Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Puspita Wardani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardiningsih Soerjohardjo
1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mellia Christia
Abstrak :
Masa remaja dapat dikarakteristikkan sebagai masa timbulnya tingkah laku beresiko, yaitu tingkah laku yang berpotensi untuk menimbulkan bahaya atau akibat yang fatal (Gullone et al, 2000). Resiko yang ditimbulkan oleh tingkah laku tersebut dapat bennacam-macam, misalnya gangguan keseliatan, fisik maupun psikologis, menurunnya nilai-nilai pelajaran di sekolah, dijauhi teman-teman, sampai yang paling parah adalah kematian. Berbagai resiko yang mengikuti suatu tingkah laku tersebut, tampaknya tidak mempengaruhi keterlibatan remaja dalam tingkah beresiko. Karena selain dari resiko negatif yang ada, hadir pula resiko positif yang seakan-akan menutupi resiko negatifnya, misalnya dapat diterima oleh kelompok, meningkatkan rasa percaya diri dan keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Oleh karena itulah dalam penelitian ini akan diteliti tentang hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko. Selain itu akan diteliti pula perbedaan antara remaja putri dan putra dalam mempersepsikan resiko tingkah laku dan keterlibatan mereka dalam tingkah laku beresiko. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 kuesioner yang mengukur persepsi terhadap resiko tingkah laku dan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Teknik pengambilan sampel adalah purposeful sampling. Jumlah subyek 75 orang dengan rentang usia 16-18 tahun yang semuanya berasal dari bimbingan belajar BTA SMU 8 Jakarta. Setelah semua data didapat dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko secara umum dan pada remaja putri. Sedangkan pada remaja putra tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Kemudian ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam keterlibatan pada tingkah laku beresiko dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam hal persepsi terhadap resiko tingkah laku. Selain itu, secara umum terdapat hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko. Dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap resiko dapat berhubungan dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko pada remaja secara umum. Selain itu ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal keterlibatan pada tingkah laku beresiko. Disarankan pada orangtua untuk lebih memberikan informasi yang tepat tentang suatu tingkah laku, selain lebih banyak diberikan perhatian dan kasih sayang. Karena remaja yang dekat dengan keluarga, biasanya tidak memiliki keinginan yang besar untuk melakukan tingkah laku beresiko. Di samping itu lingkungan sekolah juga diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat kepada para remaja dalam bentuk penyuluhan maupun secara ilmiah dalam kegiatan belajar di kelas. Sedangkan bagi para remaja sendiri, agar keinginan untuk mencoba hal-hal baru dapat tersalurkan, maka mengikuti kegiatan yang positif, misalnya kegiatan ekstra kurikuler , olahraga atau organisasi remaja, merupakan salah satu cara penyalurannya. Akan tetapi hasil ini hanya spesifik pada sampel penelitian ini saja dan untuk dapat memberi gambaran tentang tingkah laku beresiko pada remaja di Indonesia dibutuhkan sampel yang le'oih besar dan berasal dari daerah di luar Jakarta.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Abidin
Abstrak :
Kajian tentang tingkah laku manusia dari dulu hingga sekarang bahkan mungkin di masa yang akan datang tetap menarik. Para ahli filsafat, psikologi dan ilmu-ilmu sosial terus mendiskusikan apakah manusia pada dasarnya belsifat prososial atau anti sosial, lebih bersifat egoistik atau altruistik, serta cenderung ben-Tuhan (beragama) atau ateis. Stereotipe masyarakat Indonesia adalah prososial, suka menolong, gemar bergotong royong, ramah dan agamis. Bangsa Indonesia meletakkan keTuhamm sebagai sila pertama pada dasar negara, tempat ibadah hampir di semua tempat telah dibangun pengajian keagamaan cukup marak tetapi bagaimana dengan kehidupan sosialnya ? Akhi:-akhir ini di beberapa bagian masyarakat Indonesia tidak hanya menunjukkan tingkat kesetiakawanan sosial yang menurun, tetapi sesama anggota masyarakat saling menyakiti bahkan saling membunuh. Apakah ini dikarenakan religiusitas atau keberagamaan masyarakat Indonesia telah menurun ? Make yang menjadi permasalahan utama penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang positif antara religiusitas dengan tingkahlaku prososial ? Tingkah laku prososial sebagai tingkah laku yang menguntungkan atau mensejahterakan