Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rene Rienaldy
"Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dalam melaksanakan proses pembangunannya selama ini lebih menekankan perhatiannya kepada pembangunan ekonomi dibandingkan dengan pembangunan dibidang sosial. Salah satu akibatnya adalah terjadinya distorted development seperti yang dikemukakan oleh Midgfey tidak hanya berupa pengangguran, kemiskinan, kejahatan akan tetapi juga bisa berupa terjadinya diskriminasi rasial terhadap suatu etnik untuk ikut serta dalam proses pembangunan.
Dari sekian banyak suku bangsa yang ada dan telah ratusan tahun lamanya menetap di Indonesia, salah satunya adalah etnis Tionghoa dan Kalimantan Barat oleh G. Tan disebut sebagai salah satu tempat yang paling banyak didiami oleh etnis Tinghoa. Dalam kehidupan sehari-harinya, etnis Tionghoa termasuk yang ada di Kota Pontianak kadangkala masih mengalami diskriminasi baik yang diberlakukan oleh pemerintah maupun dan masyarakat mengingat kepada etnis Tionghoa tersebut masih dilekatkan stereotip yang bersifat negatif yang lebih didasarkan kepada prasangka sehingga apapun yang mereka lakukan masih dicurigai oleh masyarakat di Indonesia.
Tesis ini bertujuan untuk menggambarkan hasil penelitian tentang bentuk-bentuk dan aktifrtas-aktifitas yang dilakukan oleh organisasi atau perkumpulan dalam masyarakat etnis Tionghoa di Kota Pontianak. Penelitian ini juga dapat dikatakan awal sifatnya dan lebih ditujukan untuk memetakan secara umum pengelompokan-pengelompokan sosial warga masyarakat etnis Tionghoa di Kota Pontianak sehingga pendalaman terhadap satu atau dua organisasi atau perkumpulan belumlah dapat dilakukan.
Metode penelitian ini mengggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena dipandang lebih relevan untuk digunakan dalam mengamati kondisi sosial dalam masyarakat sehingga didapatkan gambaran keadaan yang rill di lapangan dan latar belakangnya berdasarkan dukungan fakta dan informasi yang didapat dari wawancara kepada para informan, observasi dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian, di Kota Pontianak terdapat beberapa organisasi atau perkumpulan dalam masyarakat Tionghoa seperti yayasan kematian, yayasan pemadam kebakaran, yayasan kesehatan, perkumpulan olahraga, perkumpulan seni budaya, perkumpulan keagamaan dan perkumpulan pria/wanita. Organisasi atau perkumpulan tersebut juga dapat dikategorikan sebagai organisasi lokal menurut Esman dan Uphoff seperti Asosiasi Pembangunan Lokal, Ko-operatif ataupun Asosiasi Kepentingan (baik Asosiasi Kepentingan berdasarkan Fungsi maupun Asosiasi Kepentingan berdasarkan Kategori) dengan melihat keanggotaannya, penyerapan sumber daya yang dimiliki ataupun kesamaan minat dan perbaikan suatu fungsi tertentu.
Selain memberikan manfaat kepada anggotanya yang lebih mengarah kepada pemenuhan kebutuhan kultural berupa ketenangan batin daripada pemenuhan fisik seperti pangan, sandang ataupun papan, aktifrtas dan keberadaan organisasi atau perkumpulan masyarakat Tionghoa tersebut juga memberikan manfaat berupa pelayanan kepada masyarakat luas di Kota Pontianak dan secara tidak langsung membantu program pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pontianak. Contohnya adalah yayasan pemadam kebakaran yang insiatif dan pendiriannya diwujudkan oleh masyarakat Tionghoa. Yayasan pemadam kebakaran ini telah ada pada tahun 1949 sejak didirikannya BPAS oleh pemuka dan tokoh masyarakat Tionghoa di Siantan dan kemudian memancing didirikannya yayasan serupa di tempat lain oleh masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Pontianak seperti Yayasan Pemadam Kebakaran (YPK) Panca Bhakti, YPK Budi Pekerti, YPK Khatulistiwa dan Unit Pemadam Kebakaran Gotong Royong.
Pembahasan di dalam tests ini juga tidak dimaksudkan untuk menilai efektif tidaknya suatu organisasi lokal dalam suatu program pembangunan karena organisasi atau perkumpulan masyarakat Tionghoa tersebut hanya dilibatkan pada program yang insidentil sifatnya seperti sosialisasi Pemilu 2004, produk hukum ataupun sosialisasi kamtibmas seperti yang dilakukan Dinas Yayasan Bhakti Suci Pontianak. Oleh karena itu, walaupun organisasi atau perkumpulan tersebut dapat dikategorikan sebagai organisasi lokal tetapi mereka belum dapat disebut sebagai intermediaries atau penengah yang menghubungkan masyarakat Tionghoa dengan suatu organisasi yang lebih besar kekuasaannya yaitu Pemerintah.
Tesis, 6 Bab, xiv, 225 halaman, 9 label, 7 lampiran, Bibliografi : 31 buku, 13 jumal, 22 artikel dan 5 dokumen (1967 - 2004)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuning M. Irsyam
"PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perkembangan studi sejarah modern tentang Indonesia telah berkembang sedemikian pesatnya memasuki hampir semua aspek kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu yang menjadi garapan dari studi sejarah Indonesia Modern adalah golongan etnis Cina sebagai golongan minoritas di Indonesia dalam pelbagai bentuk ragamnya. Sejak Victor Purcell membukukan hasil penelitiannya ?the Chinese in Southeast Asia" ternyata karya ini mampu mengilhami lahirnya karya-karya baru dalam studi Indonesia Modern. Studi tentang golongan etnis Cina ternyata telah menghasilkan sejumlah ilmuwan antara lain seperti Melly G. Tan, Leo Suryadinata, Liem Twan Djie dan Ong Eng Die.
