Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Budiarto
Abstrak :
ABSTRAK
Keluarga sebagai caregiver anggota keluarga dengan skizofrenia memiliki stressor yang tinggi. Stressor dapat semakin bertambah oleh adanya banjir rob. Respon keluarga yang tidak tepat dapat semakin meningkatkan stressor, mempengaruhi spiritual well being, self efficacy, dan resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap spiritual well being, self efficacy dan resiliensi caregiver anggota keluarga skizofrenia yang terdampak banjir rob. Metode yang digunakan adalah quasi experimental pre-post test with control group dengan total populasi. Jumlah sampel 81 responden. Kriteria inklusi penelitian ini adalah anggota keluarga inti yang berusia > 18 tahun, merawat langsung anggota keluarga lain dengan skizofrenia minimal relaps 1 kali, tinggal dalam satu rumah dengan anggota keluarga dengan skizofrenia, mengalami masalah keperawatan ketidakberdayaan, dan mampu baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik. Alat ukur menggunakan kuesioner skrining tanda dan gejala ketidakberdayaan, karakteristik dan data demografi responden, kuesioner spiritual well being dengan the functional assessment of chronic illness therapy-spiritual well-being, kuesioner self efficacy, dan kuesioner Family Resilience Assessment Scale. Analisis data menggunakan uji Independent t-test. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap spiritual well being, self efficacy dan resiliensi caregiver anggota keluarga skizofrenia yang terdampak banjir rob (p value 0,000). Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian tersebut yaitu pemberian terapi psikoedukasi keluarga pada caregiver sebaiknya dapat dilakukan dua kali pertemuan setiap sesi dengan durasi waktu minimal 45 setiap sesi dan dapat melibatkan kader serta kolaborasi dengan tokoh agama untuk penguatan koping spiritual, penelitian lanjut pemberian terapi psikoedukasi keluarga dengan menambahkan konten serta frekuensi dan durasi sesi terapi psikoedukasi keluarga.
ABSTRACT
Families as caregivers of family members with schizophrenia have high stressors. Stressors can be increased by the presence of tidal flood. Improper family responses can further increase stressors, affect spiritual well being, self efficacy, and resilience. This study aimed to determine the effect of family psychoeducation therapy on spiritual well being, self efficacy and resilience of family members of schizophrenia caregivers affected by tidal flooding. The method used quasi experimental pre-post test with control group with a total population. The number of samples were 81 respondents. The inclusion criteria of this study were are family members aged > 18 years, directly caring for other family members with schizophrenia who at least relapsed once, stayed in one house with family members with schizophrenia, experienced helplessness nursing problems, and were able to read and communicate well . Measuring instruments used screening questionnaires for signs and symptoms of helplessness, characteristics and demographic data of respondents, spiritual well being questionnaires with t the functional assessment of chronic illness therapy-spiritual well-being, self-efficacy questionnaire, and family resilience assessment scale questionnaire. Data analysis using the Independent t-test. The results showed that there was an effect of family psychoeducation on spiritual well being, self efficacy and resilience of family members of schizophrenia caregivers affected by tidal flooding (p value 0,000). Recommendations based on the results of these studies are giving family psychoeducation therapy to caregivers should be able to do two meetings each session with a minimum duration 45 minutes and can involve the cadres and collaborate with religious leaders for strengthening spiritual coping, further research is giving family psychoeducation therapy is needed by adding content and the frequency and duration of family psychoeducation therapy sessions.
2019
T53450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibi Hanif Wibowo
Abstrak :
Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris): Banjir rob merupakan salah satu ancaman bagi wilayah pesisir terutama pesisir utara Pulau Jawa. Wilayah pesisir Kabupaten Tangerang sendiri memiliki riwayat tentang kejadian banjir rob yang setiap tahun terjadi. Tingkat bahaya banjir rob dapat diukur berdasarkan karakteristik banjir yang meliputi tinggi banjir, lama banjir, dan frekuensi banjir. Tingkat kerentanan didapatkan berdasarkan tingkat bahaya banjir rob dan kondisi fisik, sosial, dan ekonomi suatu wilayah. Kondisi tersebut meliputi kepadatan bangunan, kepadatan penduduk, persentase penduduk usia balita, persentase penduduk usia tua, persentase penduduk wanita, dan persentase lahan produktif. Dalam menentukan tingkat bahaya banjir digunakan metode overlay dan metode rata-rata setimbang untuk menentukan tingkat bahaya pada setiap desa/kelurahan. Kemudian tingkat kerentanan diperoleh dengan metode pengelompokan K-Means Clustering. Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat bahaya kelas tidak bahaya dengan luas 9.727 hektar atau 75 % dari luas total wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Tingkat bahaya tinggi dapat diindikasikan dengan wilayah dengan adanya sungai yang ada di dekat laut beserta ketinggian yang rendah. Berdasarkan analisis menggunakan K-Means Clustering, kerentanan wilayah terhadap banjir rob pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat kerentanan kelas rendah dengan jumlah 15 desa/kelurahan atau 65 % dari jumlah total desa/kelurahan pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. ......Tidal flood is one of the threats to the coastal areas, especially the north coast of Java. The coastal area of ​​Tangerang Regency itself has a history of tidal flood events that occur every year. The level of tidal flood hazard can be measured based on the flood characteristic which includes flood height, flood duration, and flood frequency. The level of vulnerability is obtained based on the level of tidal flood hazard and the physical, social and economic conditions of it’s area. These conditions include building density, population density, percentage of under-five population, percentage of old-age population, percentage of female population, and percentage of productive land area. In determining the level of flood hazard, an overlay method and a balanced average formula are used to determine the level of hazard in each village. Then the level of vulnerability is obtained by the K-Means Clustering clustering method. The level of tidal flood hazard in the coastal area of ​​Tangerang Regency is dominated by the level of tidal flood hazard with a non-hazard class. Based on the analysis using K-Means Clustering, the vulnerability of the area to tidal floods in the coastal area of Tangerang Regency is dominated by the level of low-class vulnerability with 15 villages 65 % of the total number of village in the coastal area of ​​Tangerang Regency.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Afner Heliard
Abstrak :
