Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1981
499.221 5 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Athifa Azka Fadhila
Abstrak :
Pulau Tidung merupakan salah satu destinasi pariwisata di Kepulauan Seribu dengan keindahan alam dan biota laut di dalamnya. Pada tahun 2020, Pulau Tidung mengalami penurunan wisatawan akibat pandemi COVID-19 yang melanda. Seiring berjalannya waktu, jumlah wisatawan pada tahun 2023 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya  berdasarkan warga lokal dan tour guide. Peningkatan jumlah wisatawan ini dikhawatirkan mampu mengakibatkan tekanan terhadap ekosistem lamun. Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup di air dan dapat berkembang pada perairan estuari dan dangkal. Penyerapan karbon merupakan salah satu peran dan fungsi lamun bagi eksosistem.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur komunitas lamun pada tahun 2022 dan 2023, mengetahui estimasi kandungan karbon pada lamun serta mengorelasi karbon pada lamun dan karbon pada sedimen. Identifikasi lamun menggunakan metode transek kuadran dan dilakukan pada 4 stasiun pengamatan dan metode pengabuan atau Loss of Ignition untuk menghitung kandungan karbon pada lamun dan sedimen. Ditemukan lima spesies lamun di Pulau Tidung, antara lain Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, dan Halophila ovalis. Untuk menunjukkan perbandingan lamun antar tahun digunakan salah satu indeks struktur komunitas, yaitu nilai kerapatan. Nilai kerapatan lamun tahun 2022 sebesar 87,17 dan tahun 2023 sebesar 62,42. Selanjutnya didapatkan nilai estimasi kandungan karbon pada lamun, yaitu tahun 2022 memiliki rata-rata estimasi kandungan karbon ABG sebesar 176,74 gC/m2 dan BLG sebesar 258,36 gC/m2 dan tahun 2023 memiliki estimasi kandungan karbon ABG sebesar 127,43 gC/m2 dan BLG sebesar 187,16 gC/m2. Dilakukan Uji-T Independen untuk melihat perbedaan yang signifikan antar tahun. Hasil Uji-T pada kerapatan lamun 2022 dan 2023 memiliki nilai sig. 0,02 < 0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan signifikan sedangkan pada kandungan karbon lamun 2022 dan 2023 memiliki nilai sig, 0,09 > 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan. Sebagian besar karbon pada lamun disimpan pada bagian substrat bawah. Maka dari itu dilakukan perhitungan pada kandungan karbon sedimen.Pada tahun 2022 persentase kandungan karbon organik di setiap stasiun memiliki kisaran 2,63%-3,93%. Pada tahun 2023 kisaran persentase kandungan karbon organik di setiap stasiun adalah 1,95%-2,42%. Dilakukan uji korelasi Spearman pada kandungan karbon substrat bawah lamun dan sedimen dan didapatkan hasil korelasi positif dengan nilai 0,98 dimana semakin tinggi kandungan karbon pada substrat bagian bawah lamun, maka semakin tinggi kandungan karbon pada sedimen di bawahnya. ......Tidung Island is one of the tourist destinations in the Thousand Islands with its natural beauty and marine life. In 2020, Tidung Island experienced a decrease in tourists due to the COVID-19 pandemic that hit. Over time, the number of tourists in 2023 has increased compared to the previous year based on residents and tour guides. The increase in the number of tourists is feared to cause pressure on the seagrass ecosystem. Seagrasses are flowering plants (Angiosperms) that live in water and can develop in estuaries and shallow waters. Carbon sequestration is one of the roles and functions of seagrass for the ecosystem. This study aims to analyze the structure of seagrass communities in 2022 and 2023, determine the estimated carbon content in seagrasses, and correlate carbon in seagrasses and sediments. Seagrass identification used the quadrant transect method and was carried out at four observation stations and the loss of ignition method to calculate carbon content in seagrass and sediment. Five seagrass species were found in Tidung Island, including Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, and Halophila ovalis. One of the community structure indices, namely density value, was used to show the seagrass comparison between years. The seagrass density value in 2022 amounted to 87.17 and in 2023 amounted to 62.42. Furthermore, the estimated value of carbon content in seagrass