupaten Sumba Timur dalam bentuk masa lampau Sumba Timur sebagai Matawi Amahu Pada Njara Hamu dalam versi tarian dan lagu-lagu daerah. Sebagai bentuk ekpresi hasrat manusia akan keindahan yang dapat dinikmati oleh manusia dengan mata dan telingan.
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
902 JNANA 22:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri Haidar
Abstrak :
Peralihan mendadak dan penggunaan intensif dari komunikasi termediasi oleh teknologi mengubah pengalaman ketubuhan suatu kelompok masyarakat. Pandemi Covid-19 melalui pembatasan sosial dan aktivitas mendorong penggunaan ruang yang dimediasi oleh teknologi dalam ragam kegiatan yang sebelumnya dilakukan pada medium ruang fisik. Komunitas tari tradisional Indonesia menjadi salah satu kelompok tari yang memiliki tantangan besar dalam menggunakan ruang virtual untuk kegiatan berkesenian. Karakter keruangan dan ketubuhan khusus dari tari tradisional tidak dapat terakomodasi dalam infrastruktur ruang virtual. Pada Maret hingga Desember 2020, sanggar tari Wulangreh Omah Budaya mengalihkan aktivitas kelas tari Jawa dan Bali dalam ruang virtual oleh Zoom, medium telekonferensi yang paling banyak digunakan selama masa pembatasan sosial dan aktivitas di DKI Jakarta. Ragam upaya dilakukan bagi pelatih dan peserta tari untuk ‘membangun’ ruang yang dimediasi oleh teknologi dengan tujuan mereplikasi pengalaman yang serupa dengan ruang fisik. Tulisan ini akan menggambarkan proses pembentukan ruang yang dimediasi oleh teknologi sebagai tempat untuk komunitas tari berlatih tari. Menggunakan metode etnografi, tulisan ini akan menelusuri proses peralihan medium dari ruang fisik ‘ke dalam’ ruang yang dimediasi oleh teknologi. Proses peralihan medium ini menelusuri aspek keruangan dan ketubuhan dari wiraga, wirama, wirasa dalam tari tradisional dalam infrastruktur ruang virtual oleh Zoom. ......Sudden shift and intensive use of computer mediated communication change the embodiment for certain group of people. Covid-19 pandemic through social and activity restriction pushes the use of virtual space on many activities previously occurred on physical space. Indonesia traditional dance community faces the toughest challenge on using virtual space as a place for making art. The spacial and emobied quality of traditional dance is unable to be afforded by the infrastructure of virtual space. Since March until December 2020, traditional dance studio (sanggar tari) of Wulangreh Omah Budaya shifted their Javanese and Balinese dance class on a virtual space by Zoom, a popular teleconference medium during social and activity restriction in Jakarta Capital Region. Instructor and class’ participants have many efforts to ‘construct’ technology-mediated space to replicate the similar experience of physical space. This paper will explore the construction of technology-mediated space as a ‘new space’ for traditional dance community rehearsal. Through ethnography, this paper will explore the process of remediation from physical ‘onto’ technology-mediated space. This process explores spacial and embodiment aspect of wiraga, wirama, wirasa on a mediated space provided by Zoom.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Retnowati
Abstrak :
Tarian Angguk merupakan salah satu wujud kebudayaan masyarakat petani Purworejo, Jawa Tengah. Seni tradisional sangat erat hubungannya dengan segala ritus keagamaan dan kewajiban serta tanggungjawab kemasyarakatan yang beraneka ragam. Secara harfiah kesenian tradisional mencerminkan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu segala ekspresi kebudayaan dan masyarakat merupakan ekspresi kolektif. Dengan demikian maka muncul pertanyaan: apa yang diekspresikan oleh tarian Angguk? Dari sudut seniman, proses penciptaan seni diwarnai oleh tradisi masyarakat yang menjadi satu dalam karya seni. Peranan kondisi-kondisi psikis yang memberi peluang pada kebebasan, kepekaan dan keberanian membantu tumbuh dan berkembangnya kreatifitas. Dari sudut karya seni, tarian Angguk merupakan ekspresi perasaan dan perwujudan nilai. Nilai yang dimaksud adalah nilai kehidupan yang berbentuk pandangan hidup. Nilai lain yang tampil dan dapat ditangkap adalah nilai inderawi dan nilai bentuk. Dari sudut apresiasi masyarakat, tarian Angguk merupakan sarana untuk mencapai eksistensi yang lebih sempurna. Dengan demikian maka tarian Angguk merupakan ekspresi kebudayaan masyarakat petani di Purworejo dan sekaligus sebagai intensifikasi realitas.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library