ABSTRAK Kondisi sosial ekonomi penduduk yang rendah, kesulitan mendapatkan perumahan atau lahan yang layak untuk tempat tinggal di kota-kota besar telah mendorong orang untuk tinggal di daerah genangan pasang. Makin besar jumlah penduduk, makin rendah tingkat sosial ekonomi penduduk, dan makin sulit mendapatkan lahan atau rumah layak untuk dihuni, semakin besar tekanan penduduk untuk tinggal di daerah genangan pasang. Pada mulanya mereka menimbulkan pencemaran kecil pada lingkungan, lama kelamaan lingkungan semakin padat dan pada akhirnya menjadi daerah pemukiman kumuh genangan pasang. Masalah yang dihadapi penduduk yang tinggal di daerah pemukiman kumuh genangan pasang ialah: 1. Banyak penduduk bermukim di daerah yang digenangi air pasang. 2. Penduduk yang bermukim di daerah genangan pasang terpapar pada lingkungan kumuh antara lain : limbah rumah tangga, kotoran, sampah, bau dan lain-lain. 3. Lingkungan kumuh genangan pasang tersebut mempengaruhi kesehatan penduduk. Penyakit-penyakit yang banyak diderita penduduk pada umumnya ialah penyakit-penyakit yang berkaitan dengan air dan kotoran seperti penyakit diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), dan penyakit kulit. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelahan literatur yang berkaitan dengan penyakit-penyakit air dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kotoran dan lingkungan kumuh dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Lingkungan kumuh dengan genangan pasang mempengaruhi tingkat kesehatan penduduk. 2. Lingkungan kumuh dengan genangan pasang mempengaruhi ciri masalah kesehatan khas, yaitu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan air dan kotoran seperti: · diare · penyakit kulit · Infeksi Saluran Penafasan Akut (ISPA) 3. Makin tinggi genangan pasang pada lingkungan kumuh, makin tinggi kasus kesakitan penduduk. 4. Makin lama genangan pasang pada lingkungan kumuh, makin tinggi kasus kesakitan penduduk. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut di atas telah dilakukan penelitian dan analisis data hasil penelitian sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jumlah kasus kesakitan lebih tinggi di daerah genangan pasang (RW 05) daripada jumlah kasus kesakitan di daerah tidak tergenang pasang (RW 011). Uji statistik chi-square juga menunjukkan perbedaan nyata kasus kesakitan di daerah genangan pasang dibanding kasus kesakitan di daerah tidak tergenang pasang. Dengan kata lain bahwa ada pengaruh genangan pasang pada lingkungan kumuh terhadap tingginya kasus kesakitan penduduk. Ini berarti bahwa hipotesis I memenuhi atau dapat diterima. 2. Hasil penelitian kasus kesakitan diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), penyakit kulit dan TBC menunjukkan angka kesakitan lebih tinggi di daerah genangan pasang (RW 05) dibanding kasus kesakitan di daerah tidak tergenang pasang (RW 011). Analisis ReZative Risk (RR) untuk keempat jenis penyakit tersebut menunjukkan risiko menderita sakit jauh lebih tinggi di daerah genangan pasang daripada mereka yang tinggal di daerah tidak tergenang pasang. Hasil uji. Chi-square untuk masing-masing jenis penyakit tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kasus kesakitan penduduk di daerah genangan pasang dengan kasus kesakitan penduduk di daerah tidak tergenang pasang. Dengan demikian hipotesis II memenuhi atau dapat diterima. 3. Analisis statistik untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat ketinggian pasang pada lantai rumah dengan banyaknya kasus kesakitan dalam keluarga, menunjukkan adanya hubungan nyata. Analisis statistik adanya hubungan antara tingkat ketinggian pasang pada halaman/jalanan dengan banyaknya kasus kesakitan dalam keluarga juga menunjukkan hubungan nyata. Dengan demikianhipotesis III memenuhi atau dapat diterima. 4. Analisis statistik untuk mengetahui adanya hubungan antara lama genangan pasang pada lantai rumah dengan banyaknya kasus kesakitan dalam keluarga, menunjukkan adanya hubungan nyata. Analisis statistik untuk mengetahui adanya hubungan antara lama genangan pasang pada halaman/jalanan dengan banyaknya angka kesakitan dalam keluarga juga menunjukkan hubungan nyata. Dengan demikian hipotesis IV memenuhi atau dapat diterima. Kesimpulan hasil analisis dan uji statistik atas hasil-hasil penelitian ialah bahwa ada pengaruhgenangan pasang pada lingkungan kumuh terhadap tingginya kasus kesakitan penduduk.
ABSTRACT Poor socio economic condition, poor housing and shortage of land for housing are problems faced people to live in tidal flood slum areas. The rapid growth of the number of people living in the city has led to declining socio economic conditions. One is difficulty in getting an ideal house or land for housing. Problems faced by people who live in tidal flood slum areas are as follows: 1. The majority of the people come from poor socio-economic condition. 2. They are affected by dirty water, refuses, wastes and bad smell. 3. Many of them infected by diseases that originated from dirty-Water, refuses and wastes. Diseases which usually affects the people are related to dirty water, refuses and wastes, such as diarrhea, acute respiratory infection, skin diseases and tuberculosis. From the result of short observation and literature studies, we can formulates hypothesis as below: 1. Tidal flood in slum areas affects health. 2. Tidal flood in slum areas causes specific diseases as: · diarrhea · skin diseases and · acute respiratory infections. 3. The higher the level of tidal flood from the floor base of the house and surfaces of the garden/street in slum areas, the more the member of the family suffers from diseases. 4. The longer the time of tidal flood on the floor of the house and the garden/street in slum areas, the more the member of the-family suffer from diseases. The research was carried out to test the hypothesis. The findings are as follows. 1. The results of research shows that prevalent rate of epidemic diseases in tidal flood slum areas is higher than the prevalent rate in non tidal flood slum areas. A Chi-square test also shows a significant difference. 2. The rate of specific diseases such as diarrhea, acute respiratory infections, skin diseases and tuberculosis shows that the diseases are higher in tidal flood slum areas than those in non tidal flood slum areas. Relative Risk (RR) analyses for those four diseases, shows that illness risk are higher in tidal flood slum areas than those in non tidal flood slum areas. The chi-square test for the four diseases also shows the significant differences between sickness in tidal flood slum areas and sickness in non tidal flood slum areas. 3. There is also a significant correlation between the level of height of tidal flood on the floor of the house with the rate of sickness among the member of the family. A significant correlation is also found between the level of height of tidal flood on the surface of the garden/street and the rate of sickness among-the member of the family. 4. The length of period of tidal flood on the floor of the house also. correlated with the rate of illness among the family- member. The same result was also found between the length of period of tidal- flood on the land surface/garden and the street. The general conclusion derived from the research, that tidal flood does affect health of the people in slum areas.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Alvin Andika
Abstrak :

