Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hedy Soeparni
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Minanul Hakim
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuonaliza
Abstrak :
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih rncrupakan salah satu masalah gizi mikro di Indonesia yang bclum terkendali dengan baik hingga kini. Pembesaran kelenjar tiroid (gondok) merupakan salah satu bentuk manifestasi GAKY. Di Provinsi Sumatera Barat prevalensi GAKY berdasarkan TGR (Tomi Goiter Rate) tahun 1980 adalah 74,7%, tahun 1987 sebesar 33,7%, tahun 1995 sebesar 39 % dan umm zoos sebesaf 93%. Prevaxenéi GAKY befdgsarkan TGR di Kota Padang cenderung meningkat dari 8,S% pada tahun 1998 menjadi 21,5% tahun 2003 dan 26,3 % pada tahun 2006. GAKY tidak hanya menyebabkan gondok saja tapi juga memberikan dampak terhadap perkembangan fisik, mental dan fmmgsi intelektual. Penelitian ini beftujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gondok Kota Padang. Disain penelitian yang digunakan adalah studi kasus kontrol dimana kasus adalah anak SD/MI berusia 6-12 tahun yang menderita gondok yang diperiksa dengan cara palpasi. Kasus diambil dari hasil Survei Peruetaan Gondok di Kota Padang tahun 2006. Sedangkan kontrol adalah anak SD/MI yang berusia 6-12 tahun yang berasal dari SD/MI yang sama deugan kasus dan tidak menderita gondok yang diperiksa dengan cara palpasi. Sampel seluruhnya bexjumlah 452 orang dengan perbandingan kasus 1 kontrol adalah lzl. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung clengan ibu anak sckolah dan melakukan pemafiksaan terhadap sampel garam yang dibawa dari rumah. Pada penelitian ini juga dilakulcan pemeriksaan terhadap kadar yodium dalam urin dan swnber air minum sebanyak 10% dari total sample yang diambil secara random. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji mulnple Iogislic regression. Dari hasil analisis ini diperoleh hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian gondok di Kota Padang sctelah dikontrol oleh konsumsi makanan mengandung yodium dan kualitas garaxn bezyodium dengan p value 0,000 dan OR 2,663 (95% CI 1,802-3,935). Konsumsi rnakanan mengandung yodium berhubungan dengan kejadian gondok pada anak SD/MI di Kota Padang dengan p value 0,000 dan OR 2,259 (95% CI 1,507-3,386) setelah. dikontrol oleh umur dan kualitas garam beryodium. Makanan mengandung yodium seperti ikan laut dan daging ayam berhubungan dengan kejadian gondok dengan p value 0,000, OR 2,326 (95% CI 1,596-3,392) untuk ikan laut dan p value 0,038, OR 1,509 (95%CI 1,040-2,189) mmtuk daging ayam_ Kualitas garam juga berhubungan dcngan kejadian gondok dengan p value 0,030 dan OR 1,772 (95% CI 1,056~2,973) setclah dikontrol oleh umur dan konsmnsi makanan mengandung yodium. Berdasarkan basil penelinan ini disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang untuk meningkatkan penyuluhan tentang GAKY kepada masyarakat, mernperhatikan faktor usia dengan memfokuskan pada usia dibawah 10 tahun dalam membuat perencanaan penanggulangan GAKY, melalcukan pemeriksaan kadar yodium urin scbelum melakukan intervensi dan melakukan pengawasau yang ketat terhadap kualitas garam yang beredar di masyarakat serta memotivasi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi ikan laut. Bagi peneliti disarankan untuk xnelakukan penelitian tentang faktonfaktor yang berhubungan dengan rendahnya kualitas garam yang dikonsumsi anak, penelitian tentéhg kadar yodium dalam garam mulai awal distribusi sampai tingkat konsumsi anak, pcnelitian tentang kandungan yodium pada rnakanan tradisional, peuelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pole. konsumsi anak dan kqiian lebih dalam tentang hubungan sumber air minum dengan kejadian gondok serta faktor-faktor yang mempengamhi kadar yodium dalam sumber air minum. Masyarakat tcrutama ibu rumah tangga diharapkan meningkatkan pcngetahuannya femng GAKY seningga bmakap lebih snlektifdalam memilih makanan untuk anak
Iodine Deficiency Disorders (IDD) is still one of micro nutrition problems in Indonesia that has not been well controlled up to now. The thyroid gland enlargement (goiter) is one of the IDD manifestations. ln West Sumatera Province, the IDD prevalence based on TGR (Total Goiter Rate) is 74.7% in 1980, 33.7% in 1987, 39% in 1995 and 9.8% in 2003. The IDD prevalence bwed on TGR in Padang City tends to increase from 8.5% in 1998 to 21.5% in 2003 and 26.3% in 2006. IDD does not only cause goiter but also brings impacts to physical, mental and intellectual function development. This research is aimed at discovering factors related to goiter incidence in Padang City. The research design applied is the case control study with elementary school (SD/Ml) children ranging from 6 to 12 years old with goiter examined using palpation technique as the cases. The cases were taken from the results of Goiter Mapping Survey in Padang City in 2006. The control used consists of 6-12 year old elementary school (SD/Ml) children from the same schools of the cases but who do not have goiter when examined using palpation technique. The total sample size is 452 with case-control ratio of 1:l. The data was collected using direct interview with the child's mother