orang/pihak lain diduga dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor eksogen Salah satu faktor endogen atau yang ada dalam manusia adalah religiusitas. Religiusitas terdiri dari lima dimensi, yakni; dimensi ideologi, num, ekspenensin,konsekuensial dan intelektual. Adapun yang termasuk faktor eksogen adalah keluarga,sekolah dan masyrakat sekitar atau daerah dimana bertempat tinggal. Hipotesis mayor penelitian ini adalah ada hubugan yang positif dan bermakna antara religiusitas dengan tingkah laku prososial pada mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang. Vadabel prediktor penelitian ini adalah religiusitas dengan 5 dimensinya, adapun variabel kriteriumnya adalah tingkah laku prososial, serta yariabel moderatornya adalah religiusitas keluarga, inteusitas pendidikan agama asal sekolah (SMU), asal daerah dan jenis kelamin. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang yang bemsia 18-21 tahun dan beragama Islam, dengan teknik pencuplikan: stratified random sampling. Enstrumcn yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala religimsitas dan skala tingkah laku prososial yang disusun oleh peneliti. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi multivariat. Prosedur pengumpulan data penelitian ini dimulai dengan mencntumkan subjek penelitian dengan cara undian bertingkat. Bertingkat dan undian fakultas, undian jurusan, dan undian untuk mata kuliah yang diikuti mahasiswa. Dari undian dihasilkan total subjek 99 orang dan setelah diseleksi ternyata hanya 88 orang yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian ini. Setelah subjek mengisi sejumlahh aitem skala, diberi skor, ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 7.5. Hasilnya ternyata hanya variabel religiusitas (total), dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial yang berkorelasi posilif socara signifikan dengan tingkah laku prosossial, sedangkan variabel dimensi ideologi, ritual dan intelektual serta keluarga, asal sekolah, asal daerah dan jenis kelamin koreasinya tidak signifikan. Kesimpulan penelitian ini adalah: ada korelasi yang positif dan signifikan antara re1igiusi!as(total), dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial dengan tingkah laku prososiai pada mahasiswa Univeritas Diponegoro Semarang Sedangkau untuk dimensi ideologi, ritual dau intelektual serta religiusitas keluarga, asal sekolah, asal daerah dan jenis ke1amin` tidak signifikan korelasinya Terbuktinya hipotesis utama penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Turmudhi (1991) dan Suhartanto (1994). Saran untuk berbagai pihak yang terkait dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama, kiranya perlu meninjau kembali mated dan metode khususnya yang berkaitan dengan keimanan, ibadah ritual dan pengetahuan agama. Untuk para peneliti lanjutan, instrumen penelitian ini masih perlu disempurnakan dan jika ingin lebih komprehensif, perlu dipertimbangkan jika pendekatan penelitiannya digabungkan dengan pendekatan kualitatif
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mularsono
Abstrak :
Pembangunan pada dasarnya adalah perubahan pada Iingkungan. Sebagian besar dan proses pembangunan terjadi tanpa keikutsertaan langsung oleh masyarakat karena pembangunan di sini dilaksanakan pemerintah atau pihak-pihak yang ditunjuk oleh pemerintah. Deinikían halnya pembangunan komplek-komplek pernukiinan yang berlokasi di wilayah perkampungan ataupuri pedesaan yang banyak tenjadi akhir-akhir ini. Proses pembangunan pemukiman itu sendiri berjalan melalui pentahapan,yaitu dan tahap pra konstruksi, tahap konstruksi hingga tahap operasi, di mana setiap tahapan pembangunan menjadikan per ubahan lingkungan yang bisa berpengaruh pada perilaku masyarakat seternpat. Sejauh mana tingkah laku masyarakat dalam upaya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari telah terpengaruh perubahan lingkungan sebagai dampak pembangunan pemukiman merupakan masalah yang diteliti di dalam studi. Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan tentang dampak suatu Pembangunan terhadap tenaga kerja, namun masih sangat sedikit penelitian yang memfokuskan pada hubungan tingkah laku manusia dengan lingkungannya sebagai akibat dampak suatu pem bangunan. Atas dasar itu penelitian ini dijalankan dengan tujuan :
  • Diperoleh gambaran sejauh mana dampak suatu pembangunan telah mempengaruhi tingkah laku ekonomi penduduk setempat,
  • Diperoleh gambaran sejauh mana terjadi perubahan tingkah laku ekonomi tersebut sebagai akibat pembangunan (pemukiman),
  • Diperoleh gambaran sejauh mana faktor umur telah memegang peranan di dalam perubahan tíngkah laku ekonomi.