was obtained, namely, 2022 had an average estimated carbon content of ABG of 176.74 gC/m2 and BLG of 258.36 gC/m2 and 2023 had an estimated carbon content of ABG of 127.43 gC/m2 and BLG of 187.16 gC/m2. Independent T-Tests were conducted to see significant differences between years. The results of the T-test on seagrass density in 2022 and 2023 had a sig. 0.02 < 0.05 indicates a significant difference, while in seagrass carbon content 2022 and 2023 have a sig value, 0.09 > 0.05 indicates no significant difference. Most of the carbon in seagrass is stored in the lower substrate. In 2022, the percentage of organic carbon content at each station ranged from 2.63% to 3.93%. In 2023 the percentage range of organic carbon content at each station was 1.95% - 2.42%. Spearman correlation test was conducted on the carbon content of the seagrass bottom substrate and sediment and obtained positive correlation results with a value of 0.98, where the higher the carbon content in the seagrass bottom substrate, the higher the carbon content in the sediment below.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Ode Taufik Nuryadin
Abstrak :
Kemiskinan sosial ekonomi yang membawa dampak sulitnya keluarga nelayan di Pulau Tidung dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat kompleks.

Kompleksitas permasalahan tersebut diperparah dengan adanya kebijakan pemerintah yang cenderung mengabaikan kepentingan nelayan dalam menjangkau aksesbilitas ekonomi laut yang selama ini menjadi sumber kehidupan dan penghidupannya.

Dalam kaitan tersebut, maka LSM Sekretariat Bina DesaIINDHRRA Jakarta melakukan upaya pemberdayaan melalui Program Pendampingan Sosial sebagai suatu strategi pemberdayaan komunitas pesisir dengan Cara memfasilitasi masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan dasar secara wajar, mengartikulasikan berbagai pandangan dan kepentingan, serta menumbuhkan kemandirian secara politis dan ekonomis. Tujuan utama dari program tersebut adalah terbentuknya institusi sosial masyarakat sebagai wadah atau sarana untuk menggugah kesadaran kritis masyarakat sehingga sadar akan hak-hak ekonomi yang dimilikinya.

Perumusan masalah yang diajukan dalam studi ini adalah : "Bagaimanakah proses dan hasil-hasil pemberdayaan yang dapat dicapai dalam pelaksanaan Program Pendampingan Sosial oleh Sekretariat Bina Desa/INDHRRA Jakarta sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada masyarakat nelayan di Pulau Tidung".

Adapun konsep pemberdayaan yang digunakan dalam studi ini adalah menurut Cornell University Empowerement Group yang menyatakan bahwa "pemberdayaan adalah suatu proses yang disengaja dan terus menerus dipusatkan di dalam komunitas lokal, meliputi saling menghormati, sikap refleksi kritis, kepedulian dan partisipasi kelompok masyarakat yang merasa kurang memiliki rasa secara bersama sumber-sumber yang berharga, memperoleh akses yang lebih besar untuk mendapatkan dan mengontrol sumber-sumber tersebut" (dalam Seeelebey, 1992:85).

Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah dengan jenis deskriptif dan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan pengamatan terlibat yang kemudian dianalisis secara induktif. Data-data tersebut diperoleh melalui informan dengan Cara non probability sampling dan teknik sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu terhadap warga masyarakat dan keluarga nelayan di Pulau Tidung, khususnya nelayan samudera, nelayan pantai, nelayan rumput laut, pemuka masyarakat, dan lembaga peyelenggara yaitu Sekretariat Bina Desa/INDHRRA Jakarta.

Hasil studi menunjukkan bahwa keberadaan institusi sosial yang telah terbentuk belum cukup membantu dirinya sendiri dalam mengatasi persoalannya. Tekanan sosial ekonomi yang diakibatkan oleh kondisi kemiskinan struktural yang memang telah lama mereka jalani belum cukup mampu merespon dengan tindakan-tindakan sosial yang nyata membawa ke arah perubahan. Mereka lebih bersifat konservatif dan adaptif dalam menyikapi atau menyiasati terhadap dampak negatif perubahan sosial ekonomi yang berlangsung di lingkungannya. Dalam kaitan tersebut, perubahan yang terjadi dalam masyarakat masih terbatas sebagai awarenes campaign daripada perubahan yang substantif pemberdayaan.