and by examining salt sample brought from home. In this research, examination on the iodine level in urine and drinking water source taken randomly was perfomied in 10% ofthe total sample. The data is analyzed using multiple logistic regression. From the results of the analysis, it is revealed that there is a significant relationship between age and goiter incidence in Padang City alter _being controlled by iodine containing food consumption and iodine containing san quality with a p value of o_ooo and an on of 2.663 (95% ci 1.802-3.935): Consumption of iodine containing food is shown as having relationship with the goiter incidence in elementary school (SD/Ml) children in Padang City with a p value of 0.000 and an OR of 2.259 (95% CI 1.507-3386) atter being controlled by age and iodine containing salt quality. Iodine containing food such as sea tish and chicken is shown as having relationship with goitcr incidence with a p value of 0.000 with an OR of 2.326 (95% Cl 1.596-3392) for sea iish and p value of 0.038 with an OR of 1.509 (95% CI 1.040-2.l89) for chicken. The salt quality also relates to the goiter incidence with a p value of 0.030 and an OR of 1,772 (95% CI 1.056-2.973) aiter being controlled by age and iodine containing food consumption. Based on this research it is suggested to the Health Ofliice of Padang City to improve education on IDD to the community by paying attention to the age factor and focusing on children under 10 years. old when. developing plans for IDD control, performing urine iodine level examination before doing an intervention and exercising tight control on the quality of salt sold in the community as well as motivating the community to increase sea iish consumption Researchers are suggested to do researches on factors related to the low quality of salt consumed by children, iodine level in salt starting from distribution stage to child consumption stage, iodine content in traditional food, factors related to child consumption pattem and in-depth review on relationship between drinldng water resource with goiter incidence and factors affecting iodine level in drinking water. The community, especially housewives, is expected to increase the knowledge on [DD and acts more selectively in choosing food for children.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Eliana
Abstrak :
Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya kekambuhan seperti, faktor klinis yaitu usia dan jenis kelamin, riwayat keluarga, besarnya ukuran kelenjar tiroid, ada tidaknya oftalmopati; faktor genetik yang berperan pada kejadian GD; dan faktor imunologi yaitu jumlah sel T regulator, kadar interleukin 10 (IL-10), interleukin 17 (IL-17) dan antibodi pada reseptor tiroid (TRAb). Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol yang membandingkan 36 pasien GD yang kambuh dan 36 pasien GD yang tidak kambuh. Pemeriksaan polimorfisme gen dilakukan dengan metode PCR RFLP. Pemeriksaan jumlah sel T regulator dengan flowsitometri. Pemeriksaan IL-10, IL-17 dan TRAb dengan ELISA. Hasil: Analisis hasil penelitian membuktikan hubungan antara kekambuhan dengan faktor keluarga (p 0,008), usia saat didiagnosis (p 0,021), oftalmopati derajat 2 (p 0,001), kelenjar tiroid yang membesar melebihi tepi lateral muskulus sternokleidomastoideus (p 0,040), lamanya periode remisi (p 0,029), genotip GG gen CTLA-4 nukleotida 49 kodon 17 pada ekson 1 (p 0,016), genotip CC gen tiroglobulin nukleotida 5995 kodon 1980 pada ekson 33 (p 0,017), genotip CC gen TSHR SNP rs2268458intron 1 (p 0,003), jumlah sel T regulator (p 0,001), kadar IL-10 (p 0,012) dan kadar TRAb (p 0,002). Penelitian ini juga membuktikan hubungan antara faktor klinis yaitu faktor keluarga, usia, oftalmopati, pembesaran kelenjar tiroid dan lamanya periode remisi; dengan faktor genetik dan respons imun. Simpulan: Polimorfisme genotip gen CTLA-4 nukleotida 49 kodon 17 ekson 1, gen tiroglobulin nukleotida 5995 kodon 1980 ekson 33, gen TSHR SNP rs2268458 intron 1 dan sel T regulator berperan sebagai faktor risiko kambuh pada pasien penyakit Graves. ...... Background: The management of Graves? disease (GD) is initiated with the administration of antithyroid drugs; however, it requires a long time to achieve remission and more than 50 percent of patients who had remission may be at risk for relapse after the drug is stopped. This study was aimed to identify factors affecting relapse of Graves? Disease Methods: This was a case-control study comparing 36 patients relapsed GD and 36 patients who did not relapse. Genetic polymorphism examination was performed using PCR-RFLP. The number of regulatory T cells was counted using flow cytometry analysis and ELISA was used to measure serum IL-10, IL-17 and TRAb. Results: The analysis of this study demonstrated that there was a correlation between relapse of disease and family factors (p 0.008), age at diagnosis (p 0.021), 2nd degree of Graves? ophthalmopathy (p 0.001), enlarged thyroid gland, which exceeded the lateral edge of the sternocleidomastoid muscles (p 0.040), duration of remission period (p 0.029), GG genotype of CTLA-4 gene on the nucleotide 49 at codon 17 of exon 1 (p 0.016), CC genotype of thyroglobulin gene on the nucleotide 5995 at codon 1980 of exon 33 (p 0.017), CC genotype of TSHR gene on the rs2268458 of intron 1 (p 0.003), the number of regulatory T cells (p 0.001), the levels of IL-10 (p 0.012) and TRAb levels (p 0.002). This study also showed the association between clinical factors, which included family factors, age at diagnosis, ophthalmopathy, thyroid gland enlargement and the long periods of remission with genetic factors and immune response. Conclusion: Genetic polymorphisms of CTLA-4 gene on the nucleotide 49 at codon 17 of exon 1, thyroglobulin gene on the nucleotide 5995 at codon 1980 of exon 33, TSHR gene SNP rs2268458 of intron 1 and regulatory T cells play a role as risk factors for relapse in patients with Graves? disease.