Metode pengambilan sampel yang dipakai adalah acak distratifikasi (Stratified Random Sampling). Untuk maksud tersebut populasi di stratifikasikan menurut kelompok umur, yaitu :
  • stratum I : kelonipok umur muda (< 36 tahun)
  • stratum lI : keloinpok umur tua ( 36 tahun)
Dari masing-masing sub populasi di atas dibuat kerangka sampling, kemudian sampel diambil secara acak sederhana dengan mempergunakan daftar angka acak. Besarnya sampel dan tiap stratum digunakan metode tidak berimbang. Untuk itu rnasing-masing stratum diambil sebesar 43 satuan elementer, sehingga jumlah keseluruhan sanpel adalah 86. Agar bisa dilakukan perigukuran terhadap tingkah laku ekonomi, maka konsep tingkah laku ekonomi dijabarkan ke dalam variabel-variabel :
  • bidang pekerjaan, jenis pekerjaan serta tingkah laku kerja responden
  • status pekerjaan responden
  • keterlibatan pekerjaan responden pada dampak pembangunan pemukiman
  • perubahan dalam bidang pekerjaan, jenis pekerjaan serta tingkah laku kerja setelah terlibat dampak pembangunan pemukiman
  • alasan-alasan perubahan pekerjaan responden.
Metode pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara dengan meng gunakan daftar pertanyaan yang dilakukan di rumah-rumah kediaman responden maupun di tempat-tempat kerjanya. Data yang dikumpulkan meliputi data sebelum terjadi pembangunan pemukiman di lingkungan responden, dan data setelah terjadi pembangunan pemukiman di ling kungan responden. Kecuali studi komuniti juga dilakukan studi dokumentasi. Sedangkan hasil?-asil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran tingkah laku ekonomi para pencari nafkah di kampung Kemang, dan pekerjaan sebagai pedagang ke pekerjaan di bidang jasa, demikian juga mereka yang bekerja di bidang pertanian akibat dampak negatip yang dialami sebagian berpíndah ke bidang jasa setelah terlibat dampak pembangunan pemukiman. Jenis pekerjaan di bidang jasa yang banyak rnenyedot tenaga kerja tersebut adalah jenis jasa angkutan terutama jenis angkutan beroda dua (ojek). Sedangkan status pekerjaan terlihat tanda - tanda inenga laini perubahan di mana status berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain yang terbanyak dilakukan sebelum terjacii pembangunan pemukiman mengalami penurunan, di sisi lain meningkatnya status pekerjaan sebagai buruh setelah terjadi pernbangunan pemukiman. Selain itu faktor umur cukup berpengaruh terhadap tingkah laku ekonomi setelah responden mengalami keterlibatan dampak pembangunan pemukiman. Dan analisa statistik terlihat hubungan yang signifikan antara umur dengan :
  • keterlibatan pada dampak pembangunan, pada tingkat. 0,05
  • bidang pekerjaan yang dilakukan, pada tingkat 0,01
  • status pekerjaan yang dilakukan, pada tingkat 0,01
  • perubahari pekerjaan pada tingkat 0,01
  • alasan yang dikernukakan dan dalam din, pada tingkat 0,01
  • alasan yang berasal dan luar din, pada tingkat 0,01
Implikasi dan pengaruh umur terhadap tingkah laku ekonomi responden setelah terlibat dampak pembangunan pemukinan yaitu terlihat adanya perbedaan pola kerja, di mana responden kelompok umur tua ( >, 36 tahun) kebanyakan masih berpegang pada pola kerja lama yang berorientasi pada nilai-nilai keagainaan, sedangkan responden kelompok umur murta ( < 36 tahun) lebih banyak berorientasi ke nilai ekonomi. Oleh sebab itu yang tersebut. Bela kangan bekerja tidak hanya sekedar cukup makan dan pakaian tetapi juga untuk meningkatkan penghasilan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supangkat, Budiawati