Persoalan atau isu-isu marjinal yang menjadi gagasan awal program yang dirumuskan oleh Sekretariat Bina Desa, kurang menyntuh dan dirasakan sebagai suatu masalah. Kebijakan pemerintah yang sistemik dari pusat hingga wilayah telah melembaga untuk mengemban misi pembangunan kota Jakarta sebagai Ibukota Negara.

Dalam kaitan tersebut persoalan-persoalan sosial ekonomi yang diangkat sebagai isu utama, masih berakar dari faktor-faktor yang kompleks sehingga upaya-upaya untuk mengatasinya juga bertitik tolak dari masing-masing faktor tersebut. Namun demikian diakui bahwa dengan terbentuknya beberapa institusi sosial masyarakat di Pulau Tidung telah mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi pemecahan masalahnya secara mandiri. Bagi masyarakat nelayan di Pulau Tidung, pencarian sumber ekonomi yang beragam (diversifikasi usaha) merupakan persoalan krusial untuk menunjang kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang.

Untuk menggalang pengorganisasian masyarakat sebagai bentuk kesadaran komunitas, perlu upaya tindak lanjut terhadap terbentuknya institusi sosial tadi dan mempertimbangkan pembinaan dan pengembangan usaha ekonomi sebagai titik awal yang langsung menyentuh persoalan dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, jika usaha yang tengah dilakukan institusi sosial di Pulau Tidung dapat berkembang dan berhasil dengan baik maka akan memicu anggota untuk memperkuat kerjasama dalam organisasi. Pada saatnya nanti institusi tersebut tidak saja merupakan institusi usaha ekonomi, tetapi merupakan wadah perjuangan rakyat dalam merespons berbagai persoalan yang berkembang, sebagai penyalur aspirasi anggota, sebagai tempat rakyat mengartikulasikan kepentingan secara utuh, baik sosial, ekonomi, politik, budaya, teknologi dan lingkungan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindewiyani
Abstrak :
Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPL-BM) adalah salah satu upaya melindungi ekosistem terumbu karang dengan melibatkan masyarakat setempat. Tujuannya bukan hanya menjaga kualitas lingkungan, tetapi secara sosial ekonomi ikut meningkatkan pendapatan masyarakat. Faktanya, kualitas terumbu karang semakin menurun sehingga dapat mengganggu fungsi ekologisnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi ekosistem terumbu karang, nilai ekonomi total manfaat terumbu karang, dan menganalisis keberlanjutan pengelolaan DPL-BM. Kondisi terumbu karang diukur menggunakan Line Intercept Transect dan Underwater Visual Cencus, sedangkan analisis dan konsep keberlanjutan menggunakan Rapfish-MDS, Leverage, dan Monte Carlo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DPL memiliki persentase tutupan karang dan kelimpahan ikan karang yang sangat baik dibandingkan dengan stasiun lain. Nilai ekonomi total manfaat terumbu karang adalah Rp 284.641.013.691/tahun, dengan kontribusi terbesar dari nilai manfaat langsung yaitu 54,07%, hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat Pulau Tidung sangat tergantung pada potensi perikanan tangkap dan pariwisata. Nilai indeks keberlanjutan keempat aspek masuk dalam kategori sedang, aspek ekologi (64,86), aspek sosial kelembagaan (68,48), aspek ekonomi (63,30), dan aspek hukum kebijakan (73,92). Kategori sedang memiliki pengertian bahwa DPL ini akan berkelanjutan, namun belum optimal, sehingga rekomendasinya adalah melakukan upaya-upaya dalam rangka memperbaiki atribut yang memiliki pengaruh sangat besar namun belum memberikan dampak positif atau belum dikelola dengan baik. The