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnawati Amqam
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan jangka panjang insektisida klorpirifos (CPF) akan menimbulkan efek pada Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan hormon-hormon tiroid (triidiotironin/T3 dan tirotoksin/T4). Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh insektisida CPF terhadap kadar TSH dan hormon-hormon tiroid pada petani sayur dari tinjauan aspek genetik populasi. Studi ini dilakukan dengan desain potong lintang. Terdapat 273 petani sayur yang menjadi subjek, yang diambil pada tiga populasi suku, yaitu Jawa, Sunda, dan Makassar. Terdapat variasi genetik paraoxonase 1 (PON1) pada ketiga populasi dan alel Q banyak ditemukan pada semua populasi. PON1 dapat menjadi prediktor terjadinya gangguan pada kadar hormon-hormon tiroid dan TSH. TCP sebagai metabolit CPF merupakan biomarker kemampuan metabolisme individu terhadap CPF. Pada masyarakat petani yang terpajan klorpirifos, TCP urin yang tidak terdeteksi berperan dalam terjadinya kadar FT3 rendah dan kadar TCP urin yang rendah berperan dalam terjadinya kadar FT4 tertil rendah dan kadar TSH tinggi. Efek CPF terhadap ketiga hormon ini diduga terjadi melalui mekanisme terganggunya sistem neurotransmitter dan proses deyodinasi pada perifer dan hati.
ABSTRACT
Long-term use of chlorpyrifos (CPF) insecticide will affects Stimulating Thyroid Hormone (TSH) and thyroid hormones (triidiotironin/T3 and tirotoksin/ T4). This study aimed to assess the effect of insecticide CPF on levels of TSH and thyroid hormones of the vegetable farmers as the reviews of population genetic aspects. This study was conducted with a cross-sectional design. There were 273 vegetable farmers as subjects, taken in three population, namely Java, Sunda, and Makassar. There was genetic variation of paraoxonase 1 (PON1) in a population of in the three populations and Q alleles found in all populations. PON1 may be a predictor of causing interference to the levels of thyroid hormones and TSH. TCP as CPF metabolite was a biomarker of individual metabolic capabilities toward CPF. In exposed CPF farming communities, undetected TCP urine played a role in occurrence of low FT3 levels while low levels of TCP urine play a role for lower tertile FT4 level and high TSH level. CPF effect to the hormones possiblyoccured through the mechanism of disruption of neurotransmitter system and deiodinase process in peripheral and liver
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nerissa Nur Arviana
Abstrak :
Latar Belakang Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar yang terletak di bawah kartilago tiroid. Kanker tiroid merupakan keganasan yang muncul dari sel parenkim tiroid yang mana sel sel tumbuh secara tidak normal dari jaringan kelenjar tiroid juga berpotensi menyebar ke bagian tubuh lainnya. Berdasarkan World Health Organization (WHO), data kanker tiroid di dunia pada tahun 2020 secara keseluruhan mencapai 586.202 kasus. Sementara, di Indonesia sendiri, kasus kanker tiroid pada tahun 2020 mencapai 13.114 dengan angka kematian mencapai 2.224 yang mana lebih banyak terjadi pada perempuan dengan jumlah 9.053 kasus. Berdasarkan penelitian, prevalensi kanker tiroid pada anak adalah 0,2-5 % dibandingkan dengan sekitar 30% pada orang dewasa. Melihat permasalahan ini, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kanker tiroid pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang belum ada datanya terutama berdasarkan karakteristik dan faktor risikonya. Metode Penelitian ini menggunakan metode observasional deksriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan berupa total sampling pada penderita kanker tiroid anak di RSCM periode 2016 hingga 2022. Hasil Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi kanker tiroid pada anak di RSCM pada Tahun 2016 – 2022 sebsar 1,4%. Dengan karakteristik sosiodemografi, 95,7% berusia 11 hingga 18 tahun, 78,3% berjenis kelamin perempuan dan 21,7% berjenis kelamin laki- laki, serta 65,2% tinggal di perkotaan. Hasil lainnya menunjukkan 95,7% riwayat keluarga tidak ada dan 47,8% mempunyai BMI ideal. Hasil karakteristik klinis, 78,3% pasien dengan jenis kanker tiroid papilar, 87% pasien stadium1, 43,5% mengalami T2, 39,1% mengalami N1, dan 13% dengan M1. Terapi utamanya operasi sebanyak 86,9% dengan jenis total tiroidektomi sebesar 60%. Tidak terdapat perbedaan karakteristik antara jenis kanker tiroid papilar dan folikular. Kesimpulan