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui mengapa usaha kerajinan peci di Ulujami tidak mengalami kemajuan walaupun telah mendapat bantuan dari pemerintah, dengan meneliti apakah ada mental dan tingkah laku kewiraswastaan di antara para pengrajin peci tersebut.Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa: (1) para pengrajin peci di Ulujami pada umumnya belum mempunyari mental dan tingkah laku kewiraswastaan; mereka yang mempunyai mental dan tingkah laku kewiraswastaan hanya sangat terbatas jumlahnya; dan bahwa (2) para pengrajin peci hanya akan maju apabila ada pemimpin yang dianggap cocok oleh sebagian besar dari para pengra_jin peci tersebut. Mengenai masalah kesimpulan pertama ialah masalah bahwa para pengrajin peci di Ulujami tidak mempunyai men_ital dan tingkah laku kewiraswastaan adalah kesimpulan yang saya depat dengan meneliti kelima ciri tingkah laku kewiraswastaan yang dikemukakan oleh M.Amin Aziz. Apabila dilihat dari soal kemampuan para pengrajin peci untuk menemu_kan atau mencari ide Baru secara perseorangan, makes: kemampuan itu sangat sedikit dan hanya ada di antara para pengrajin peci yang tergolong pengusaha besar. Hal ini
1984
S12685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Badingah
Abstrak :
Penelitian ini beranjak dari pemikiran dan keprihatinan penulis sehuburngan dengan peningkatan agresivitas yang dilakukan oleh sebagian remaja di beberapa kota di Indonesia. Di sisi lain remaja sebagai individu yang sedang dalam tahap perkembangan dari rentang hidupnya, sangat memerlukan bimbingan serta pengarahan dari lingkungan terutama dari orang tua untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas perkembangan. Oleh karena itu pemahaman mengenai tingkah laku remaja khususnya tingkah laku agresif merupakan hal yang mendasar atau esensial. Dengan dasar pemahaman tersebut diharapkan usaha pembinaan dan pengarahan remaja menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh, tingkah laku agresif orang tua dan kegemaran menonton film keras dengan agresivitas remaja. Dalam penelitian ini agresivitas remaja dinilai oleh orang tua, remaja dan teman sekelas. Berdasarkan kajian teori, diajukan 8 hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Penelitian ini dilakukan pada remaja awal dengan rentang usia antara 12 sampai dengan 14 tahun yaitu murid SMP Negri 1, SMP Negri 3 dan SMP Negri 4 di Kodya Bandar Lampung tahun ajaran 1992/1993. Analisis data dengan korelasi parsial dan korelasi ganda menunjukkan bahwa hanya kriteria aggresivitas remaja menurut penilaian anak (remaja) yang bermakna. Secara rinci hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Pola asuh otoriter dan tingkah laku agresif orang tua tidak berhubungan dengan agresivitas remaja. 2. Pola asuh demokratis dan permisif berhubungan dengan penurunan agresivitas remaja. 3. Kegemaran menonton film keras berhubungan dengan peningkatan agresivitas remaja. 4. Pola asuh, tingkah laku agresif orang tua dan kegemaran menonton film keras secara bersama-sama mempunyai hubungan dengan agresivitas remaja, tetapi hanya kegemaran menonton film keras yang memberi sumbangan bermakna terhadap agresivitas remaja. Selanjutnya dengan hasil temuan ini diajukan saran agar orang tua lebih menerapkan pola asuh permisif dan demokratis dibanding pola asuh otoriter, serta meningkatkan pengawasan dan pembatasan lebih cermat terhadap kegiatan anak dalam menonton film keras. Kepada instansi yang berwenang (Pemerintah Daerah, Departemen Penerangan) agar lebih selektif dan melakukan pembatasan pemutaran film keras pads acara-acara televisi dan gedung bioskop serta menyebar luaskan melalui media massa bahwa menonton film keras berkaitan dengan agresivitas remaja. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperluas jangkauan sampel penelitian, menambah variabel penelitian, menggunakan alat yang lebih standar, metode penelitian yang lebih terpadu, serta dimanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya mengatasi atau mencegah agresivitas remaja.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Binsar
