Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian hubungan parameter sensori dengan parameter kimiawi dan mikrobiologi pada penurunan kesegaran ikan nila selama pengesan telah dilakukan. Ikan nila hidup dimatikan secara hypothermia, kemudian disusun dalam kotak berinsulasi yang berisi es dengan perbandingan es : ikan = 2:1 (bIb). Ikan dalam kotak yang berisi es tersebut disimpan pada suhu ruang dan setiap hari dilakukan penggantian es yang mencair. Pengamatan terhadap penurunan kesegaran ikan dilakukan setiap 3 hari secara sensori (Demerit Point Scores/DPS), kimiawi (Total Volatile Base/TVB, K value), dan mikrobiologi (Angka Lempeng Total/ALT) sampai ikan dinyatakan ditolak oleh panelis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan penyimpanan 15 hari dalam es, ikan nila segar masih diterima panel is, namun setelah 18 hari penyimpanan, sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Pada penyimpanan 18 hari DPS mencapai 25,9, nilai TVB mencapai 48 mgN%, K value mencapai 76,4%, dan nilai ALT 5,0 x 10 pangkat 5 cfu. Hasil pengamatan terhadap korelasi parameter uji menunjukkan bahwa DPS berkorelasi positif dengan nilai TVB maupun K value tetapi tidak berkorelasi positif dengan nilai jumlah bakteri total."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan
mengapung dari kombinasi kitosan, gelatin ikan nila dan beberapa derivat
selulosa, seperti etil selulosa, metil selulosa dan CMC-Na, serta
mengevaluasi mutu dan profil pelepasan obat dari sediaan tersebut. Pada
penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan
menggunakan diltiazem HCl sebagai model obat. Formulasi tablet
mengapung dibuat dengan mengubah komposisi kitosan, gelatin ikan nila
dan derivat selulosa. Daya mengembang dan keterapungan tablet
mengapung dievaluasi. Pelepasan obat dari tablet mengapung diteliti dan
dianalisa dengan menggunakan beberapa model persamaan kinetika. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa formula yang mengandung gelatin ikan nila
dan etil selulosa dengan perbandingan 1:18 merupakan formula yang terbaik
dengan daya mengembang sebesar 16,4% dan waktu mengapung 61 menit.
Formula tersebut juga menunjukkan profil pelepasan obat yang terkendali
dan mendekati model kinetika Higuchi serta mekanisme difusi Fickian."
Universitas Indonesia, 2007
S32624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Bayu Perdana
"Penelitian untuk mengetahui keanekaragaman genetik bakteri dari usus ikan nila melalui teknik metagenom sequence-based telah dilakukan. Hasil amplifikasi gen 16S rRNA dari usus sebesar 1550 pb, kemudian dilakukan sequencing pada isolat dari Kolam Laboratorium PTPP, Serpong (L1, L2); Tambak Ikan Nila Salin, Karawang (Mu, Pu); dan KJA Waduk Cirata, Purwakarta (A1, C1). Identifikasi ke-6 isolat bakteri berdasarkan BLAST menunjukkan bahwa terdapat similaritas terhadap 4 spesies bakteri dengan nilai max identity tertinggi.
Hasil analisis pohon filogenetik menggunakan metode neighbor-joining memperlihatkan bahwa isolat L1, L2 dan C1 diduga berkerabat dekat dengan bakteri Ochrobactrum anthropi, isolat A1 diduga berkerabat dekat dengan Lysinibacillus boronitolerans, isolat Pu diduga berkerabat dekat dengan Stenotrophomonas maltophilia, sementara isolat Mu diduga berkerabat dekat dengan Cetobacterium somerae. Berdasarkan hasil yang didapat, maka terbukti bahwa terdapat keanekaragaman gen 16S rRNA dari usus ikan nila yang dianalisis melalui teknik metagenom sequence-based.

Research to know the genetic diversity of intestinal bacterias in Tilapia gut had been done using sequence-based metagenome. 16S rRNA gene amplification produced PCR fragment with 1550 bp length, then followed by sequencing of isolates from Outdoor Laboratory, Serpong (L1, L2); Saline Tilapia Ponds, Karawang (Mu, Pu); and Cirata Reservoir, Purwakarta (A1, C1). Identification six bacteria isolates based on BLAST showed that there are 4 different species of bacteria with the highest value of max identity.
Phylogenetic analysis using neighbor-joining method showed that L1, L2, and C1 isolates is close relatives to Orchrobacterum anthropi, while A1 isolates is close relative to Lysinibacillus boronitolerans, Pu isolate is having close relationship with Stenotrophomonas maltophilia, and Mu isolates with Cetobacterium somerae. Thus, based on the results, it is proven that there is 16S rRNA gene diversity from tilapia intestines using metagenome sequence-based method.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1277
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andina Putri Amalia
"ABSTRAK
Eko-epidemiologi adalah ilmu yang menggabungkan model penyebaran penyakit dengan interaksi antara dua atau lebih spesies. Dalam tesis ini dilakukan konstruksi model ekoepidemiologi yang menggambarkan interaksi antara burung Nila dan Pelecanidae dengan infeksi pada Tilapia. Keracunan (botulisme) pada populasi ikan Nila disebabkan karena infeksi akibat bakteri Vibrio vulnivicus yang dapat ditularkan melalui predasi. Model matematika dari persamaan diferensial biasa non linier orde lima terbentuk dengan membagi populasi menjadi populasi bakteri (Vibrio vulnivicus), populasi
Ikan nila rentan dan tertular, populasi burung Pelecanidae rentan dan tertular. Proses infeksi pada ikan nila dimodelkan dengan fungsi respon Holling Type II. Analisis matematika digunakan untuk mencari titik-titik kesetimbangan dan kestabilan titik-titik tersebut ekuilibrium menggunakan pendekatan linierisasi (matriks Jacobian). Simulasi numerik diberikan untuk menunjukkan bagaimana faktor penyakit dalam populasi mangsa mempengaruhi predator dan interaksi mangsa. Dari model eko-epidemiologi, ada tujuh titik ekuilibrium dengan empat titik ekuilibrium tidak stabil dan tiga titik ekuilibrium stabil dengan kondisi.