Penelitian ini memberikan angka prevalensi serta data deskriptif terkait persentase dan frekuensi masing-masing variabel yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya berupa analitik terkait prognosis dan mortalitas serta hubungan setiap variabel. ......Introduction The thyroid gland is one of the largest endocrine glands which is located under the thyroid cartilage. Thyroid cancer is a malignancy that arises from thyroid parenchyma cells in which the cells grow abnormally from the thyroid gland tissue which also has the potential to spread to other parts of the body. Based on the World Health Organization (WHO), data on thyroid cancer in the world in 2020 reached 586,202 cases. Meanwhile, in Indonesia alone, cases of thyroid cancer in 2020 reached 13,114 with a death rate of 2,224 which was more common in women with a total of 9,053 cases. Based on research, the prevalence of thyroid cancer in children is 0.2 – 5% compared to about 30% in adults. Seeing this problem, this study aims to determine the prevalence of thyroid cancer in children at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo for which there is no data, mainly based on the characteristics and risk factor. Method This study used a descriptive observational method with a cross sectional approach. The sample used was total sampling in children with thyroid cancer at RSCM for the period 2016 to 2022. Results The results of this study found that the prevalence of thyroid cancer in children at RSCM in 2016 - 2022 was 1.4%. With sociodemographic characteristics, 95.7% were aged 11 to 18 years, 78.3% were female and 21.7% were male, and 65.2% lived in urban areas. Other results showed that 95.7% had no family history and 47.8% had an ideal BMI. Results of clinical characteristics, 78.3% of patients had papillary thyroid cancer, 87% of patients had stage 1, 43.5% had T2, 39.1% had N1, and 13% had M1. The main therapy was surgery for 86.9% with total thyroidectomy at 60%. There are no differences in characteristics between papillary and follicular types of thyroid cancer. Conclusion This research provides prevalence figures as well as descriptive data regarding the percentage and frequency of each variable which can be used as a reference for further research in the form of analytics related to prognosis and mortality as well as the relationship between each variable.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asman Boedisantoso Ranakusuma
Abstrak :
Pada pagi hari ini bagi kita yang hadir, tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan kesehatan kepada kita semua, sehingga pada pagi hari ini kita dapat berkumpul di ruangan ini untuk mendengarkan pidato pengukuhan saya. Mengapa saya memilih Ilmu Penyakit Dalam (IPD)? Sebenarnya mudah dimengerti dan dipahami bahwa seorang dokter muda memilih IPD karena ilmu penyakit dalam adalah ibu dari semua cabang ilmu kedokteran. Ilmu ini melihat manusia sebagai sosok tubuh seutuhnya, dari ujung rambut ke ujung jari kaki; dan kulit luar ke dalam sel yang paling dalam pada tubuh kita. Ilmu ini juga menelusuri titik awal penyakit dengan segala akibat-akbatnya. Pengembangan logika analitik sangat diperlukan, pola pikir holistik, integral antar organ dan sistem dibutuhkan. Agaknya dunia ilmu ini penuh tantangan. Di sini titik mula.hati saya terpikat. Sebagai seorang dokter muda yang penuh khayalan ternyata pola pikir itu bukanlah mudah dan sederhana. Ternyata ilmu penyakit dalam tidak semudah yang dikhayalkan, terlalu banyak untuk dicerna dan terlalu sulit untuk diantisipasi apalagi 'untuk menyembuhkan pasien. Angka kematian di bangsal perawatan rumah sakit tinggi. Pada saat itu kesulitan tetap berputar-putar di.sekitar diri saya. Terkadang tidak tahu harus mulai dari mana, selalu terbayang wajah pasien yang menderita yang hanya dapat saya obati dengan kata-kata. Wajah pucat pasi pedih cemas berbaur satu Langan tangan menggapai seraya mencari siapakah membantu Kuberi lengan sebelah Sepenggal ilmu Sia, sia Kau, Aku Berpisah Sama-sama meniti jalan panjang Kelam (Antara Jakarta ,- Magelang, Media- Juli 1984) Kalimat di atas dapat menggambarkan betapa galau hati seorang dokter muda sewaktu mulai bekerja di bagian IPD. Dalam proses peningkatan keterampilan, saya dapat merasakan pendidikan dengan pola penalaran holistik integral, tidak terkotak kotak, pengembangan logika analitik dan kerjasama yang erat antar sejawat telah dapat meningkatkan keterampilan dan mengikis sedikit demi sedikit kegalauan yang ada.
Jakarta: UI-Press, 1994
PGB Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntjoro
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam usaha untuk meningkatkan ketajaman diagnosis potong beku jaringan tiroid diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan, antara lain dengan sitologi imprint. Pembuatan sediaan sitologi imprint ini cukup mudah dan cepat. Dengan sitologi imprint, sel ganas pada umumnya lebih mudah dikenali daripada sediaan potong beku, kecuali pada kelainan tertentu terutama Iasi folikuler. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan nilai ketepatan keganasan dengan metode sitologi imprint pada jaringan tiroid terhadap diagnosis sediaan parafin dari kasus yang sama.

