Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Najwati Sholihah
Abstrak :
Pencahayaan pada bangunan sekolah menjadi salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi kinerja akademik siswa di sekolah yaitu kualitas pencahayaan di sekolah memiliki dampak yang signifikan terhadap konsentrasi belajar peserta didik. Kualitas yang buruk pada sistem pencahayaan dapat mempengaruhi efektivitas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dapat menimbulkan masalah penglihatan bagi siswa yang dapat mengurangi konsentrasi dalam kegiatan akademik. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja akademik siswa, diperlukan tingkat pencahayaan yang optimal untuk keamanan dan kenyamanan secara visual dengan mengatur intensitas cahaya yang ada di gedung SMAN 3 Depok. Dalam rangka meningkatkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem pencahayaan di gedung SMAN 3 Depok terutama untuk memenuhi tingkat pencahayaan (lux) sesuai dengan standar SNI 03-6575-2001 dan SNI 6197-2011 mengenai daya maksimum sistem pencahayaan pada ruangan. Evaluasi sistem pencahayaan dilakukan dengan dua tahap yaitu audit pengukuran dan rekomendasi perbaikan dengan simulasi skenario penggantian sistem pencahayaan menggunakan perangkat lunak DIALuxEvo. Simulasi skenario penggantian sistem pencahayaan dilakukan sebanyak 3 jenis skenario. Skenario Pertama adalah skenario penggantian lampu tanpa mengubah rumah lampu dan titik lampu eksisting. Skenario Kedua adalah skenario penggantian lampu tanpa mengubah titik lampu eksisting. Skenario Ketiga adalah skenario penggantian lampu dengan mengubah titik lampu eksisting. Berdasarkan analisis dari teknis kinerja pencahayaan dan analisis ekonomi, Skenario Kedua menjadi skenario yang paling optimal untuk diimplementasikan. ......The lighting in school buildings is one of the important aspects that can affect student’s academic performance. The quality of lighting in schools has a significant impact on student’s learning concentration. Poor lighting systems can affect the effectiveness of teaching and learning activities in schools, leading to vision problems for students and reducing academic concentration. To improve students' academic performance, optimal lighting levels are required for visual safety and comfort by adjusting the light intensity in the SMAN 3 Depok building. In order to enhance this aspect, this research was conducted to evaluate the lighting system in the SMAN 3 Depok building, especially to meet the lighting levels (lux) according to the standards of SNI 03-6575-2001 and SNI 6197-2011 regarding the maximum power of lighting systems in rooms. The evaluation of the lighting system is carried out in two stages: measurement audit and recommendations for improvements using DIALuxEvo software simulation of lighting system replacement scenarios. Three types of replacement scenarios are simulated. The first scenario is the replacement of lamps without changing the lamp housing and existing lamp points. The second scenario is the replacement of lamps without changing the existing lamp points. The third scenario is the replacement of lamps by changing the existing lamp points. Based on the analysis of lighting technical performance and economic analysis, the second scenario is identified as the most optimal scenario for implementation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyanti
Abstrak :
Aktivitas administrasi di dalam ruang kantor seperti menulis, membaca, mengetik dan menggunakan komputer merupakan pekerjaan yang dilakukan terus menerus dan membutuhkan tingkat pencahayaan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di ruang kantor PT. XYZ tahun 2017. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pencahayaan, usia, lama kerja, kelainan refraksi, perilaku berisiko terhadap kesehatan mata, durasi kerja, kekontrasan, dan tampilan layar monitor. Sedangkan variabel dependen adalah keluhan subjektif kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan kepada 45 orang pekerja dengan desain studi cross sectional. Hasil pengukuran tingkat pencahayaan menggunakan lux meter diketahui bahwa 80 area kerja tidak memenuhi standar Permenkes No. 48 Tahun 2016, dimana terdapat 82,2 pekerja mengalami keluhan subjektif kelelahan mata. Hasil penelitian ini tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik individu usia, lama kerja, kelainan refraksi, perilaku berisiko terhadap kesehatan mata, faktor pekerjaan durasi kerja, kekontrasan,tampilan layar monitor, dan tingkat pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata. ...... Administrative activities in office such as writing, reading, typing and using computers are work that are done repetitively and require adequate lighting levels. This study aims to analyze the lighting level and subjective complaints of eye fatigue in workers in the office of PT. XYZ in 2017. The independent variables in this study are the lighting level, age, duration of employment, refractive abnormalities, risky behavior, duration of work, contrast, and monitor screen display. While the dependent variable is subjective complaints of eye fatigue. This research was conducted to 45 workers with cross sectional study design. From the measurement of ligthing level using lux meter, 80 work area is known to not meet the standard of Permenkes. 48 of 2016, where 82.2 of workers are experiencing eyestrain due to insufficient level of lighting. The results of this study did not show any significant relationship between individual characteristics age, duration of work, refractive abnormalities, risky behavior to eye health, occupational factors duration of work, contrast, monitor screen display and lighting level with subjective complaints of eyestrain on workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ngurah Wisnu Yoga Swara
Abstrak :
Tingkat pencahayaan yang baik dapat berimplikasi pada peningkatan produktivitas dalam melakukan pekerjaan dalam ruangan. Pencahayaan yang baik juga dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan indra mata agar bekerja secara optimal. Pencahayaan pada ruangan sendiri dapat didapatkan baik secara alami maupun buatan. Utilisasi cahaya buatan diperlukan saat cahaya alami tidak dapat memenuhi kebutuhan pencahayaan pada ruangan yang sedang digunakan untuk beraktivitas secara optimal. Sistem pencahayaan dalam ruangan yang optimal perlu memiliki desain yang memberikan intensitas cahaya yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada skripsi ini penulis bertujuan untuk melakukan audit terhadap sistem pencahayaan dalam Gedung GK pada fakultas teknik Universitas Indonesia serta kelayakan sistem pencahayaan tersebut terhadap standar yang berlaku, yaitu SNI 03-6575-2001 demi memastikan segala macam kegiatan belajar mengajar yang terjadi dalam ruangan kelas di gedung GK dapat berjalan secara optimal. Hasil audit yang didapat adalah ruang kelas smartclassroom sudah sesuai standar bahkan melebihi SNI-03-6575- 2001 sedangkan ruang latihan komputer tidak ada yang memenuhi standar SNI-03-6575- 2001. Maka dilakukan mitigasi untuk memperbaiki sistem pencahayaan pada ruang kelas tersebut dengan tiga skenario, pada skenario 1 mengganti jenis lampu tanpa adanya perubahan titik lampu, skenario 2 mengganti jenis lampu dan disertakan perubahan titik lampu dan juga skenario 3 hanya dilakukan penggantian jenis lampu pada ruang kelas yang tidak memenuhi standar saja. Direkomendasikan dari penelitian ini untuk menggunakan skenario 3 setelah memperhitungkan segi teknis dan ekonomi. ...... Good lighting levels can have implications for increasing productivity in doing indoor work. Good lighting can also have a positive impact on eye health so that it works optimally. Lighting in the room itself can be obtained both naturally and artificially. Utilization of artificial light is needed when natural light cannot meet the lighting needs of the room that is being used for optimal activities. The optimal indoor lighting system needs to have a design that provides light intensity in accordance with applicable regulations. In this thesis the author aims to conduct an audit of the lighting system in the GK Building at the Faculty of Engineering, University of Indonesia and the feasibility of the lighting system against applicable standards, namely SNI 03-6575-2001 in order to ensure all kinds of teaching and learning activities that occur in classrooms in the building. GK can run optimally. The results of the audit obtained are that the smart classroom is in accordance with the standard and even exceeds SNI-03-6575-2001 while the computer training room does not meet the standard of SNI-03-6575-2001. Therefore, mitigation is carried out to improve the lighting system in the classroom with three scenarios, in scenario 1 changing the type of lamp without changing the lamp point, scenario 2 changing the type of lamp and changing the lamp point included and also scenario 3 where only the type of lamp is replaced in the classroom that does not meet the standards. It is recommended from this study to use scenario 3 after taking into account the technical and economic aspects.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afni Fadhila