Golongan etnis Cina seringkali diidentikkan sebagai golongan yang mempunyai peranan penting dalam dalam perekonomian Indonesia. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari adanya kenyataan bahwa mereka telah mulai merintis usaha-usaha di bidang perekonomian sejak dulu, dan keberhasilan mereka ditunjang oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai pihak, baik pihak mereka sendiri, pihak pemerintah Belanda maupun dari pihak pribumi.
Bila kita telusuri sejarah perkembangan mereka di bidang perekonomian, maka kita harus melihat kenyataan bahwa bangsa Cina telah mengadakan hubungan dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara, termasuk bangsa Indonesia sejak jaman dinasti Han berkuasa di daratan Cina (206 SM - 221 M). Ada dugaan bahwa hubungan dagang tersebut pada awalnya dilakukan oleh para pedagang.
Beberapa bukti arkeologis antara lain menunjukkan adanya patung-patung batu yang ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan yangmirip dengan patung-patung batu yang terdapat pada kuburan Jenderal Huo K'lu - ping di Propinsi Shenshi, yang bertandakan tahun 117 SM. Di camping itu juga banyak diketemukan barang-barang keramik di Sumatera , Jawa dan Kalimantan yang bertandakan tahun 45 SM (Victor Purcell, 1951: II). Dugaan para ahli, masa tersebut merupakan masa awal hubungan Cina-Indonesia.
Hubungan berikutnya adalah datangnya seorang musafir Cina yang beragama budha ke Indonesia. Fa-Hsien datang ke Jawa pada tahun 413 Masehi. Dari catatan sejarah dinasti Sung (420 - 479 M) dan dinasti Liang (502 - 527 M) dapat diketahui bahwa ada utusan dari negara-negara di Asia Tenggara yang datang ke Cina. Selain utusan yang datang ke Cina, Cina sendiri pada jaman dinasti T'ang (618 - 907 M) pernah mengirim utusan ke Selatan untuk membuka hubungan dagang. Pada tahun 756 - 779 M, pernah datang tiga utusan dari Jawa ke Cina atau sebaliknya, maka hubungan dagang Utara - Selatan menjadi semakin lancar.
Pada jaman pemerintahan dinasti Qing (1644 - 1911) hubungan dagang dengan Barat dibuka. Pelabuhan utama mereka adalah Amoy, Kwangtung dan Fukien. Meskipun hubungan dagang dengan bangsa Barat telah dimulai sejak tahun 1644, namun baru pada tahun 1786 penduduk setempat menyadari bahwa yang banyak mendapatkan keuntungan adalah bangsa Barat. Hal ini mendorong mereka untuk mengadakan migrasi ke tanah jajahan Barat. Apalagi mereka mendengar bahwa di Semenanjung Malaya orang bisa mendapatkan mata pencaharian dengan upah yang lumayan.
Migrasi etnis Cina terjadi secara besar-besaran setelah terjadinya perang Candu (1839 - 1842), yang mengakibatkan dibukanya negara Cina oleh Inggris dan setelah terjadinya pemberontakan Tai Ping (1851 - 1865), yang mengakibatkan hancurnya perekonomian di Cina Selatan. Dengan hancurnya perekonomian di Cina Selatan maka banyak orang "terpaksa" meninggalkan kampung halamannya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
PERMASALAHAN
Penelitian ini mengkaji peranan golongan etnis Cina di sektor ekonomi pada masa kolonial. Secara khusus penelitian ini ingin mengungkapkan faktor-faktor apa yang menyebabkan golongan etnis Cina berperan di sektor ekonomi, bagaimana tingkah laku ekonomi golongan etnis Cina dan kendala-kendala yang dihadapi dalam memainkan peranannya itu.
Uraian berikut ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Uraian dan penjelasan berikut ini mencakup kedudukan golongan etnis Cina pada masa kolonial, dan pola tingkah laku ekonomi golongan etnis Cina. Pola tingkah laku tersebut dihubungkan dengan kegiatan perekonomian yang ada di Indonesia pada waktu itu. Dari uraian dan penjelasan yang ada diharapkan diperoleh suatu pemahaman mengenai peranan golongan etnis Cina di sektor ekonomi."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP 1996 94
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tendean, Nia Paramita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai organisasi Pembina Iman Tauhid Islam, sebagai salah satu organisasi dakwah sekaligus asimilasi di kalangan etnis Tionghoa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan golongan minoritas ini memutuskan untuk menjadi muallaf. Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah, yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam rangka menyebarkan dakwah sekaligus memperkenalkan Islam di kalangan etnis Tionghoa, PITI mengadakan kerja sama dengan Bakom-PKB, yang merupakan lembaga asimilasi terbesar di Indonesia, dan didukung oleh kalangan militer.

ABSTRACT
This min thesis study about Pembina Iman Tauhid Islam, as one of dakwah organization and assimilation at once among Tionghoa ethnic. It purpose to know about what factors that made this minority group decided to be a muallaf. This research use history method consist of four steps, which is heuristic, critic, interpretation, and historiography. It showed that to spread dakwah and to introduced Islam among Tionghoa ethnic, PITI made a cooporation with Bakom-PKB, which is the biggest assimilation organization in Indonesia, and assimilation was support by military."
Depok: 2010
S12731
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library