Penelitian ini dilakukan dua tahap.Pertama meneliti semua sediaan imprint yang telah dipersiapkan selama dua tahun. Kedua meneliti sediaan parafin kasus yang sama. Semua sediaan imprint diteliti baik mengenai sel maupun latar belakangnya. Dibuat kriteria tertentu untuk tiap jenis kelainan tiroid.

Untuk menilai ketepatan diagnosis sitologi imprint diperlukan analisa uji kemampuan yaitu menggunakan angka acak binomial dengan menirukan tabel 2 x 2 dan sediaan paraffin sebagai baku emas. Dari uji dengan sediaan paraffin sebagai baku emas menghasilkan: sensitifitas 75%, spesifisitas 100%, nilai ramalan positif 100%, nilai ramalan negatif 76% dan ketepatan 93,88%.

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa sitologi imprint mempunyai ketepatan tinggi dalam hal membedakan antara kelainan tiroid jinak dan ganas. Sitologi imprint berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada potong beku jaringan tiroid.
ABSTRACT
To increase the ability diagnosis of frozen section of thyroid lesion we need some additional examinations, for example, imprint cytology. In making cytology preparation is not difficult. With imprint cytology, the detail of cell are better preserved than that in frozen section. Usually the malignant cell is rather well differentiated, except for follicular lesions.