Abstrak :
Penelitian ini berupaya menjelaskan masalah tingkah laku dalam menggunakan fasilitas kesehatan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Sint Carolus (disingkat PJPK), khususnya dalam menggunakan fasilitas rawat jalan, dengan menjadikan Teori Reasoned Action dan Teori Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen sebagai acuan teori dalam menerangkan masalah yang disoroti. PJPK merupakan proyek perintis dalam bidang asuransi kesehatan bagi masyarakat umum, dengan cara memasyarakatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yaitu pelayanan kesehatan yang memberi perhatian seimbang terhadap upaya pengobatan dan pencegahan penyakit. Sebagai program baru, pada awalnya PJPK memulai pelayanannya dalam lingkungan sendiri, yaitu pada karyawan Pelayanan Kesehatan Sint Carolus (MSC) dan keluargannya. Namun dalam perkembangannya kemudian kepesertaan PJPK semakin meluas, sehingga bila dilihat dari status peserta, mereka dapat digolongkan pada tiga kelompok besar, yaitu kelompok peserta Sint Carolus, peserta perusahaan pelanggan dan peserta pribadi. Sedangkan bila dilihat dari status kesehatannya, mereka dapat digolongkan ke dalam kelompok sehat dan sakit. Teori Reasoned Action dari Fishbein dan Ajzen {1975) berakar pada teori sikap, yang dalam upayanya menjelaskan tingkah laku memfokuskan perhatian pada belief, sikap dan intensi. Menurut teori ini, determinan langsung tingkah laku overt individu adalah intensinya untuk menampilkan tingkah laku tersebut. intensi menurut teori ini diramalkan melalui dua variabel utama yaitu sikap dan norma subyektif. Sikap seseorang dapat dilihat dari belief yang dimilikinya, dihubungkan dengan evaluasinya terhadap belief tersebut, sedangkan norma subyektif dapat terbentuk dari persepsi subyek tentang harapan orang lain yang dianggapnya penting (Normative Belief) dihubungkan dengan keinginannya memenuhi harapan tersebut {Motivation to Comply). Mengingat adanya keterbatasan teori ini dalam meramalkan jenis tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada dibawah kontrol individu maka untuk menyempurnakan Teori Reasoned Action, Ajzen (1988) melalui Teori Planned Behavior memperkenalkan Perceived Behavioral Control Belief (PBCB) sebagai variabel ketiga dalam meramalkan intensi, yaitu belief individu tentang sejauh mana ia mempersepsikan bahwa akan dapat mengontrol dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Belief ini berkait dengan situasi atau kondisi tertentu, yang bila dikaitkan dengan penelitian ini bisa diartikan sebagai semua kondisi yang dipersepsikan individu peserta PJPK dapat mendorong atau menghambat dirinya menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. Yang ingin diketahui dari penelitian ini ialah ingin menjelaskan masalah tingkah laku yang ditampilkan peserta berupa penggunaan fasilitas yang terlalu tinggi dibanding dengan Contact Rate Nasional, melalui pemahaman intensi mereka menggunakan fasilitas tersebut pada kelompok peserta yang berbeda, melihat korelasinya dengan tingkah laku dan mengungkap belief yang mendasarinya. Responden penelitian ini adalah peserta PJPK dengan kriteria telah menjadi peserta sekurang-kurangnya enam bulan dan berusia delapan belas tahun ke atas. Metode sampling yang digunakan adalah quota sampling dengan memilih sampel secara random dari kelompok populasi yang dibedakan menurut status kepesertaan dan kesehatan mereka. Jumlah responden sebanyak 355 orang peserta dengan