Abstrak :
Eye strain, atau asthenopia, merupakan suatu kondisi di mana mata mengalami ketegangan akibat terlalu sering digunakan dalam waktu yang lama, terutama pada aktivitas yang melibatkan penggunaan komputer. NIOSH menyebutkan bahwa sekitar 75 – 90% pengguna komputer yang menghabiskan waktu selama tiga jam atau lebih mengeluhkan gangguan penglihatan. Sebuah studi oleh Kowalska et al (2011) terhadap pekerja kantoran yang menggunakan komputer secara intens menyebutkan bahwa prevalensi eye strain pada pekerja wanita sebesar 50,7% dan pada pria sebesar 32,6%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pencahayaan, reflektansi, dan kekontrasan area kerja terhadap keluhan eye strain pada karyawan office di PT. X. Penelitian dilakukan dari April – Juni 2023 dengan total sampel sebanyak 134 orang secara simple random sampling. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross- sectional serta pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, yang diadopsi dari Haeny (2009) dan Ramadhani (2012), dan pengukuran langsung menggunakan lux meter. Adapun variabel independen yang diteliti yaitu tingkat pencahayaan, reflektansi, kekontrasan area kerja, durasi kerja, usia, gangguan penglihatan, dan riwayat gangguan kesehatan mata sedangkan variabel dependennya yaitu keluhan eye strain. Hasil uji analisis univariat menunjukkan bahwa terdapat 113 orang karyawan (84,3%) mengalami keluhan eye strain dengan gejala yang paling sering dirasakan yaitu terasa tegang di bagian leher dan bahu (43,3%) dan gejala yang paling jarang dirasakan yaitu terasa nyeri di bagian kelopak mata (8,2%). Sementara, dari hasil uji analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pencahayaan (p-value = 0,000), reflektansi (p-value = 0,001), kontras area kerja (p-value = 0,027), durasi kerja (p-value = 0,000), dan usia (p-value = 0,022), namun tidak terdapat hubungan antara gangguan penglihatan (p-value = 0,749) dan riwayat gangguan kesehatan mata (p- value = 0,918) terhadap keluhan eye strain. ......Eye strain, or asthenopia, is a condition where the eyes are strained due to prolonged overuse, especially in computer-based activities. NIOSH states that about 75 - 90% of computer users who spend three hours or more complaining of visual impairment. A study by Kowalska et al (2011) on office workers who use computers intensely stated that the prevalence of eye strain in female workers was 50,7% and in men was 32,6%. This study aims to determine the relationship between illuminance, reflectance, and work area contrast on eye strain complaints in office employees at PT. X. This research was conducted from April - June 2023 with a total sample of 134 employees by simple random sampling. The design used in this research is cross-sectional and data collection is carried out by distributing questionnaires, which were adopted from Haeny (2009) and Ramadhani (2012), and direct measurements using a lux meter. The independent variables included illuminance, reflectance, work area contrast, work duration, age, visual impairment, and history of eye health problems related to eye strain complaints as the dependent variable in this research. Results showed that there were 113 employees (84,3%) complaining of eye strain with the most common symptom felt by them was tension in the neck and shoulders (43,3%) and the least common symptom was pain in the eyelids (8,2%). While, the results of bivariate analysis showed that there was a relationship between illuminance (p-value = 0,000), reflectance (p-value = 0,001), work area contrast (p-value = 0,027), work duration (p-value = 0,000), and age (p-value = 0,022), but there was no relationship between visual impairment (p-value = 0,749) and history of eye health problems (p-value = 0,918) to eye strain complaints.