The aim of research is to get a value of accuracy of imprint cytology diagnosis of thyroid malignancy, compared with paraffin section diagnosis from the same cases.

There are two investigations for this research. First we evaluated all imprint slides prepared in two years. All the imprint slides where examined of their cells and backgrounds. We made some criteria for each thyroid lesions. The second evaluation was about paraffin slides.

To evaluate the imprint cytology diagnosis accuracy, analysis of capability was necessary, using binomial random numbers, imitating table 2 x 2 and paraffin slide as gold standard.

From the analysis we found that sensitivity was 75%, spesificity was 100%, positive predictive value was 100%, negative predictive value was 76% and accuracy was 93,88%.

From this examination we conclude that imprint cytology has high accuracy in distinguishing malignancy lesions from benign ones. The imprint is valuable as an addition to the frozen section.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Marindawati
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Biopsi aspirasi jarum halus/Fine needle aspiration biopsy (FNAB) merupakan teknik diagnostik yang efektif untuk membedakan lesi jinak dan ganas yang dapat membantu menilai perlu atau tidaknya dilakukan pembedahan. Namun FNAB mempunyai keterbatasan dalam mendiagnosis terutama pada lesi indeterminate sehingga perlu dilakukan pulasan imunositokimia untuk meningkatkan akurasi. Cytokeratin 19 (CK19) merupakan penanda yang sensitif untuk karsinoma papiler tiroid, namun masih jarang dilakukan pada spesimen FNAB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi diagnostik imunositokimia CK19 pada spesimen FNAB lesi indeterminate nodul tiroid.

Metode: Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dan merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah kasus FNAB nodul tiroid yang berpasangan dengan kasus histopatologi dari arsip Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM tahun 2014-2015. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Sampel berjumlah 42 kasus yang terdiri dari 11 kasus (26%) lesi jinak, 12 kasus (29%) atypical of undetermined significance (AUS), 10 kasus (24%) suspicious, dan 9 kasus (21%) ganas. Dilakukan pulasan CK19 dan dinilai ekspresinya berdasarkan titik potong

Hasil: Pada 42 sampel yang diteliti terdapat 23 kasus sitologik dengan ekspresi CK19 positif kuat, yang terdiri atas 21 kasus histopatologik ganas dan 2 kasus histopatologik jinak. Sedangkan 19 kasus sitologik yang menunjukkan ekspresi CK19 positif lemah/negatif terdiri atas 17 kasus histopatologik jinak dan 2 kasus histopatologik ganas. Berdasarkan hasil ini akurasi diagnostik sediaan FNAB lesi indeterminate adalah 86%. Secara umum juga menunjukkan bahwa pulasan imunositokimia CK19 pada spesimen sitologik FNAB mempunyai nilai sensitivitas 91%, spesifisitas 89%, nilai prediksi positif 91%, nilai prediksi negatif 89% dan akurasi diagnostik 90%.

Kesimpulan: Pulasan CK19 dapat digunakan sebagai penanda untuk membedakan karsinoma papiler tiroid dan nodul jinak tiroid pada spesimen FNAB lesi indeterminate dengan akurasi diagnostik 86%.
ABSTRACT
Background: Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) is a diagnostic technique that is effective in distinguish between benign and malignant lesions that can help to assess whether any surgery is required or not. However FNAB has limitations in diagnosis, especially in indeterminate lesions. Therefore accuracy of this technique can be improved by immunocytochemistry staining. Cytokeratin 19 (CK19) is a sensitive marker for papillary carcinoma of the thyroid, but still rarely performed in FNAB specimens. The aim of the present study was to establish the diagnostic accuracy of CK19 in thyroid FNAB indeterminate lesion

Methods: This study is an analytic observational research using cross sectional design. The population of this study was FNAB cases of thyroid nodules which paired with histopathological cases. Data was retrieved from the archives of Anatomic Pathology Department of the Faculty of medicine/Cipto Mangunkusumo Hospital years 2014-2015. Sample selection performed by consecutive sampling. Total 42 cases in this study consisting of 11 benign lesions (26%), 12 Atypical of undetermined significance (AUS) (29%), 10 suspicious (24%), and 9 malignant (21%). CK19 staining was performed and the positivity expression was determined based on cut off.