Community Based Marine Sanctuary Management (CBMSM) is one attempt to protect coral reef ecosystems by involving local communities. The quality of coral reefs is declining so that it can disrupt its ecological function. The purpose of this study is to measure the condition of coral reef ecosystems, the total economic value, and analyze the sustainability of Marine Sanctuary Management. Coral reef condition was measured using Line Intercept Transect and Underwater Visual Census, and the analysis of sustainability uses Rapfish-MDS, Leverage, and Monte Carlo. The results showed that the Marine Sanctuary Management had a very good percentage of coral cover and abundance of reef fish compared to other stations. The total economic value of the benefits of coral reefs is IDR 284.641.013.691/year, with the largest contribution from the direct benefit value of 54,07%. The value of the sustainability index of Marine Sanctuary Management in medium category, ecological aspects (64,86), socio-institutional aspects (68,48), economic aspects (63,30), and law-policy aspects (73,92). The category means that Marine Sanctuary Management will be sustainable, but not yet optimal, so the recommendation is to improve attributes that have a very large influence but have not had a positive impact or have not been managed well.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Sakti Pratama, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas kapabilitas pengembangan kepariwisataan di Pulau Tidung dari sisi kelembagaan. Kegiatan kepariwisataan yang ada di Pulau tidung merupakan wisata nelayan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan perekonomian dengan mengandalkan potensi bahari. Dalam kurun waktu yang tidak lama, wisata nelayan Pulau Tidung menjadi destinasi yang digemari wisatawan. Masyarakat lokal meresponnya dengan gencar membuka beragam jasa wisata namun justru bersifat ekploitasi atas potensi yang ada.Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivistikyang dilandasi teori kapabilitas kelembagaan yang dikemukakan oleh Shabbir Cheema (1981). Hasil penelitian menunjukan bahwa ambisi besar masyarakat sangat didasari motif ekonomi dan kurang memperhatikan kualitas jasa wisata itu sendiri. Pada sisi lain pemerintah yang seharusnya melaksanakan strategi pembangunan ekonomi pariwisata masyarakat dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan profesionalisme, belum memiliki masterplan yang jelas sehingga setiap program Pemerintah yang bersentuhan dengan pembangunan pariwisata Pulau Tidung belum terintegrasi antara satu dengan yang lainnya.
ABSTRACT
This thesis discussed about tourism development capability of Tidung Island from institutional aspect. Tourism activities in Tidung Island called “fisherman tourism” which held to improve the economy by relying on maritime potential. In a short times, Tidung Island became a popular tourist destination and local responded with opening various of tourist servisces highly but it was exploitation of local potentials. The study uses post-positivist approach which based on institutional capability theory by Shabbir Cheema (1981). The result showed that local ambitions based on economic motives and given less attention to tourist services quality. On the other hand, government whom should to implement development strategy of local tourism by focusing on sustainability and professionalism, it doesn’tgiven a clear master plan, so regional tourism program in Tidung Island are not integrated with each other.