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hisyam
Abstrak :
Sebuah lereng di Lawe Sikap, Kutacane, Nangroe Aceh Darussalam mengalami kegagalan lereng pada dua titik, yaitu pada STA 0+000 dan STA 0+600. Kegagalan tersebut terjadi pada tahun 2019, dimana jenis keruntuhan yang terjadi ialah keruntuhan guling (toppling). Hasil pengujian lapangan menggunakan piezometer mengatakan bahwa terdapat muka air tanah pada lereng batuan, sehingga penelitian ini berfokus dalam pemodelan muka air yang dapat menggambarkan kondisi asli di lapangan menggunakan aplikasi Midas GTS NX 2019 2D. Pemodelan Muka Air Tanah (MAT) dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu air hanya pada celah antar batuan, air pada celah antar batuan dan batuan utuh yang diinput nilai permeabilitas, air pada celah antar batuan memiliki ketinggian berbeda dengan air pada batuan utuh, dan pemodelan air menggunakan konsep drained-undrained. Terdapat variasi ketinggian Muka Air Tanah (MAT) untuk alternatif terpilih, sehingga akan dilakukan analisis hasil faktor keamanan, analisis tegangan, dan juga analisis pola keruntuhan. ......A slope in Lawe Sikap, Kutacane, Nangroe Aceh Darussalam experienced slope failure at two points, namely at STA 0+000 and STA 0+600. The failure occurred in 2019, where the type of collapse that occurred was toppling collapse. The results of field testing using a piezometer said that there was a groundwater table on the rock slope, so this research focuses on modeling the water table that can describe the original conditions in the field using the Midas GTS NX 2019 2D application. Groundwater Level (MAT) modeling was carried out with several alternatives, namely water only in the gap between rocks, water in the gap between rocks and intact rocks with permeability values inputted, water in the gap between rocks has a different height from water in intact rocks, and water modeling using the concept of drained-undrained. There are variations in the height of the Groundwater Table (MAT) for the selected alternative, so that the results of the factor of safety analysis, stress analysis, and collapse pattern analysis will be carried out
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Andri Pangestu
Abstrak :
Tingkat pencahayaan yang baik dapat berimplikasi pada peningkatan produktivitas dalam melakukan pekerjaan dalam ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan audit sistem pencahayaan pada gedung kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Dairi, Sumatera Utara dan melakukan penggantian sumber pencahayaan. Hasil audit menunjukkan 100% ruangan pada kantor belum memenuhi standar pencahayaan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu SNI 03-6575-2001, dengan persentase kesesuaian tingkat pencahayaan hanya sebesar 29,11% untuk pengukuran cahaya alami dan buatan, serta 11,18% untuk pengukuran cahaya buatan saja. Skenario penggantian lampu terdiri dari dua jenis. Pada skenario pertama dilakukan penggantian tanpa mengubah jumlah titik lampu aktual dengan jumlah lampu pengganti total sebanyak 26 lampu. Pada skenario kedua, dilakukan penggantian dengan mengubah jumlah titik lampu dengan penambahan hingga 6 titik per ruangan. Lampu pengganti yang digunakan pada kedua skenario adalah lampu hemat energi jenis LED merek Philips dengan fluks cahaya yang bersesuaian dengan hasil perhitungan matematis. Hasil analisis iluminasi cahaya menunjukkan penggantian lampu tiap skenario dapat memperbaiki tingkat pencahayaan setiap ruangan dengan rata-rata persentase kesesuaian dengan standar masing-masing sebesar 112,29 dan 118,06%. Penggunaan lampu hemat energi jenis LED pada kedua skenario dapat meningkatkan efikasi cahaya setiap ruangan rata-rata sebesar 139,95 dan 88,43%. Hasil analisis energi