Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grotta, Daniel, 1944-
Philadelphia: Running Press, 2002
828.912 GRO j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Imaniar Hamzah
"Skripsi ini membahas perbandingan fantasi dan kecenderungan eskapisme dalam dua buah novel bergenre fantasi yang berasal dari pengarang yang sama, Neil Gaiman. Ciri Fantasi dapat dilihat dari latar tempat dalam kedua novel dan kecenderungan eskapisme dapat dilihat dari sikap masing-masing tokoh utama dari masing-masing novel, yaitu Tristran Thorn dan Richard Mayhew yang lebih memilih untuk tinggal di dunia fantasi daripada dunia nyata. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan kesemua analisis merujuk pada teks. Penulis memakai New Criticism dalam analisis ini terutama dengan melihat dari segi analisis naratologi, latar, dan perkembangan karakter tokoh utama. Penulis juga mengaitkan analisis ini dengan konsep eskapisme menurut J. R. R. Tolkien. Temuan penelitian ini yaitu makna dari kedua novel ini adalah fantasi yang merupakan representasi dari imajinasi dapat dilihat sebagai suatu hal yang positif dan dewasa. Hal ini disimpulkan dari dunia fantasi dalam masing-masing novel yang memiliki peran berbeda bagi tokoh utama di kedua novel tersebut. Dalam Stardust, dunia fantasi berperan sebagai tempat pencarian identitas diri bagi Tristran Thorn sedang dalam Neverwhere peran dunia fantasi bagi Richard Mayhew adalah sebagai tempat escape atau melarikan diri yang sejalan dengan pemikiran Tolkien.

The focus of this study is comparing two novels by Neil Gaiman; Stardust and Neverwhere. The characteristics of fantasy can be seen from the setting of both novels and escapism characteristics can be seen from the protagonists, Tristran Thorn and Richard Mayhew, who prefer to live in the fantasy realm rather than the reality. This qualitative study uses New Criticism as a method, especially by analysing the narration, setting, and character development. This study also uses J.R.R Tolkien_s concept about fantasy and escapism. This study then has two conclusions. First, fantasy in each novel has different meanings for each protagonists. For Tristran Thorn, the fantasy realm has the role of finding his true identity. While for Richard Mayhew, the fantasy realm is a media of escape equivalent to the Tolkien's concept. Then, it leads to the main conclusion that fantasy, as a representation of imagination, is not an immature media. On the contrary, it shows maturity and has a positive quality in it."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sabariman Sanityoso
"Legendarium J.R.R. Tolkien tetap menjadi karya fiksi imajinatif yang masih bertahan karena karya tersebut dapat mengeksekusi tema-tema universal, seperti cinta dan nostalgia, dengan penuh nuansa. Meskipun diskusi dari komunitas Tolkien dan akademisi telah mengupas tuntas nuansa tersebut, masih banyak yang dapat dikatakan mengenai aspek pasca-kolonial dari sejarah Dunia Tengah. Makalah ini menyelidiki cara-cara di mana Sauron mewarisi cita-cita kolonial tuannya, Morgoth, dan membangun hegemoni dengan menggunakan Cincin Utama selama Zaman Kedua seperti yang diceritakan dalam The Silmarillion (1977). Meskipun sebagian besar disunting dan disatukan oleh Christopher Tolkien, The Silmarillion mencakup keseluruhan Legendarium, termasuk penciptaan Cincin Utama dan cincin-cincin kekuasaan rendahannya. Dengan mengidentifikasi dan menganalisis fenomena hegemoni politik dalam teks, makalah ini berargumen bahwa Sauron berusaha untuk mendominasi Dunia Tengah dengan memproduksi realita pasca-kolonial dengan kekuatan Cincin Utamanya.

J.R.R. Tolkien’s Legendarium remains a timeless work of imaginative fiction because it executes universal themes, such as love and nostalgia, with nuance. While discussions from both the fan community and academia have thoroughly examined those nuances, much can still be said regarding the post-colonial aspect of Middle-earth’s history. This paper investigates the ways in which Sauron inherited the colonial ideals of his master, Morgoth, and established a hegemony by using the One Ring during the Second Age as told in The Silmarillion (1977). While it was mostly edited and pieced together by Christopher Tolkien, The Silmarillion covers the entirety of the Legendarium, including the creation of the One Ring and lesser rings of power. By identifying and analyzing the phenomena of political hegemony within the text, this paper argues that Sauron sought to dominate Middle-earth by producing post-colonial realities with the power of the One Ring."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library