2014
S56050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma Rivaldo Huseini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan serta jenis mikroplastik yang terakumulasi pada air, sedimen, dan saluran pencernaan bulu babi Diadema setosum, menganalisis korelasi anatara kelimpahan mikroplastik yang terkandung pada saluran pencernaan dan sedimen, membandingkan hasil kelimpahan mikroplastik di Pulau Tidung dan Pulau Untung Jawa, Jakarta Kepulauan Seribu. Pengambilan sampel bulu babi Diadema setosum, air, dan sedimen dilakukan dari 15 lokasi yang berbeda berdasarkan letak koloni biota. Sampel saluran pencernaan bulu babi dianalisis dengan cara melarutkannya pada HNO3 65%, sampel air (20 l) disaring dengan plankton net 300 µm, dan sampel sedimen (200 g) dikeringkan di oven terlebih dahulu, kemudian masing-masing sampel diberi NaCl untuk dijenuhkan agar mikroplastik mengapung ke atas permukaan. Masing-masing sampel (1 ml) diletakan pada Sedgwick Rafter Chamber untuk diamati di bawah mikroskop dan dihitung berdasarkan jenis partikel yang ditemui yaitu fiber, film, fragmen, dan granula. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik pada Pulau Untung Jawa lebih tinggi sejumlah 99,88 ± 1,79 partikel L-1 pada air, 110.737,77 ± 4.197,61 partikel Kg-1 pada sedimen, dan 2.175,55 ± 584,26 partikel Ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi. Pada Pulau Tidung kelimpahan mikroplastik yang terkandung pada air sejumlah 87,4 ± 9,61 partikel L-1, pada sedimen sebesar 87.626,66 ± 4.957,00 partikel Kg-1, dan pada saluran pencernaan bulu babi sebesar 1.786,66 ± 451,17 partikel Ind-1. Adanya korelasi positif antara jumlah mikroplastik dengan berat sedimen yang terkandung dalam saluran pencernaan bulu babi di Pulau Untung Jawa, dan tidak adanya korelasi positif antara jumlah mirkoplastik dengan berat sedimen yang terkandung dalam saluran pencernaan bulu babi di Pulau Tidung. ......This study aims to analyze the abundance and types of microplastics that accumulate in water, sediments, and digestive tracts of sea urchins Diadema setosum, analyzed the extent of microplastic abundance contained in smelting and sediments, compared the results of microplastic abundance in Untung Jawang Island and Tidung Island, Seribu Islands. Samples of sea urchins Diadema setosum, water, and sediment were taken from 15 different locations based on the location of the biota colony. Samples of the digestive tracts of sea urchins were analyzed by dissolving them at 65% HNO3, water samples (20 l) were filtered with a 300 μm plankton net, and sediment samples (200 g) were dried in the oven first, then each sample was given NaCl to saturate the microplastic to use upward display. Each sample (1 ml) is placed in the Sedgwick Rafter Chamber to be examined under a microscope and calculated based on the type of particles found, namely fibers, film, fragments, and granules. The results showed that the abundance of microplastic in Untung Jawa Island was higher at 99,88 ± 1,79 particles L-1 in water, 110.737,77 ± 4.197,61 Kg-1 particles in sediment, and 2.175,55 ± 584,26 Ind-1 particles in the digestive tract of sea urchins. On Tidung Island microplastic abundance contained in the water amounted to 87,4 ± 9,61 particles L-1, the sediment of 87.626,66 ± 4.957,00 particles Kg-1, and in the digestive tract of sea urchins amounted to 1.786,66 ± 451, 17 particles Ind-1. There is a positive correlation between the amount of microplastics and sediment weight contained in the digestive tract of sea urchins on Untung Jawa Island, and there is no positive correlation between the number of microplastics with the sediment weight contained in the digestive tract of sea urchins on Tidung Island.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Manuela Bernasty
Abstrak :