menunjukkan peningkatan konsumsi energi listrik per hari dari lampu masing-masing sebesar 3,874 dan 6,936 kWh dari kondisi aktual 4,328 kWh. Hasil analisis biaya, menunjukkan kenaikan biaya instalasi lampu masing-masing skenario sebesar Rp64.617.146,36 dan Rp13.950.031,57 dan kenaikan biaya operasional sebesar Rp1.119.498,03 dan Rp2.005.243,60 per tahun. ......Good lighting levels can have implications for increasing productivity in doing indoor work. This study aims to audit the lighting system in the office building of the National Unity and Politics Agency of Dairi Regency, North Sumatra and replace lighting sources. The audit results show that 100% of the rooms in the office do not meet the lighting standards used in this study, namely SNI 03-6575-2001, with the percentage of appropriate lighting levels of only 29.11% for natural and artificial light measurements, and 11.18% for artificial light measurement only. There are two types of lamp replacement scenarios. In the first scenario, replacement is carried out without changing the actual number of lamp points with a total of 26 lamps. In the second scenario, replacement is done by changing the number of light points by adding up to 6 points per room. The replacement lamps used in both scenarios are Philips LED energy-saving lamps with luminous fluxes that correspond to the results of mathematical calculations. The results of the analysis of light illumination show that replacing lamps in each scenario can improve the lighting level of each room with an average percentage of conformity with standards of 112.29 and 118.06%, respectively. The use of LED energy-saving lamps in both scenarios can increase the light efficacy of each room by an average of 139.95 and 88.43%, respectively. The results of the energy analysis show an increase in the consumption of electrical energy per day from lamps by 3.874 and 6.936 kWh, respectively, from the actual condition of 4.328 kWh. The results of the cost analysis showed an increase in the cost of installing lamps for each scenario of Rp64,617,146.36 and Rp13,950,031.57 and an increase in operating costs of Rp1,119,498.03 and Rp2,005,243.60 per year.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Hendra
Abstrak :
Pencahayaan di perpustakaan merupakan aspek penting dalam me- nunjang aktivitas mahasiswa dan pegawai. Kondisi pencahayaan yang tidak memenuhi standar dapat mengganggu aktivitas dan menyebabkan keluhan kesehatan khususnya kelelahan mata. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian tingkat pencahayaan di ruang perpustakaan yang ada di lingkungan UI. Penelitian ini menggunakan desain evaluasi dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar serta melakukan anali- sis terhadap kondisi lingkungan, respons subjektif pengguna, dan keluhan kelelahan mata. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesesuaian penca- hayaan di perpustakaan berkisar antara 0% sampai 100%. Sebagian besar pencahayaan mempunyai tingkat kesesuaian antara 30% sampai 60%. Kondisi ini disebabkan oleh distribusi pencahayaan yang kurang baik kare- na banyak lampu yang mati, intensitas yang rendah, tata letak peralatan yang kurang baik, serta warna ruangan yang agak gelap. Di samping itu, terdapat perpustakaan yang mempunyai pencahayaan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan silau, mengganggu aktivitas, dan menyebabkan keluhan kelelahan mata. Kelelahan mata yang umum dirasakan oleh ma- hasiswa dan pegawai adalah mata selalu terasa mengantuk dan tegang pa- da daerah leher dan bahu. Umumnya keluhan yang dirasakan selama melakukan aktivitas tersebut mengindikasikan tingkat pencahayaan di per- pustakaan harus segera dibenahi agar sesuai dengan standar dan mem- perkecil risiko kelelahan mata.