jenis kelamin dikontrol sehingga jumlah pria dan wanita seimbang. Setiap responder diminta mengisi data pribadi dan kuesioner yang merupakan instrumen penelitian untuk menggali intensi menggunakan fasilitas kesehatan pada peserta PJPK. Hasil-hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Masalah tingkah laku berupa penggunaan fasilitas PJPK yang terlalu tinggi oleh peserta, dapat dijelaskan oleh Teori Fishbein dan Ajzen. Tingginya tingkat penggunaan fasilitas pengobatan oleh peserta, karena belief mereka masih bertumpu pada pelayanan kuratif dan pemanfaatan PJPK sebagai fasilitas yang ditanggung perusahaan. Walau PJPK mempunyai program pencegahan, tetapi belief peserta tentang pencegahan baru pada tingkat evaluasi belief(EB) sedangkan pada behavior belief (BB) belum menonjol. 2. Ada beda intensi pada kelompok-kelompok penelitian yang dibedakan menurut status kesehatan dan kepesertaan mereka pada PJPK. Dilihat dari status kesehatan, intensi kelompok sehat lebih dipengaruhi sikap, sedang kelompok sakit oleh PBCD. Menurut status kepesertaan, intensi kelompok perusahaan lebih dipengaruhi sikap, kelompok pribadi oleh Norma Subyektif dan kelompok Carolus tidak konsisten (3 model penggjian berbeda). 3. Ada korelasi positif antara intensi dengan tingkah laku menggunakan fasilitas pengobatan pada peserta PJPK. Tetapi korelasi intensi dan tingkah laku menggunakan pelayanan preventif menunjukkan kecenderungan negatif. Saran untuk penggunaan hasil penelitian ini diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan preventif dengan intervensi pada belief dan perlunya penelitian lanjutan.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alifah Indalika Mulyadi Razak
Abstrak :
[ABSTRAK
Perilaku prososial merupakan modal penting untuk berhasil beradaptasi dalam kehidupan sosial (Berns, 2010). Keikutsertaan dalam kegiatan taman kanak-kanak memperluas mikrosistem anak dan menuntut pengembangan perilaku sosial sesuai dengan situasi sosial yang berbeda dan lebih luas. Upaya sistematik perlu dilakukan di tingkat prasekolah untuk memastikan bahwa perilaku prososial berkembang sesuai dengan harapan. Upaya menumbuhkembangkan tingkah laku prososial pernah dilakukan dengan menerapkan berbagai metode, antara lain, bermain peran, bermain konstruktif, pembacaan cerita dan metode bercerita shared reading. Metode shared reading dengan komponen membacakan cerita (C), berdiskusi (D) mengenai isi cerita serta mempraktekkan langsung informasi yang terdapat dalam isi cerita (K) akan diterapkan dalam Program Cerita Prososial Aktif rancangan peneliti. Efektivitas program cerita prososial aktif yang secara konseptual merupakan implementasi dari metode shared reading, akan diuji melalui penelitian eksperimental yang berdesain before-and-after . Partisipan berjumlah 20 murid taman kanak-kanak berusia antara 4-5 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 1 kelompok eksperimen (CDK) yang diintervensi dengan metode shared reading dan 3 kelompok kontrol berturut-turut: kelompok CD, C dan CG. Kelompok CD diintervensi dengan cerita dan diskusi, kelompok C dibacakan cerita oleh peneliti dan CG dibacakan cerita oleh guru murid-murid tersebut. Dilakukan intervensi selama 15 sesi. Perilaku prososial diukur melalui observasi terhadap 15 item senarai tingkah laku prososial. Program Cerita Prososial Aktif yang menggunakan metode shared reading ternyata efektif meningkatkan tingkah laku prososial anak prasekolah secara signifikan (Z=-2.032) setelah dilakukan 5 sesi intervensi dan tingkahlaku prososial secara konsisten terus meningkat frekuensinya sampai penelitian berakhir. Metode bercerita tanpa diskusi dan kegiatan efektivitasnya paling rendah.