Pulau Tidung di Kepulauan Seribu memiliki ekosistem beragam salah satunya padang lamun. Keberagaman ini membuat Pulau Tidung banyak dimanfaatkan menjadi tempat penelitian dan destinasi wisata unggulan. Hal tersebut dapat mempengaruhi struktur komunitas biota laut seperti gastropoda di padang lamun. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan struktur komunitas gastropoda, membandingkannya dengan keadaan Maret 2022, serta menganalisis korelasi jenis partikel dan jumlah karbon sedimen terhadap kepadatan gastropoda. Penelitian ini menggunakan metode kuadran berukuran 1 x 1 m dengan bantuan transek. Struktur komunitas mengalami peningkatan dilihat dari kepadatan dan keanekaragamannya. Kepadatan tahun 2022 sebesar 2,5 ind/m2 dan 4,29 ind/m2 pada tahun 2023. Keanekaragaman pada tahun 2022 sebesar 1,92 dan meningkat menjadi 2,31 pada tahun 2023. Sementara itu, indeks lain seperti kemerataan, dominansi, dan distribusi relatif sama. Kemerataan di tahun 2022 sebesar 0,58 dan 0,61 pada 2023. Dominansi pada tahun 2022 sebesar 0,21 dan sebesar 0,14 pada tahun 2023. Distribusi untuk setiap individu gastropoda cenderung sama yaitu berkelompok dan seragam. Berdasarkan nilai similaritas, kesamaan komposisi gastropoda pada tahun 2022 dan 2023 sebesar 0,64. Gastropoda dipengaruhi pula oleh jenis partikel dimana berkorelasi positif dengan pasir sebesar 0,46 pada tahun 2022 dan 0,44 pada tahun 2023. Korelasi gastropoda dengan butiran berkorelasi secara negatif sebesar -0,74 pada tahun 2022 dan -0,39 pada tahun 2023. Korelasi dengan lumpur juga merupakan korelasi negative sebesar -0,42 pada tahun 2022 dan -0,43 di tahun 2023. Selain itu, persentase karbon juga mempengaruhi keberadaan gastropoda secara positif sebesar 0,47 pada tahun 2022 dan 0,81 tahun 2023. ......Tidung Island in the Thousand Islands has a variety of ecosystems, one of which is seagrass beds. This diversity has made Tidung Island widely used as a research site and a leading tourist destination. It can affect the community structure of marine biota, such as gastropods in seagrass beds. The research aims to analyze changes in the gastropod community structure, compare it to the situation in March 2022, and analyze the correlation of the type of particles and the amount of carbon sediment to the density of gastropods. This study used the quadrant method measuring 1 x 1 m with the help of transects. The community structure has increased in terms of density and diversity. The density in 2022 is 2,5 ind/m2 and 4,29 ind/m2 in 2023. The diversity indices in 2022 are 1,92 and increased to 2,31 in 2023. Other indices, such as evenness, dominance, and distribution, are relatively the same. Evenness in 2022 is 0,58 and 0,61 in 2023. The dominance indices in 2022 are 0,21 and 0,14 in 2023. The distribution indices for each gastropod tend to be the same, as a group and uniform. Based on the similarity value, the similarity of gastropod composition in 2022 and 2023 is 0,64. Gastropods are also affected by the type of particles which has a positive correlation with sand of 0,46 in 2022 and 0,44 in 2023. The correlation of gastropods with grains has a negative correlation of -0,74 in 2022 and -0,39 in 2023. The correlation with mud is also a has a negative correlation of -0,42 in 2022 and -0,43 in 2023. In addition, the percentage of carbon also positively influences the presence of gastropods by 0,47 in 2022 and 0.81 in 2023.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Puji Nur Rahmawati
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
395.598 3 NEN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Puji Nur Rahmawati
Yogyakarta: Diva Press, 2018
305.8 NEN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak zaman Kerajaan Pajajaran, dengan pelabuhannya Sunda Kelapa, pulau-pulau di kepuiauan Seribu sudah menarik perhatian para pedagang yang akan menuju ke pelabuhan Sunda Kelapa untuk ternpat singgah atau beristirahat, misalnya untuk memperhaiki kapal, perahu, mengambil air tawar can sebagainya Kemudian Juqa pada zaman VOC, pulau- pulau yang terdekat dengan pelabuhan Batavia dijadikan tempat untuk memperbaiki kapal-kapal mereka, bahkan juga dijadikan pertahanan mereka dengan mendirikan benteng-benteng di sana. Selanjutnya pada masa Pemerintanan Hindia Belanda, pulau-puIau di kepulauan Seribu tetap difungsikan. Daerah-daerah kepulapan Seribu dijadikan wilayah Afdeeling Stad en Voorsteden van Batavia gang dikepalai oleh Asisten Residen.

Saat kini Daarah Kepulauan Seribu merupakan wilagah Jakarta-Utara, dengan penduduknya menyebar di berbagai pulau dari kepulauan Seribu, misal di pulau Pangqang, Pramuka. Tidunq, Kelapa, Kelapa ll, Untung Jawa. Dengan penduduknya terdiri dari berbagai suku di Indonesia, khususnya suku Bugis dan Mandar. Pulau-pulau ini sejak abad ke-19 sudah dihuni oleh berbagai penduduk dari seluruh Indonesia.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>