ABSTRACT
Eco-epidemiology is a science that combines models of disease spread with interactions between two or more species. In this thesis, we construct an ecoepidemiological model that describes the interaction between tilapia and Pelecanidae and infection in tilapia. Toxicity (botulism) in the Tilapia population is caused by infection due to the Vibrio vulnivicus bacteria which can be transmitted through predation. The mathematical model of the fifth order non-linear ordinary differential equation is formed by dividing the population into bacterial populations (Vibrio vulnivicus),
Tilapia are vulnerable and infected, the population of Pelecanidae birds is vulnerable and infected. The infection process in tilapia is modeled by the Holling Type II response function. Mathematical analysis is used to find equilibrium points and the stability of these points is equilibrium using the linearization approach (Jacobian matrix). Numerical simulations are provided to show how disease factors in prey populations affect predator and prey interactions. From the eco-epidemiological model, there are seven equilibrium points with four unstable equilibrium points and three stable equilibrium points with conditions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amila Tikyayala
"Latar Belakang: Luka bakar masih menjadi masalah kesehatan yang berat khususnya di Indonesia. Pada kasus luka bakar mayor, penutupan luka sementara dengan menggunakan xenograft terbukti memberikan keuntungan. Akan tetapi tidak semua jenis xenograft tersedia akibat latar belakang kultur, biaya, dan agama disamping tampilan bersisik pada jenis xenograft ikan tilapia yang kurang estetik. Patin siam (Pangasius hypophthalmus) adalah ikan tidak bersisik yang memiliki banyak kandungan kolagen tipe I. Studi ini bertujuan untuk melakukan komparasi kulit ikan patin siam terhadap kulit ikan tilapia dan babi yang telah umum dijadikan material xenograft pada luka bakar.
Metode: Studi ini merupakan studi eksperimental menggunakan sembilan sampel berbeda dari kulit ikan patin siam, ikan tilapia, dan babi. Setiap sampel dilakukan preparasi dan dilakukan evaluasi secara histologi dengan menggunakan pewarnaan hematoxylin-eosin stained. Dilakukan dokumentasi dan analisa pada tampilan makroskopik dan mikroskopik setiap sampel.
Hasil: Tampilan makroskopik kulit ikan patin siam menggambarkan kulit yang tidak berbulu, tidak bersisik, berwarna hitam – perak, dan memiliki ketebalan yang moderat. Tampilan mikroskopik kulit ikan patin siam memiliki ketebalan epidermis (8.49±1.60 μm) yang berbeda secara signifikan terhadap ikan tilapia (2.18±0.37 μm; p<0.001) dan babi (42.22±14.85 μm; p=0.002). Ketebalan dermis kulit ikan patin siam (288.46±119.04 μm) menyerupai ikan tilapia (210.68±46.62 μm; p=0.783) namun berbeda signifikan terhadap babi (1708.44±505.12 μm; p<0.001). Integritas dan susunan kolagen ikan patin siam serupa dengan tilapia berdasarkan penilaian histologi semi-kuantitatif (p>0.05).
Kesimpulan: Ikan patin siam memiliki tampilan makroskopik dan tampilan mikroskopik yang dapat dibandingkan dengan ikan tilapia; tampilan makroskopik lebih halus, epidermis lebih tebal, dan tebal dermis yang serupa. Oleh karena itu, kulit ikan patin siam dipercaya dapat menjadi materi xenograft. Studi lanjutan diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas dan kelayakan xenograft patin siam dalam tata laksana luka bakar.

Background: Burn injury remains a health problem, specifically in Indonesia. In major burns, xenograft had been proved to be useful as temporary wound coverage. However, some xenografts are not widely available due to cultural, financial, and religious backgrounds or have unesthetic appearance, such as scaly appearance of tilapia fish xenograft. Striped catfish (Pangasius hypophthalmus) is a scaleless fish that has abundant type 1 collagen. This study aimed to compare striped catfish skin to commonly used xenograft (Nile tilapia and porcine skin) as xenograft material for burn wound.
Methods: In this experimental study, nine different skin samples of striped catfishes, Nile tilapias, and porcines were prepared and histologically examined using hematoxylin- eosin stained samples. Macroscopic and microscopic features of each samples were documented and analysed.
Results: The macroscopic skin appearances of striped catfishes were hairless and scaleless with black-silver color and moderate thickness. As for microscopic features, the epidermal thickness of striped catfish’s skin (8.49±1.60 μm) was significantly different to both Nile tilapia (2.18±0.37 μm; p<0.001) and porcine skin (42.22±14.85 μm; p=0.002). The dermal thickness of striped catfish’s skin (288.46±119.04 μm) was similar to Nile tilapia (210.68±46.62 μm; p=0.783) but differs significantly to porcine skin (1708.44±505.12 μm; p<0.001). The integrity and collagen organization of striped catfishes was also similar to tilapia based on semi-quantitative histology scoring system (p>0.05).
Conclusion: Striped catfishes had potential macroscopic appearance and comparable microscopic features to Nile tilapia; smoother macroscopic appearance, thicker epidermis, and similar dermis thickness. Therefore, we believe it can be potentially used as a xenograft material. Further studies are required to evaluate the effectiveness and feasibility of striped catfish xenograft in burn wound management.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library