Banjir rob merupakan salah satu ancaman yang terdapat di Pesisir Kabupaten Cirebon, terutama Kecamatan Pangenan, Gebang, dan Losari adalah banjir rob. Kondisi pesisir yang terus berubah serta adanya penggunaan lahan yang terus berubah semakin memperparah banjir rob. Penelitian ini menggunakan analisis secara spasial serta temporal dan spatial metric. Analisis spasial temporal digunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan pada wilayah banjir rob di tahun 2002, 2009, dan 2019, sementara spatial metric digunakan untuk melihat pola tersebut, terutama aggregation dan diversity. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa perubahan penggunaan tanah pada tahun 2002 – 2019 didominasi oleh tambak dan sawah irigasi. Luas penggunaan lahan terbesar pada wilayah banjir rob terdapat pada tambak, namun peningkatan terus terjadi pada penggunaan lahan permukiman dan lahan terbangun dari tahun 2002 – 2019. Secara keseluruhan, hasil spatial metric menunjukkan bahwa fragmentasi penggunaan lahan di Pesisir Kabupaten Cirebon pada wilayah banjir rob semakin meningkat. Meski demikian, perkembangan penggunaan lahan di Pesisir Kabupaten Cirebon cenderung rendah akibat adanya banjir rob.

 


Tidal flood is one of the threats found in the Coastal Areas of Cirebon Regency, especially in Pangenan, Gebang and Losari Districts, is tidal flooding. The changing coastal conditions and the changing land use have worsened the tidal flood. This study uses spatial analysis and temporal and spatial metrics. Temporal, spatial analysis is used to see changes in land use in tidal flood areas in 2002, 2009, and 2019, while spatial metrics are used to see these patterns, especially aggregation and diversity. The results of processing show that changes in land use in 2002 - 2019 were dominated by ponds and irrigated rice fields. The largest land use area in the tidal flood area is in ponds, but the increase has continued to occur in settlement and built-up land from 2002 to 2019. Overall, the spatial metric results show that land use fragmentation in the Coastal Zone of Cirebon Regency in the tidal flood area is increasing. However, the development of land use in the Coastal District of Cirebon Regency is low due to tidal flood.

 

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library