Results: Totally 42 samples studied contained 23 cytologic case with strong positive expression of CK19, consisting of 21 malignant histopathologic cases and 2 benign histopathologic cases. While 19 cytologic cases that showed weakly positive/ negative CK19 expression was consisted of 17 benign histopathologic cases and 2 malignant histopathologic cases. Based on these results the diagnostic accuracy of FNAB preparations indeterminate lesions was 86%. In general showed that CK19 staining immunocytochemistry on cytologic specimens FNAB have a sensitivity of 91%, specificity of 89%, positive predictive value of 91% , negative predictive value of 89% and diagnostic accuracy of 90%.

Conclusion: CK19 staining can be used as a marker to distinguish between papillary carcinoma thyroid and benign thyroid nodules in FNAB indeterminate lesions with a diagnostic accuracy of 86%.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ayu Chitrasmara
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan : Nodul tiroid banyak ditemukan pada populasi dewasa. Kebanyakan merupakan lesi jinak yang tidak memerlukan tindakan lanjutan, namun 7-15% dapat ganas. Modalitas paling sensitif untuk evaluasi adalah ultrasonografi (USG), namun untuk memastikan jenis nodul tetap diperlukan diagnosis invasif dengan lini pertama yaitu pemeriksaan sitopatologi dengan fine needle aspiration biopsy (FNAB). Saat ini berkembang elastografi untuk menilai kekakuan jaringan, dengan teori semakin ganas nodul maka semakin padat jaringan dan elastisitas berkurang. Elastografi kualitatif menggunakan skoring dengan kriteria Rago berdasarkan warna nodul yang semakin gelap dengan meningkatnya kepadatan. Diharapkan elastografi dapat menjadi tambahan untuk evaluasi nodul tiroid. Tujuan penelitian untuk mengetahui kesesuaian antara pemeriksaan strain elastografi kualitatif kriteria Rago dengan hasil sitopatologi. Metode : Uji kesesuaian menggunakan data primer elastografi nodul tiroid berdasarkan sistem skoring Rago dengan hasil sitopatologi berdasarkan klasifikasi Bethesda, dengan desain potong lintang (cross sectional), di RSCM bulan Juli-Agustus 2018. Subjek penelitian adalah 39 nodul yang dikategorikan menjadi benign, intermediate, dan malignant. Analisis statistik menggunakan uji McNemar dan Kappa. Hasil : Didapatkan kesesuaian antara hasil strain elastografi dengan FNAB dengan hasil McNemar test p=0,214, nilai Kappa R=0,52 dan p=0,000. Kesimpulan : Terdapat kesesuaian antara elastografi menggunakan sistem skoring kategori Rago dengan sitopatologi dengan tingkat kesesuaian moderate sehingga elastografi dapat menjadi pemeriksaan tambahan untuk evaluasi nodul tiroid.
ABSTRACT
Introduction : Thyroid nodule is common condition in adult populations, which mostly are benign. Nevertheless, malignancy can be found in 7-15% nodules. The most sensitive modality to evaluate thyroid nodule is ultrasonography (USG), although invasive examination is still necessary to confirm benignity or malignancy with first line is cytopathology with fine needle aspiration biopsy (FNAB). Elastography is developed to asses tissue elasticity, with theory that higher malignancy the cells are denser and elasticity is decreasing. In qualitative elastography there is Rago scoring system criteria based on colors appearing in nodules which darker as nodule grows denser. Elastography may become additional examination to evaluate thyroid nodules. The objective of this research is to acknowledge the concordance between qualitative strain elastography and cytopathology result. Methods : This research is suitability test using primary data of thyroid nodules elastography and cytopathology results in RSCM between July to August 2018. The design is cross sectional. The subjects are 39 nodules and every nodule is grouped into three categories which is benign, intermediate, and malignant. Statistical analysis is performed using McNemar and Kappa test. Result : Concordance can be found between scoring system strain elastography with FNAB results with McNemar test p=0,214, Kappa R=0,52 and p=0,000. Conclusion : There is concordance between scoring system strain elastography using Rago criteria with FNAB results with moderate level of agreement. Thus, elastography can be used as additional examination to evaluate thyroid nodules.
2019
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>