ABSTRACT
Adaptation to social interactions in a larger social environment is determined by individual?s prosocial behavior (Berns, 2010). With their expanding microsystem prosocial behavior of preschool children need to be develop accordingly, to establish and enhance the repertoire learned in their home environment. Various methods had been implemented in the enterprises of developing prosocial behavior of preschool children i.e.. role play, constructive play, story reading and shared reading. Cerita Prososial Aktif (CPA) that implements shared reading method presumably more effectively increases prosocial behavior considering that the prosocial story reading (C) is complemented with discussion (D) and relevant activities (K) for the children to apply prosocial behavior. With the before and after experimental design, this study aims at comparing the effectiveness of shared reading (CDK) method against active story telling (CD) and story telling without discussion(C). Prosocial behavior was measured by observation using prosocial behavior checklist consisits of 15 items. After 5 sessions the experimental gourp (CDK) showed significantly higher increase of prosocial behavior, while the other 3 control groups: treated with story and discussion (CD), C (story telling by investigator) and story telling by teacher (CG) showed no significant increases. After 15 sessions CDK group showed highest increase compared to CD, C or CG groups. Significant increase of prosocial behavior was achieved after 15 sessions of listening to prosocial story without discussiion and relevant activities, with the lowest size compared to CDK and CD groups.;Adaptation to social interactions in a larger social environment is determined by individual?s prosocial behavior (Berns, 2010). With their expanding microsystem prosocial behavior of preschool children need to be develop accordingly, to establish and enhance the repertoire learned in their home environment. Various methods had been implemented in the enterprises of developing prosocial behavior of preschool children i.e.. role play, constructive play, story reading and shared reading. Cerita Prososial Aktif (CPA) that implements shared reading method presumably more effectively increases prosocial behavior considering that the prosocial story reading (C) is complemented with discussion (D) and relevant activities (K) for the children to apply prosocial behavior. With the before and after experimental design, this study aims at comparing the effectiveness of shared reading (CDK) method against active story telling (CD) and story telling without discussion(C). Prosocial behavior was measured by observation using prosocial behavior checklist consisits of 15 items. After 5 sessions the experimental gourp (CDK) showed significantly higher increase of prosocial behavior, while the other 3 control groups: treated with story and discussion (CD), C (story telling by investigator) and story telling by teacher (CG) showed no significant increases. After 15 sessions CDK group showed highest increase compared to CD, C or CG groups. Significant increase of prosocial behavior was achieved after 15 sessions of listening to prosocial story without discussiion and relevant activities, with the lowest size compared to CDK and CD groups.;Adaptation to social interactions in a larger social environment is determined by individual?s prosocial behavior (Berns, 2010). With their expanding microsystem prosocial behavior of preschool children need to be develop accordingly, to establish and enhance the repertoire learned in their home environment. Various methods had been implemented in the enterprises of developing prosocial behavior of preschool children i.e.. role play, constructive play, story reading and shared reading. Cerita Prososial Aktif (CPA) that implements shared reading method presumably more effectively increases prosocial behavior considering that the prosocial story reading (C) is complemented with discussion (D) and relevant activities (K) for the children to apply prosocial behavior. With the before and after experimental design, this study aims at comparing the effectiveness of shared reading (CDK) method against active story telling (CD) and story telling without discussion(C). Prosocial behavior was measured by observation using prosocial behavior checklist consisits of 15 items. After 5 sessions the experimental gourp (CDK) showed significantly higher increase of prosocial behavior, while the other 3 control groups: treated with story and discussion (CD), C (story telling by investigator) and story telling by teacher (CG) showed no significant increases. After 15 sessions CDK group showed highest increase compared to CD, C or CG groups. Significant increase of prosocial behavior was achieved after 15 sessions of listening to prosocial story without discussiion and relevant activities, with the lowest size compared to CDK and CD groups., Adaptation to social interactions in a larger social environment is determined by individual’s prosocial behavior (Berns, 2010). With their expanding microsystem prosocial behavior of preschool children need to be develop accordingly, to establish and enhance the repertoire learned in their home environment. Various methods had been implemented in the enterprises of developing prosocial behavior of preschool children i.e.. role play, constructive play, story reading and shared reading. Cerita Prososial Aktif (CPA) that implements shared reading method presumably more effectively increases prosocial behavior considering that the prosocial story reading (C) is complemented with discussion (D) and relevant activities (K) for the children to apply prosocial behavior. With the before and after experimental design, this study aims at comparing the effectiveness of shared reading (CDK) method against active story telling (CD) and story telling without discussion(C). Prosocial behavior was measured by observation using prosocial behavior checklist consisits of 15 items. After 5 sessions the experimental gourp (CDK) showed significantly higher increase of prosocial behavior, while the other 3 control groups: treated with story and discussion (CD), C (story telling by investigator) and story telling by teacher (CG) showed no significant increases. After 15 sessions CDK group showed highest increase compared to CD, C or CG groups. Significant increase of prosocial behavior was achieved after 15 sessions of listening to prosocial story without discussiion and relevant activities, with the lowest size compared to CDK and CD groups.]
2015
T43054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>