Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilman Rifqi
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai hatespeech atau ujaran kebencian yang di utarakan melalui media sosial youtube. Seringkali ditemukan dan dihasilkan oleh unggahan video yang berkontenkan ujaran kebencian dan menyinggung Suku, Ras, Agama, dan Antar Golongan SARA . Penulis menggunakan teori Representasi sebagai acuan dalam membahas hal tersebut. Penulis menggunakan sumber data primer seperti screenshoot cuplikan video youtube yang memiliki unsur hatespeech dan data sekunder seperti penelitian terdahulu sebagai bahan analisis. Penulis berasumsi bahwa unggahan video berkonten ujaran kebenciam di youtube dapat menjatuhkan dan menimbulkan perselisihan di masyarakat luas dan berujung kepada pemberian pendapat mengenai pihak yang terkait, mengingat mudahnya akses bagi siapapun yang dapat membuka media sosial youtube ini dan kebebasan berpendapat di dunia maya. Penulis menemukan beberapa unggahan yang dapat dikategorikan sebagai hate speech dan berujung kepada pemberian pandangan negatif kepada mereka yang ditargetkan dalam isi konten video tersebut.

ABSTRACT
This paper aims to add insight into hatespeech or hate speech expressed through social media youtube. Often found and produced by video uploads that hate speech contents and alluded to Tribes, Races, Religions, and Intergroups. The author uses the theory of Representation as a reference in discussing it. The author uses primary data sources such as youtube video footage screenshoot which has elements of hatespeech and secondary data such as previous research as an analysis material. The authors assume that video uploads in the content of coveted voices on youtube can lead to disputes in the wider community and lead to the sharing of opinions about the parties concerned, given the easy access for anyone who can open youtube 39 s social media and freedom of expression in cyberspace. The author found several uploads that could be categorized as hate speech and resulted in a negative view to those who targeted the content of the video. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Wahyuningtyas
"ABSTRAK
Homoseksualitas merupakan sebuah isu yang belakangan ini masih dianggap tabu
oleh sebagian besar masyarakat dunia. Meskipun demikian, homoseksualitas kini
menjadi sebuah hal yang menarik dalam studi literatur, khususnya perjuangan
kaum homoseksual dalam mencari persamaan hak di masyarakat. Skripsi ini
menganalisa film Milk (2008), disutradarai oleh Gus Van Sant, dengan
menggunakan teori representasi serta mise en scène untuk melihat tokoh Harvey
Milk. Kedua pendekatan tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa sosok
Harvey Milk merupakan sebuah representasi perjuangan kaum homoseksual di
ranah publik. Konflik yang ada menunjukkan sikap publik Amerika terhadap
homoseksualitas pada 1970-an. Hasil penelitian ini menunjukkan Harvey Milk
sebagai seorang homoseksual tidak konvensional yang tidak malu menunjukkan
identitasnya. Harvey Milk juga menghadapi beberapa tahapan perubahan
penampilan sebagai sebuah strategi dan negosiasi dengan masyarakat
heteroseksual yang mendominasi.

ABSTRACT
Homosexuality is an issue that a majority of people in the world consider as a
taboo. Nevertheless, homosexuality continues to become an interesting topic in
literary studies, particularly the struggle of homosexuals to earn their equality in
the public realm. This thesis analyzes the movie Milk (2008), directed by Gus Van
Sant by applying representation theory and mise en scène of the movie to look at
the character Harvey Milk. Both approaches are used to prove that the character
Harvey Milk is a representation of the homosexual's struggle in the public sphere.
His conflict shows the American public attitude towards homosexuality in the
1970s. This result of the research indicates Harvey Milk as a unconventional
homosexual who was not ashamed to show his identity. Harvey Milk also faced
some stages of changing his appearance as a strategy and negotiation with the
dominating heterosexual society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1903
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joevarian Hudiyana, supervisor
"