employees activity. Lighting conditions that do not meet the standard can disrupt activity and cause eye fatigue. This study aimed to determine the suitability level of lighting in library of UI. This study performed evalua- tion design by comparing results with standard and an analysis of environ- mental conditions, subjective response, and eye fatigue. Results showed the level of suitability of lighting in the library ranged from 0% to 100%. Most of the illumination has a level of suitability from 30% to 60%. This condition is caused by poor lighting distribution because some lamps are not lit, low intensity, poor layout of equipment, and slightly darker color of the room. Besides, there are libraries that have a very high lighting causing glare, dis- turbing activity, and cause eye fatigue. Common eye fatigue felt by stu- dents and employees is sleepy eyes and pain in the neck and shoulders. Complaints generally felt during activity. This indicates that the level of lighting in the library must be immediately corrected to meet standard and minimize the risk of eye fatigue.
Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arkhan Pradanugraha
Abstrak :
Gedung K FTUI memiliki beberapa ruang perkuliahan yang masih kurang dalam tingkat pencahayaan ruang. Studi ini bertujuan untuk mengganti sumber penerangan menggunakan lampu LED pada ruang perkuliahan sesuai standar pencahayaan yang berlaku, hemat energi, dan mengetahui biaya investasi dan operasional penerangan dalam ruang perkuliahan. Skenario penggantian pertama adalah mengganti jenis lampu tanpa merubah titik lampu yang telah terpasang. Skenario pertama ini berlaku pada ruang yang sesuai standar pencahayaan namun mengalami boros energi. Skenario penggantian kedua adalah mengganti jenis lampu dan titik lampu. Skenario kedua ini berlaku pada ruang yang belum sesuai dengan standar pencahayaan yang berlaku. Standar pencahayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 03-6575-2001 tingkat pencahayaan ruang kuliah sebesar 250 lux. Lampu dalam penelitian adalah lampu X dengan arus cahaya sebesar 2.500 lumen. Hasil audit penelitian ini adalah tingkat pencahayaan terendah 164 lux di ruang K205 dan tertinggi adalah 385 lux di ruang K106. Analisis arus cahaya menunjukkan jumlah lampu ideal ruang kuliah kecil adalah 16 buah dan ruang kuliah besar adalah 28 buah. Hasil analisis tingkat pencahayaan ruang menunjukkan perubahan tingkat pencahayaan tertinggi pada ruang K205 dari 164 lux menjadi 294 lux. Hasil analisis konsumsi daya menunjukkan pada kondisi eksisting adalah 11.200 watt dan pada kondisi skenario penggantian 1 dan 2 adalah 6.696 watt. Hasil analisis konsumsi energi menunjukkan pada kondisi eksisting adalah 2.240 KWh dan pada kondisi skenario penggantian adalah 1.339,2 KWh. Hasil analisis biaya skenario penggantian menunjukkan biaya investasi sebesar Rp128.629.000,00 dan persentase penghematan biaya operasional sebesar 29,21%. ......Building FTUI has several lecture halls which are still lacking in the level of room lighting. This study aims to replace the lighting sources using LED light in the lecture room according to applicable lighting standards, energy saving, and know the cost of installation and operation lighting in a lecture room. This research method uses of two scenarios. The first replacement scenario is to change the type of lamp without changing the installed light points. The first scenario applies to spaces that are in accordance with lighting standards but experience energy waste. The second replacement scenario is to replace the type of lamp and the point of the lamp. This second scenario applies to spaces that are not in accordance with applicable lighting standards. The lighting standard used in this study is SNI 03-6575-2001 for the lighting level of lecture rooms by 250 lux. The audit results of this study are the lowest lighting level of 164 lux in room K205 and the highest is 385 lux in room K106. Light current analysis shows ideal number of lamps for small lecture halls are 16 and large lecture halls are 28. The results of the analysis of the room lighting level showed change in the highest lighting level in the K205 from 164 lux to 294 lux. The result of the analysis of power consumption show that the existing conditions are 11.200 watts and the replacement scenario are 6.696 watts. The result of the energy consumption analysis show that the existing condition is 2.240 KWh and the replacement scenario is 1.339,2 KWh. The result of the replacement analysis show the installation costs are Rp128.629.000,00 and the percentage of operational cost savings of 29,21%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library