Teori-teori sebelumnya telah mencatat bahwa perilaku militan ekstremis seperti pengorbanan diri dapat dijelaskan oleh persepsi ketidakadilan, konsolidasi identitas sosial, dan ketidakpastian pribadi atau motivasi kebermaknaan (pencarian makna). Namun, masih kurang jelas apakah ada perbedaan kontekstual dalam membangkitkan motivasi kebermaknaan. Saya berpendapat bahwa faktor budaya seperti perbedaan dalam orientasi tujuan dan penekanan pada relasionalitas / individualitas di antara budaya kolektivistik dan individualistik dapat menjelaskan bangkitnya motivasi kebermaknaan, yang pada akhirnya, membentuk motivasi pengorbanan diri. Dalam Studi 1, saya mengeksplorasi representasi sosial dari konsep hidup yang bermakna di antara orang Indonesia (budaya kolektivistik) dan orang Amerika (budaya individualistik). Dalam Studi 2, saya memeriksa apakah temuan dari Studi 1 benar-benar dimanifestasikan dalam bahasa sehari-hari orang Indonesia (vs. Global). Saya menemukan bahwa orang Indonesia cenderung menekankan pengabdian sebagai tema utama dari hidup yang bermakna, dan ini merupakan tema relasional yang menekankan pada kesejahteraan kelompok daripada capaian individu. Dalam Studi 3, saya secara eksperimental menguji apakah ancaman terhadap kebermaknaan (vs. promosi kebermaknaan) mempengaruhi niat untuk mengorbankan diri. Terakhir, dalam Studi 4 saya melakukan survei untuk memeriksa apakah peleburan identitas adalah mekanisme dari temuan eksperimental. Dapat disimpulkan bahwa memang ada perbedaan budaya dalam bagaimana seseorang dapat mencari kebermaknaan. Perbedaan tersebut dapat memprediksi ekstremisme militan.

 


Previous theories have noted that militant extremist behavior such as self-sacrifice can be explained by perceived injustice, social identity consolidation, and personal uncertainty or quest for significance (meaning seeking motivation). However, less is clear about the contextual differences of how to awaken personal quest for significance. I argue that cultural factor such as difference in goal orientation and emphasis on relationality/individuality among collectivistic and individualistic culture may explain the awakening of quest for significance, which in turn, determine the self-sacrifice motivation. In Study 1, I explored the social representation of meaningful/significant life among Indonesian (collectivistic culture) and American participants (individualistic culture). In Study 2, I examined whether the findings from Study 1 was truly manifested in the daily language of Indonesian (vs. Global) people. I found that Indonesian people tend to emphasize devotion as the cardinal theme of meaningful life, which is a relational theme emphasizing on the group’s goal rather than individual’s enhancement. In Study 3, I experimentally test whether threat to significance as opposed to promotion of significance influenced the intention for self-sacrifice. Finally, in Study 4 I conducted a survey to examine whether collectivistic shift was the mechanism of our experimental finding. I established that there is indeed cultural difference in how a person may seek their significance and such pattern may predict militant extremism such as violent self-sacrifice in a unique way.

"
2019
D2761
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Swarna Maharani
"Balian adalah istilah yang umum digunakan dalam budaya masyarakat Dayak untuk merujuk pada dua pengertian, yakni sebagai ritual adat yang biasanya ditujukan untuk mengusir penyakit atau sebagai bentuk syukur, dan balian sebagai pemangku ritual adat tersebut. Adalah novel Lampau karya Sandi Firly yang diterbitkan oleh GagasMedia pada 2013 yang menceritakan kisah tentang seorang anak Dayak Meratus dalam perjalanannya dalam mengejar mimpi. Novel tersebut mengangkat tradisi dan figur balian sebagai pemantik konflik para tokohnya yang kurang lebih menyoroti tentang terbatasnya pilihan hidup keturunan balian dan peran perempuan menjadi figur balian. Ditemukan rumusan masalah berupa gambaran representasi tokoh dan ritual balian yang terdapat di dalam novel ini. Penelitian ini menggunakan teori representasi dengan pendekatan sosiologi sastra dan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini ialah penggambaran tentang tokoh utama novel Lampau yang pada akhirnya memilih untuk mengikuti jalannya tradisi walau tidak sesuai dengan apa yang ia yakini selama ini.

Balian is a term that is frequently used in the culture of the Dayak people and has two meanings: it can refer to either the leader of a traditional rite or the ritual itself that is typically performed to banish disease and as a sign of gratitude. A novel titled Lampau by Sandi Firly, which was published by GagasMedia in 2013, tells the story about a Dayak Meratus youngster who attempts to pursue his dream. The depiction of balian as a ritual and a figure in this novel is used to raise the conflict, which circulated between the limitation of life a balian descendant should face and the role played by woman in the balian ritual. The representation of balian in the novel as a ritual and as a figure is the issue that is explored in this paper. This paper used qualitative research with a descriptive methodology combined with theory of representation in literary sociology approach. The paper’s concluded in the depiction of the main character who ultimately decides to follow the route of tradition even though it is not accordance to what he believes all this time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library